Wednesday, July 3, 2024

Sejarah Work From Home (WFH)

 Konsep dasar bekerja dari rumah sudah terjadi pada abad

pertengahan. Sebuah perusahaan fast company memiliki rumah panjang
dihuni para petani dan peternak. Rumah ini di desain sedemikian rupa
untuk memproduksi berbagai jenis tekstil dan susu, penjagalan dan
penyamakan. Bahkan para pedagang berjualan dirumah ini (Reynolds,
2017). Perkembangan bekerja dari rumah mulai berubah seiring
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Antara tahun 1981 dan 1998,
telah terjadi peningkatan kualitas Work From Home (WFH) terutama di
Inggris yang memungkinkan pemberian keseimbangan antara pekerjaan
dan komitmen hidup bagi mereka yang melakukannya (Brysol et al., 2000;
DTI 2001a, 2002, Duncan, 2000). Bahkan pemerintah Inggris pernah
merevisi Undang – undang Ketenagakerjaan tahun 1999 sebagai salah
satu upaya pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan
dengan komitmen kehidupan lain dari seseorang dengan cara bekerja dari
rumah (DTI, 2000a). Dalam rentang waktu tersebut warga Inggris yang
bekerja dari rumah mengalami kenaikan signifikan dari yang semula
345.920 menjadi 680.612 (Fealsted & Jewson, 2000). Hal ini juga
didukung oleh hasil survei angkatan kerja Inggris pada tahun 2001 dimana
sebagian besar waktu orang Inggris bekerja dari rumah (Survey, 2001).
Menurut Crosbie dan Moore (2004), bekerja dari rumah atau Work
From Home (WFH) berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan terutama dari
rumah (minimal 20 jam per minggu). Work From Home (WFH) akan
memberikan waktu yagn fleksibel bagi pekerja untuk memberikan
keseimbangan hidup bagi karyawan. Disisi lain Work From Home (WFH)
juga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Psikolog Anak dan
Keluarga, Surti (2020) menyebut bahwa bekerja dari rumah atau konsep
Work From Home (WFH) dinilai efektif untuk mencegah penyebaran COVID
– 19. Namun, konsep tersebut menjadi sebuah tantangan bagi pekerja
yang memiliki anak di rumah, dan tidak memiliki alat yang menunjang
seperti di kantor. Menurut Surti, bekerja dari rumah atau Work From Home
(WFH) ini menyenangkan pada awalnya tetapi kebaruan ini juga
meningkatkan stress. Sementara itu pakar Career Development,
Lumbantoruan (2020) menyatakan bekerja dari rumah atau Work From
Home (WFH) bisa meningkatkan produktivitas karena para pekerja tidak
perlu menghabiskan banyak waktu di jalan untuk berangkat maupun
pulang dari tempat kerja. Lumbantoruan juga mengatakan, pekerja perlu
membagi waktunya antara melakukan pekerjaan rumah dan mengerjakan
tugasnya. Hal tersebut agar produktivitasnya tidak menurun, serta
pekerjaan rumah dan kantor tidak tercampur. Selanjutnya, apabila
komunikasi dengan atasan tetap terbangun saat bekerja dari rumah maka
pekerjaan akan selesai dengan baik. Atasan dan karyawan harus
mempunyai hubungan yang saling percaya agar pekerjaan berjalan
dengan lancar.

Nilai Perusahaan

 


Sebuah perusahaan wajib memberikan nilai yang dapat menjaga
kualitas, menarik perhatian serta mempertahankan (Sumiati & Indrawati, 2019).
Menurut Gunardi et al. (2022), nilai perusahaan adalah sebuah kondisi di mana
suatu perusahaan akan mendapat kepercayaan masyarakat dengan kegiatan
operasional sejak perusahaan tersebut berdiri. Nilai perusahaan dapat dikatakan
sebuah harga yang dijual berdasarkan kesepakatan yang dapat dibayarkan
pembeli. Franita (2018) menjelaskan bahwa nilai perusahaan berkaitan dengan
peluang investasi apabila terbentuk dari indikator nilai pasar saham. Keterkaitan
tersebut akan membuat pertumbuhan perusahaan di masa depan memberikan
nilai positif, sehingga nilai perusahaan dapat meningkat.
Tujuan dari adanya nilai perusahaan adalah untuk menjelaskan kondisi
perusahaan saat ini kepada pihak luar perusahaan (pemegang saham, masyarakat
umum, dan calon investor) melalui indikator harga saham. Harga saham yang
tinggi dan rendah akan mempengaruhi calon investor terhadap perusahaan.
Harga saham tersebut akan membuat calon investor menentukan apakah
perusahaan tersebut layak untuk diberikan investasi. Pengembalian kepada
investor yang semakin tinggi menjelaskan bahwa harga saham perusahaan
tersebut berada di tingkat tinggi, sehingga tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat terwujud karena nilai
perusahaan tinggi (Franita, 2018)

Work From Home (WFH)

 


Work From Home (WFH) sekarang ini menjadi dambaan banyak orang,
apalagi untuk para generasi milenial saat ini tidak perlu bangun pagi kemudian
mandi dan bersiap – siap berangkat ke kantor dengan menerjang kemacetan
jalanan yang menyita banyak waktu. Cukup dengan mengenakan baju seadanya
saja kemudian membuka laptop dari rumah dan bekerja. Bekerja dari rumah
atau biasa disebut Work From Home (WFH) adalah suatu istilah bekerja dari
jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Jadi para pekerja tidak perlu
datang ke kantor dan bertatap muka dengan para pekerja lainnya. Work
From Home (WFH) ini sudah tidak asing bagi para pekerja freelancer,
namun mereka lebih sering menyebutnya dengan kerja remote atau remote
working yang sebenarnya tidak ada bedanya, namun yang membedakan
hanyalah peraturan perusahaan atau instansi tempat mereka bekerja. Ada
yang menerapkan working hours normal jam 8 pagi sampai jam 4 sore atau
jam kerja bebas asal pekerjaan selesai dan komunikasi selalu fast respon

Indikator Efektivitas Kerja

 


Adapun beberapa indikator untuk mengukur efektivitas kerja menurut
Hasibuan (2003) yaitu:

  1. Kualitas Kerja
    Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil
    kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak
    mengabaikan volume pekerjaan di dalam mengerjakan pekerjaan.
  2. Kuantitas Kerja
    Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi
    normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang
    didapat atau dialaminya selama bekerja.
  3. Pemanfaatan Waktu
    Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan
    kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditetapkan.

Pengaruh profitabilitas dalam memediasi hubungan growth terhadap nilai perusahaan

 


Perusahaan dengan growth yang tinggi mampu memberikan
kepercayaan bagi investor bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek
yang menguntungkan di masa depan. Semakin cepat pertumbuhan maka
kemampuan perusahaan menghasilkan profit semakin tinggi, hal ini akan
meningkatkan profitabiltas. Dengan adanya keadaan tersebut maka kan
muncul informasi tentang peningkatan pertumbuhan perusahaan dan
peningkatan profitabilitas lalu investor akan merespon bahwa perusahaan
sedang dalam prospek yang baik, sehingga akan meningkatkan
permintaan akan saham dan hal tersebut akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Sari (2014) yang
menyatakan bahwa profitabilitas mampu memediasi hubungan growth –
nilai perusahaan

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja

 


Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut
Richard M. Steers (1985), yaitu:

  1. Karakteristik Organisasi
    Karakteristik organisasi mempengaruhi efektivitas kerja karena
    menggambarkan struktur yang harus dilalui oleh karyawan dalam
    melakukan pekerjaannya. Struktur organisasi merupakan cara untuk
    menempatkan manusia sebagai bagian dari pada suatu hubungan yang
    relatif tetap yang akan menentukan pola – pola interaksi dan tingkah laku
    yang berorientasi pada tugas.
  2. Karakteristik Lingkungan
    Secara keseluruhan berada dalam lingkungan organisasi seperti
    peralatan, perlengkapan, hubungan antara pegawai dan kondisi kerja. Ciri
    lingkungan ini selalu mengalami perubahan yang artinya memiliki sifat
    ketidakpastian karena selalu terjadi proses dinamisasi.
  3. Karakteristik Pekerja
    Faktor ini yang paling mempengaruhi efektivitas kerja karena meskipun
    sarana dan prasarana begitu lengkap, baiknya mekanisme kerja, namun
    apabila tidak ada dukungan kualitas sumber daya manusia yang
    mengisinya tidak akan ada artinya.
  4. Karakteristik Kebijakan dan Praktek Manajemen
    Praktek manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang
    dalam mengkondisikan semua hal yang ada di dalam organisasi.
    Kebijakan dan praktek manajemen ini harus memperhatikan juga unsur
    manusia sebagai individu yang memiliki perbedaan bukan hanya
    mementingkan strategi mekanisme kerja saja. Mekanisme kerja ini
    meliputi penetapan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan sumber
    daya dan menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi,
    kepemimpinan, dan pengambilan keputusan yang bijaksana, serta
    adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan inovasi organisasi.

Pengaruh profitabilitas dalam memediasi hubungan struktur modal terhadap nilai perusahaan

 


Menurut trade off theory, penggunaan utang sebelum titik optimal
dapat mengurangi pajak dan biaya agensi sehingga menyebabkan
profitabilitas perusahaan meningkat. Penambahan hutang yang dilakukan
perusahaan dapat meminimalkan biaya agensi (pengawasan) yang
dikeluarkan oleh perusahaan karena dengan adanya hutang berarti akan
ada pihak eksternal (kreditur) yang akan mengawasi kinerja manajemen
sehingga akan mengurangi peluang manajemen melakukan tindakan
yang bisa merugikan perusahaan semakin kecil dan dengan adanya
pengawasan dari pihak pemegang saham dan juga pihak eksternal
(kreditur) maka manajemen akan berusaha agar tetap dapat dipercaya
untuk mengelola perusahaan sehingga akan meningkatkan kinerja
perusahaan dalam produktifitas sehingga meningkatkan laba bersih dari
perusahaan.
Dengan meningkatnya laba bersih dari perusahaan akan
meningkatkan nilai ROE. ROE yang tinggi akan menjadi penanda yang
baik bagi para pemegang saham dan calon investor, sebab ROE adalah
rasio yang mengukur pengembalian atas dana yang ditanamkan oleh
pemegang saham. Ketertarikan pemegang saham dan calon investor
akan meningkatkan permintaan terhadap saham dari perusahaan
sehingga harga saham akan mengalami kenaikkan lalu akan
mendorong nilai perusahaan untuk naik. Keberadaan profitabilitas dapat
memediasi pengaruh antara struktur modal dengan nilai perusahaan
menjadi lebih tinggi daripada pengaruh langsung struktur modal pada
nilai perusahaan tanpa mediasi profitabilitas.
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Hamidi, dkk (2015)
menyatakankan bahwa profitabilitas mampu memediasi hubungan
struktur modal terhadap nilai perusahaan, pernyataan tersebut diperkuat
oleh hasil penelitian Utomo (2017) yang menyatakan bahwa profitabiltas
memediasi hubungan struktur modal terhadap nilai perusahaan