Menurut (Spears, 2010) ada 10 karakter dari Servant Leadership :
- Mendengarkan (Listening) Seorang Servant Leadership mampu untuk
memberikan ruang bicara bagi karyawannya dan mendengarkan segala
masukan dan kritik dari karyawan. Seorang Servant Leadership juga
berusaha untuk mengidentifikasi masalah dari mendengarkan keluh
kesah dari karyawannya. - Empati (Empathy) Servant Leadership mencoba untuk memahami dan
berempati dengan rekan kerjanya. - Penyembuhan (Healing) mampu menciptakan suasana yang tenang,
membantu dalam menyelesaikan masalah anggota organisasi. - Kesadaran (Awareness) memiliki kesadaran dalam lingkungan kerja
atau permasalahan yang ada dalam organisasi. Kesadaran dapat diukur
dari kesadaran pemimpin dalam mengidentifikasi masalah di
lingkungan kerja. Sehingga pemimpin dapat melihat sudut pandang
yang berbeda. - Perusasi (Persuasion) meyakinkan orang lain dengan tidak
menggunakan pemaksaan. - Konseptualisasi (Conceptualization) berarti pemimpin mampu untuk
berfikir secara jangka panjang untuk kepentingan organisasi. - Kejelian (Foresight) pemahaman yang akurat atau menyeluruh dalam
memahami realita, mampu untuk menciptakan ruang bagi karyawan
dalam mewujudkan visi. - Keterbukaan (Stewardship) memiliki sifat terbuka kepada karyawan
untuk meningkatkan kepercayaan. - Komitmen untuk pertumbuhan (Commitment to the Growth of People)
bertanggungjawab dalam perkembangan dan pertumbuhan karyawan
dalam organisasi. - Membangun komunitas (Building Community) mampu untuk
melakukan identifikasi dan membangun komunikasi dengan rekan
kerja atau karyawan.
Ada beberapa dimensi yang bisa dipergunakan dalam mengetahui
ukuran Servant Leadership. Menurut Dierendonck dan Nuijten (2011)
mengindentifikasi tujuh dimensi Servant Leadership berikut:
a. Empowerment, sebuah konsep motivasi yang fokus pada
menumbuhkan dan meningkatkan sikap pemberdayaan pada
pengikutnya yang bertujuan untuk untuk menumbuhkan kepercayaan
diri dan inisiatif. Empowerment misalnya mendorong dalam
mengambil keputusan mandiri, saling membagikan informasi, dan
pembinaan untuk kinerja yang inovatif.
b. Accountability, bertanggung jawab dalam mengawasi kinerja. Hal ini
menjadikan accountability menjadi salah satu tanggung jawab atas apa
yang akan dilakukan oleh individu ataupun tim. c. Standing back, seberapa jauh pemimpin dalam mementingkan
kepentingan orang lain dan memberikan penghargaan yang dibutuhkan.
d. Humility, Servant Leadership mengakui adanya keterbatasan dan
dengan aktif berupaya menemukan kontribusi orang lain dalam
menyelesaikan keterbatasan tersebut. Humility dalam Servant
Leadership berfokus pada keberanian untuk mengakui bahwasanya
manusia tidak sempurna dan bisa berbuat kesalahan.
e. Authenticity, berelasi dekat dengan menunjukkan diri sendiri yaitu
mengutarakan ekspresi diri secara konsisten dengan pikiran dan
perasaan.
f. Courage, meningkatkan inovasi dan kreativitas dengan berani
mengambil risiko dan mencoba pendekatan baru.
g. Interpersonal acceptance, adalah kemampuan dalam memahami
perasaan orang lain, menunjukkan rasa empati, menerima perspektif
psikologis dan memberikan perasaan hangat. Kemampuan ini dapat
mempermudah dalam pengembangan kualitas hubungan interpersonal
yang baik melalui pemahaman yang lebih baik dari perilaku orang lain.
Selain itu, Interpersonal Acceptance mampu untuk memaafkan saat
dihadapkan dengan pelanggaran, argument, dan kesalahan. Servant
Leadership tidak pendendam atau ingin membalas dendan, ini
menciptakan suasana yang baik untuk sekitar.
No comments:
Post a Comment