Menurut Cormick dan Tiffin (1994) terdapat dua macam
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor
individu yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat-sifat
fisik, keinginan atau motivasi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
personal lainnya. Faktor sosial dan organisasi, yang meliputi
kebijaksanaan organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem
upah dan lingkungan sosial.
Menurut Mangkunegara (2000) bahwa faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan
motivasi. Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill).
44
Pegawai dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan lebih
mudah mencapai kinerja yang diharapkan sehingga pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang
dimiliki (the right man in the right place, the right man on the
right job).
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai
dalam menghadapi situasi (situation) kerja.
Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri. Pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja) sikap mental merupakan
kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha
mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang
pegawai harus sikap mental yang siap secara psikophisik (siap
secara mental, fisik, tujuan dan situasi) artinya, seorang pegawai
harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama
dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan
menciptakan situasi kerja.
Perbedaan performance kerja antara orang yang satu dengan
orang yang lainnya didalam suatu situasi kerja adalah karena
karena perbedaan karakteristik dari individu. Orang yang sama
dapat menghasilkan performance kerja yang berbeda di dalam
45
situasi yang berbeda. Salah satu teori yang paling banyak
digunakan adalah teori Weisbord. Kelebihan dari teori ini adalah
kemampuan dalam memahami dan memvisualisasikan kenyataan.
Weishbord melukiskan teorinya sebagai suatu layar radar yang di
dalamnya terkandung pijatan yang mampu menangkap adanya
enam bagian (kotak) yang menjadi fokus bahasan yaitu:
kepemimpinan, komunikasi, tujuan, struktur, mekanisme, dan tata
kerja. Menurut teori ini yang penting adalah menemukan
kesenjangan antara dimensi formal suatu organisasi dengan
propertis informalnya. Semakin besar jurang kesenjangan ini,
berarti akan semakin besar pula kemungkinan kegagalan
organisasi dalam menjalankan tugasnya. Hal ini berarti bahwa
apabila tidak ditemukan kesenjangan yang berarti pada suatu
dimensi maka pengaruh dimensi tersebut pada keberhasilan
organisasi adalah nyata
No comments:
Post a Comment