Wednesday, June 26, 2024

Persepsi Kepribadian Merek

 


Persepsi kepribadian merek adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi mengenai bauran khusus suatu produk yang
dikaitkan dengan karakteristik dari pribadi individu untuk menjadikannya lebih
berarti. Dengan adanya kepribadian merek konsumen akan lebih meningkatkan
kelas sosialnya sehingga merasakan adanya perbedaan ketika memakai atau
menggunakan produk tersebut

Theory Brand Of Personality

 Kepribadian merek menurut David Aker dalam jurnal academic research Isa

Cardosa (2013: 2) adalah seperangkat karakteristik manusia yang dikaitkan
dengan merek. Kepribadian merek menurut Kotler (2008:171), adalah bauran
khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek tertentu.
Pemberian karakteristik personal pada merek, bisa membuat merek bersangkutan
lebih berdaya tarik bagi konsumen yang ingin berafiliasi dengan merek-merek
yang memiliki kepribadian yang diidam-idamkan (Tjiptono, Fandy 2011:59).
Kepribadian dapat dikatakan sebagai keseluruhan pemikiran dan perasaannya
terhadap diri sendiri Sirgi (Ferinadewi, 2008:154).
Kepribadian merek sesungguhnya merupakan respon emosional konsumen
terhadap merek yang membedakannya dengan merek pesaingnya. Oleh karena itu
kepribadian merek penting untuk diciptakan agar mendapat respon emosional
yang berbeda dengan merek lain. Bagi manajer pemasaran, hal yang perlu diingat
dalam merancang strategi mereknya adalah kecendrungan konsumen untuk secara
konsisten mengkonsumsi merek yang sama dalam jangka waktu yang lama agar
dapat menggambarkan kepribadiannya Ferrinadewi (2008:158).

Psychodynamic Theories

 


Teori ini diciptakan oleh Sigmind Freud dan merupakan tonggak awal psikologi
meodern. Disini dirumuskan dengan premis bahwa kebutuhan atau dorongan yang
tidak didasari konsumen terutama dorongan biologis merupakan inti dari motivasi
dan kepribadian. Menurut analisis Sigmund Freud, kepribadian manusia terdiri
dari tiga sistem yang saling berinteraksi yaitu id, superego, dan ego. Sistem
pertama bernama id merupakan pusat dari semua dorongan-dorongan primitive
dan impulsive seperti kebutuhan dasar seperti rasa haus, lapar bahkan kebutuhan
seksual. Konsumen akan segera mungkin memuaskan kebutuhan ini. Superego
merupakan ekspresi individual tentang prilaku yang dibenarkan menurut norma
dan etika sosial. Sistem kedua ini bertugas sebagai pengendali dorongan-dorongan
impulsive dari sistem id. Sistem ketiga yaitu ego merupakan pengendalian diri
yang didasari oleh individu. Sistem ini bertugas untuk mengawasi keseimbangan
antara dorongan-dorongan dari sistem id dan norma atau etika yang dipercaya
oleh individu dalam sistem superego.
Freud menjelaskan kepribadian manusia tidak terjadi secara instant melalui proses
panjang. Melalui berbagai tahapan kehidupan, individu akan membentuk
kepribadiannya. Pribadi yang dewasa ditentukan dari bagaimana mereka
mengatasi krisis yang dihadapi di setiap tahapan hidup Ferrinadewi (2008:121).

Kepribadian Merek (Brand Personality)

 


Konsumen adalah manusia yang seringkali mengasosiasikan karakteristik
manusianya dengan obyek tidak hidup. Kecendrungan semacam ini dalam dunia
psikologi kognitif disebut sebagai anthropomorphism. Berbicara dengan tanaman
seolah tanaman itu hidup atau seolah melihat sebentuk wajah pada sekumpulan
awan di langit merupakan fenomena antromorphism yang bisa kita temukan
sehari-hari Guthrie (Ferinadewi, 2008:154).
Maka tidak heran jika seringkali konsumen berusaha untuk mengasosiasikan
pribadinya dengan merek. Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda sangat
mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik
psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan
lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan
dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan
bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan
sifat agresif.
Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk
produk atau pilihan merek tertentu. Contoh, produsen kopi telah menemukan
bahwa peminum kopi berat cendrung mempunyai kemampuan sosialisasi yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk menarik konsumen, Starbucks dan gerai kafe
lainnya menciptakan lingkungan dimana orang dapat bersantai dan bersosialisasi
dengan secangkir kopi panas. Idenya bahwa merek tersebut juga mempunyai
kepribadian, dan bahwa konsumen senang memilih merek dengan kepribadian
yang sesuai dengan kepribadian mereka. Kepribadian merek (brand personality)
adalah bauran khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan merek
tertentu Kotler (2008: 171).
Konsumen seringkali merasa kesulitan ketika harus mengeksprersikan
identitasnya karena itu biasanya mereka menggunakan merek yang mengandung
simbol dan arti yang dapat menggambarkan dirinya. Oleh karena itu konsumen
akan memiliki kecendrungan untuk membeli merek yang memiliki kepribadian
serupa dengan konsep dirinya. Schiffman dan Kanuk (dalam Ferinadewi,
Brand Personality
Sincerity Exitment Competence Sophitiscation Reggedness
2008:156). Dengan kata lain pemilihan merek merupakan cara individu untuk
mengekspresikan dirinya tentunya dengan asumsi bahwa seseorang memiliki
karakter-karakter yang stabil. Kecendrungan ini mendorong pemilik merek untuk
menyelaraskan gaya hidup konsumennya dengan nilai emosional merek

Manfaat Merek Bagi Perusahaan

 


Manfaat merek bagi perusahaan menurut (Kotler, 1999:201) adalah:

  1. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesan-pesanan yang
    memperkecil timbulnya permasalahan.
  2. Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetiaan
    konsumen terhadap produknya.
  3. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik. Dengan
    membawa nama perusahaan, merek-merek ini sekaligus mengiklankan kualitas
    dan besarnya perusahaan

Pengertian Merek (Brand)


Menurut American Marketing Assosiacion (Kotler, 2000:460), merek adalah
nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk asing. Menurut Rangkuti
(2002:2) Merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasi yang
mengidentifikasi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,
yang tujuannya untuk membedakan dengan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan pesaing.
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik
memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar simbol. Merek
memiliki enam level pengertian (Kotler, 2000:460) yaitu sebagai berikut:

  1. Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Misalnya, Mercedes
    menyatakan sesuatu simbol yang mahal, produk yang dibuat dengan baik,
    terancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.
  2. Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekedar menyatakan
    atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tetapi
    memberi manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat diterjemahkan
    menjadi manfaat fungsional atau emosional. Sebagai contoh atribut tahan lama
    diterjemahkan menjadi manfaat fungsional tidak perlu cepat beli lagi, atribut
    mahal diterjemahkan menjadi manfaat emosional yang bergengsi, dan lain-lain.
  3. Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Contohnya,
    Mercedes berarti kinerja tinggi, aman, bergengsi, dan lain-lain.
  4. Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Contohnya, Mercedes mewakili
    budaya Indonesia, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
  5. Kepribadian: mencerminkan kepribadian tertentu. Contohnya, Mercedes
    mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang).
  6. Pemakai: merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
    produk tersebut.
    Pada intinya merek adalah nama, logo, trade mark, serta slogan untuk
    membedakan perusahaan-perusahaan dan individu-individu satu sama lain dalam
    hal apa yang mereka tawarkan, suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada
    konsumen mengenai produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi, baik
    konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan
    produk-produk yang tampak identik. Merek sebenarnya merupakan janji penjual
    untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu
    kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi
    merek lebih dari sekedar simbol.

Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

 


Menurut Tjiptono (2012) dalam Harsono (2018:7) faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan adalah ikatan
emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen setelah
pelanggan menggunakan produk dan jasa dari perusahaan dan
mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai tambah.
Dimensi nilai terdiri dari 4, yaitu:

  1. Nilai emosional, merupakan perasaan atau afektif atau emosi
    positif yang ditimbulkan dari mengonsumsi produk. Jika
    konsumen mengalami perasaan positif (positive feeling) pada saat
    membeli atau menggunakan suatu merek, maka merek tersebut
    memberikan nilai emosional. Pada intinya nilai emosional
    berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang
    akan dialami konsumen pada saat membeli produk.
  2. Nilai sosial, merupakan utilitas yang didapat dari kemampuan
    produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. Nilai
    sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu konsumen,
    mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk
    oleh konsumen.
  3. Nilai kualitas, utilitas yang didapat dari produk karena reduksi
    biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.
  4. Nilai fungsional, merupakan nilai yang diperoleh dari atribut
    produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada
    konsumen nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang
    diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen