Monday, July 1, 2024

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Karyawan

 


Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kreativitas. Faktor-faktor
tersebut meliputi kognitif (Amabile, 1988; Oldham dan Cummings, 1996 dalam
Jaskyte dan Kisieliene, 2006), motivasi intrinsik (Amabile, 1998), lingkungan
kerja (Amabile, 1997), kepribadian (Amabile dan Gryskiewicz, 1987; Hogan dan
Morrison, 1993; Oldham dan Cummings, 1996; Sternberg dan Lubart, 1996 dalam
Hughes, 1999), serta peran pemimpin (Amabile dkk., 2004).
Terdapat banyak faktor lingkungan kerja yang dapat berpengaruh pada
kreativitas:

  1. Job complexity
    Desain pekerjaan disadari memiliki kontribusi yang penting pada
    motivasi intrinsik dan kinerja kreatif di tempat kerja. Pekerjaan yang
    kompleks yang ditandai dengan tingginya tingkat otonomi, umpan
    balik, dan variasi, diduga dapat mendukung dan mendorong tingginya
    level motivasi intrinsik, dan merespon motivasi tersebut dengan
    mengembangkan ide-ide kreatif (Hackman dan Oldham, 1980 dalam
    Shalley dkk., 2004). Pekerjaan yang kompleks akan meningkatkan
    ketertarikan individu terhadap pekerjaan tersebut dan minat individu
    dalam menyelesaikannya. Hal tersebutlah yang mendorong kreativitas
    (Shalley dkk., 2004).
  2. Goal setting
    Goal memberikan target dan arahan yang jelas terkait perhatian
    individu dalam menyelesaikan pekerjaan. Perhatian terhadap
    menyelesaikan tugas tersebut secara bersamaan mengalihkan
    perhatian individu dari datangnya ide-ide kreatif tentang pekerjaan
    mereka. Namun memungkinkan bahwa goal dapat sekaligus
    membantu atau menghalangi task engagement tergantung pada apakah
    goal memfokuskan individu pada aspek tugas yang dapat
    memfasilitasi atau menghambat kinerja kreatif (Zhou dan Shalley,
    2003).
  3. Feedback dan evaluasi
    Berdasarkan perspektif motivasi intrinsik, individu menganggap
    evaluasi yang bersifat kritik terhadap pekerjaannya sebagai kontrol /
    pengawasan (Shalley dkk., 2004). Sehingga individu cenderung
    memfokuskan perhatiannya terhadap evaluasi tersebut dibandingkan
    dengan pekerjaannya itu sendiri. Hal tersebut berdampak pada
    menurunnya motivasi intrinsik dan kreativitas individu. Namun akan
    berbeda dengan evaluasi yang disampaikan dengan cara yang bersifat
    membangun. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (1998 dalam
    Shalley dkk., 2004) menunjukkan bahwa evaluasi yang diawali
    dengan apresiasi yang membangun seperti "kerja bagus, kamu sudah
    berusaha dengan baik" menghasilkan kreativitas yang lebih tinggi
    pada pekerjaan tersebut dibandingkan dengan pada pekerjaan yang
    diberikan evaluasi bersifat kritik.
  4. Hubungan karyawan dengan rekan kerja
    Kreativitas karyawan diduga dapat meningkat ketika rekan kerja
    mereka mengayomi dan mendukung (Shalley dkk., 2004).Hal tersebut
    terjadi apabila perilaku perilaku rekan kerja tersebut meningkatkan
    motivasi intrinsik. Sebaliknya, rekan kerja yang tidak suportif dan
    cenderung kompetitif dapat menurunkan motivasi intrinsik dan
    kreativitas.
  5. Hubungan karyawan dengan atasan
    Pemimpin memegang peran yang penting dalam meningkatkan output
    kreativitas karyawan, yaitu dengan menciptakan budaya, struktur
    organisasi, serta praktik sumber daya manusia yang tepat. Selain itu,
    perilaku pemimpin seperti mendorong karyawan untuk mengutarakan
    pendapat, memberikan feedback yang membangun, memberikan
    kebebasan serta tanggung jawab, memahami apa yang dirasakan oleh
    karyawan, serta memfasilitasi perkembangan skill karyawan dapat
    mempengaruhi kreativitas karyawan (Jaskyte dan Kisieliene, 2006).
  6. Gaya kepemimpinan atasan
    Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara gaya
    kepemimpinan supervisor dengan kreativitas karyawan. berdasarkan
    perspektif motivasi intrinsik, gaya kepemimpinan yang suportif
    diduga dapat meningkatkan motivasi intrinsik, sedangkan gaya
    kepemimpinan yang cenderung mengatur diduga dapat menurunkan
    motivasi intrinsik dan kreativitas (Deci dan Ryan, 1985 dalam Shalley
    dkk., 2004). Pemimpin yang berfokus pada pengembangan karyawan
    dapat memunculkan emosi yang positif pada karyawan. Emosi positif
    tersebut berguna untuk memfasilitasi kreatifitas dengan memperbesar
    lingkup perhatian dan kognisi yang menyebabkan meningkatnya
    kemampuan pemecahan masalah pada karyawan (Fredickson, 1998;
    Amabile dkk., 2005; Estrada dkk., 1994; Friedman dan Forster, 2001
    dalam Yoshida dkk., 2012)

No comments:

Post a Comment