Thursday, July 4, 2024

Pengertian Kinerja

 


Menurut Dessler (2000:41) kinerja merupakan prestasi
kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang
ditetapkan. Kinerja menurut Sedarmayanti (2011:202), kinerja
adalah sarana untuk mendapatkan hasil lebih baik dari organisasi,
tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja
dalam kerangka tujuan dan standart dan persyaratan atribut yang
disepakati. Kemudian menurut Sedarmayanti (2011:260) kinerja
didefinisikan sebagai hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses
manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil
kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan
dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
Dimensi kinerja menurut Sedarmayanti adalah :
a. Hasil Kerja
b. Pekerja, proses atau organisasi
c. Terbukti secara konkrit
d. Dapat diukur
e. Dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan
Adapun menurut Dessler (2017:57) bahwa dimensi kinerja
adalah suatu ukuran-ukuran dan penilaian dari perilaku aktual
ditempat pekerjaannya yang meliputi :
a. Kualitas kerja (Quality of output)
b. Kuantitas kerja (Quantity of output)
c. Jumlah waktu kerja (Time of work)
d. Kerjasama (Corporation)
e. Supervisi (Supervision)

Pengertian Presensi

 


Berdasarkan artinya, Presensi adalah kehadiran. Tetapi
Presensi yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah dokumen
yang mencatat kehadiran setiap pegawai di suatu perusahaan.
Catatan kehadiran ini bisa berupa daftar hadir manual ataupun
berupa catatan kehadiran online. Pencatatan waktu ini biasanya
dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu pencatatan waktu hadir
dan juga pencatatan waktu kerja
Presensi online adalah pencatatan kehadiran dengan sistem
cloud yang terhubung dengan database secara realtime. Sistem
cloud ini akan menyimpan data Presensi secara otomatis tanpa
perlu melakukan rekapitulasi. Selain itu, data Presensi yang telah
masuk dapat diakses di mana pun dan kapan pun, dengan catatan
kamu tetap terhubung dengan jaringan internet. Dengan software
berbasis cloud dalam memanajemen data Presensi karyawan ini,
Presensi online dapat melakukan tracking pegawai berdasarkan
lokasi (GPS) dan face recognition, serta bisa mencatat jam kerja
secara realtime juga memantau aktivitas kehadiran karyawan
dengan efektif dan efisien.

Indikator Efektivitas

 


Ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam
mengukur efektivitas, menurut Sutrisno (2007:125-126), yaitu :

  1. Pemahaman Program
    Dilihat sejauh mana efektivitas absensi online di lingkungan
    instansi
  2. Tepat Sasaran
    Dapat dilihat dari tercapai sesuai tujuan
  3. Tepat Waktu
    Terlihat pada penerapan absensi online apakah mempengaruhi
    penggunaan waktu dalam pelaksanaannya
  4. Tercapainya Tujuan
    Dapat diukur melalui pencapaian tujuan yang dijalankan
  5. Perubahan Nyata
    Diukur dengan apakah absensi online mampu memberikan
    suatu efek atau dampak tertentu

Pengertian Efektivitas

 


Menurut Edy Sutrisno (2010:123), efektivitas merupakan
keberhasilan organisasi pada umumnya di ukur dengan konsep
efektivitas. Selain itu Steers 1977 dalam Edy Sutrisno (2010:123)
menyatakan “pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan
tujuan organisasi, yaitu laba, yang cenderung mengabaikan aspek
terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia.
Dalam penelitian mengenai efektivitas organisasi, sumber daya
manusia dan perilaku manusia seharusnya selalu muncul menjadi
fokus primer, dan usaha-usaha untuk meningkatkan efektivitas
seharusnya selalu dimulai dengan meneliti perilaku manusia di
tempat kerja”. Edy Sutrisno (2011) juga mengakatan efektivitas
sebagai tingkat atau derajat dalam mencapai tujuan yang
diharapkan

Hubungan Pengawasan dengan Efektivitas Kerja

 


Dalam rangka usaha pencapaian tujuan organisasi, setiap karyawan diberi
tugas atau pekerjaan tertentu yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dalam hal ini pimpinan harus bisa mengarahkan dan menggerakkan bawahannya
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya, yaitu dengan melakukan pengawasan
sehingga tiap-tiap karyawan melakukan pekerjaannya dengan penuh tanggung
jawab.
Menurut Daft (2009) keterkaitan antara pengawasan dengan efektivitas
kerja bahwa bagaimana pimpinan menggunakan seluruh sumber daya untuk
mencapai tujuan organisasi melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Karyawan yang
memahami hakikat pengawasan akan menggunakan hasil dan kritikan sebagai
bahan masukan untuk proses perbaikan guna pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Handayaningrat (1994), menyebutkan bahwa pengawasan
bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Menurut Mosley, Megginson, dan Pietri (2005) mengungkapkan bahwa
pimpinan harus dapat memastikan bahwa fungsi pengawasan ini harus berjalan
dengan baik untuk memastikan semua fungsi manajemen lainnya akan berkerja
secara efektif.

Aspek-Aspek Pengukuran Pengawasan

 


Menurut Nawawi (1995), menilai variabel pengawasan dengan
menggunakan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pemantauan, pimpinan melakukan pemantauan pada saat karyawan
melaksanakan pekerjaan di lokasi kerja.
b. Peninjauan, adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi,
sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan.
c. Mengamati pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang berlaku secar efektif dan efisien.
d. Pemeriksaan, pimpinan memeriksa hasil (output) setelah karyawan
menyelesaikan tugas yang diberikan.
e. Pengawasan melalui laporan lisan. Pengawasan ini dilakukan dengan
mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang dilakukan dengan
cara wawancara kepada orang-orang tertentu. Dan dapat memberi
gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang hasil
sesungguhnya yang ingin dicapai.
d. Pengawasan melalui laporan tertulis. Merupakan suatu pertanggung
jawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan, sesuai dengan intruksi dan tugas-tugas yang diberikan.
Menurut Ranupandoyo (1990) ada beberapa aspek yang dipakai untuk
mengukur pengawasan yaitu:
a. Menentukan alat ukur (pedoman baku standar) pelaksanaan/perencanaan.
Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran standar
pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran
yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.
b. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah
dikerjakan yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan
melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya. 
c. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau
pedoman baku yang ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi saat bekerja.
d. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi,
sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Melakukan tindakan koreksi/perbaikan bila hasil analisa menunjukkan
adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan ini dapat
diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan
mungkin diperbaiki, atau keduanya mungkin dilakukan bersamaan.
Menurut Rachman (2001), salah satu aspek keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai tujuannya banyak ditentukana oleh keberhasilan pengawasan.
Jika pengawasan berjalan dengan baik maka pengawasan merupakan unsur paling
pokok dalam menentukan keberhasilan suatu program. Keberhasilan program
pengawasan sendiri dapat dilihat dari berbagai macam aspek sebagai berikut:
a. Aspek meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran
pelaksanaan tugas, antara lain:
1) Rencana yang disusun dapat menggambarkan adanya sasaran yang
jelas dan dapat diukur, terlihat kaitan antara rencana dengan
program dan anggaran.
2) Tugas dapat selesai sesuai dengan rencana, baik dilihat dari aspek
fisik maupun biaya.
b. Aspek berkurangnya penyalahgunaan wewenang yaitu berkurangnya
tuntutan masyarakat terhadap perusahaan.
c. Aspek berkurangnya kebocoran, pemborosan antara lain:
1) Kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan,
kebocoran, pemborosan dapat dikurangi sebagaimana laporan
pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya.
2) Berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas

Tujuan Pengawasan

 


Kegiatan pengawasan dilaksanakan pastinya untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Manullang (2002), tujuan utama dari pengawasan adalah
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Menurut
Handayaningrat (1994), menyebutkan bahwa pengawasan bertujuan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Siswandi (2009) tujuan pengawasan adalah:
a. Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan
dan hukum yang berlaku
b. Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi
c. Pencapaian tujuan dan sasaran yang yang telah ditetapkan oleh organisasi
d. Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam
organisasi
e. Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja
aktual dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang
kemudian mencari solusi yang tepat.
Sedangkan menurut Julistriarsa & Suprihanto (1998) mengatakan bahwa
tujuan dari pengawasan adalah untuk membuat segenap kegiatan manajemen
menjadi dinamis serta hasil secara efektif dan efisien