Sunday, July 7, 2024

Pengertian Efektivitas Kerja

 


Dalam sebuah perusahaan banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Salah satu nya yaitu tingkat efektivitas kerja
karyawan dalam menjalankan pekerjaan. Efektivitas menentukan keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuan dengan tepat waktu, sehingga tidak terjadi
banyaknya pengeluaran biaya, waktu dan tenaga.
Efektivitas kerja merupakan suatu keadaan tercapainya tujuan yang ingin
diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Kata efektif berasal dari bahasa inggris effective
artinya berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins (1994)
dalam Tika (2014:129), mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian
organisasi jangka pendek dan jangka panjang.
Menurut Streers (1977) dalam Sutrisno (2010), pada umumnya efektivitas
hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang cenderung
mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya
manusia. Dalam penelitian mengenai efektivitas organisasi, sumber daya manusia
dan perilaku manusia seharusnya selalu muncul menjadi fokus primer dan usaha-
usaha untuk meningkatkan efektivitas seharusnya selalu dimulai dengan meneliti
perilaku manusia di tempat kerja. Dalam kaitannya dengan optimalisasi tujuan
efektivitas itu dinilai menurut ukuran seberapa jauh suatu organisasi berhasil
mencapai tujuan-tujuan yang layak dicapai yang satu sama yang lain saling
berkaitan.
Menurut Saxena (1986:07) dalam Indrawijaya (2014), efektivitas suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah
dicapai. Makin besar target yang dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas.
Menurut Siagian dalam Misnawati (2016), efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sasaran dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran
berarti makin tinggi efektivitas kerja pada organisasi baik swasta maupun
pemerintah maka sasasarannya tertuju pada proses pelaksanaan dan tingkat
keberhasilan yang dilakukan oleh para karyawan itu sendiri.
Menurut Costa dalam Dihan (2013) menyatakan bahwa efektivitas kerja
merupakan suatu ukuran tentang hasil pencapaian suatu tugas atau tujuan dalam
rentang waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya

Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Efektivitas Kerja

 


Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,
yang dapat menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi
mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Budaya organisasi
yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau
negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Budaya
yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja
perusahaan (Deal&Kennedy(1982), Miner(1990), Robbins(1990) dalam Sutrisno
(2010)).

Indikator Budaya Organisasi

 


Perilaku karyawan yang menunjukkan pelaksanaan budaya organisasi yang
tidak sesuai dengan ketetapan perusahaan dapat mempengaruhi efektivitas kerja
yang berakibat pada pencapaian tujuan organisasi yang tidak sesuai dengan
perencanaan. Oleh sebab itu, perlu adanya kontrol agar budaya organisasi
menjadi kuat. Pengukuran budaya organisasi menurut Boke dan Nalla dalam
Susetyo et al (2014), terdapat 5 indikator pengukuran yaitu :

  1. Peraturan
    Peraturan dilaksanakan secara seragam (tidak pandang bulu) kepada
    semua pihak tanpa memperhatikan kondisi tertentu atau masalah tertentu.
  2. Jarak dengan atasan
    Setiap karyawan dapat secara bebas menyatakan pendapat dan ide yang
    berbeda dengan atasannya.
  3. Kepercayaaan
    Para karyawan bersifat terbuka kepada karyawan lain.
  4. Profesionalisme
    Melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang bagus dapat
    mengembangkan kemampuan karyawan.
  5. Integrasi
    Para karyawan bersifat ramah dalam pergaulannya

Kekuatan Budaya Organisasi

 


Kekuatan budaya organisasi ditentukan oleh kedalaman penghayatan nila-
nilai inti, kejelasan pengaturannya, dan keluasan penyebarannya di kalangan
segenap anggota. Semakin banyak jumlah anggota yang menerima dan
menghayati nilai-nilai inti, menyepakati makna dan kepentingannya, dan semakin
besar komitmen para anggota terhadap nilai-nilai tersebut maka akan semakin
kuat pula budaya organisasi tersebut.
 

Manfaat Budaya Organisasi

 


Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada
pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi. Di samping itu, budaya organisasi
akan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen, divisi atau unit
dalam organisasi, sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam
organisasi bersama-sama.
Budaya organisasi membentuk perilaku karyawan dengan mendorong
percampuran core values dan perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan
organisasi bekerja dengan lebih efisien dan efektif, meningkatkan konsistensi,
menyelesaikan konflik dan memfasilitasi koordinasi dan kontrol.
c. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins dalam Tika (2010), menyatakan ada 10 karakteristik yang apabila
dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya organisasi. Kesepuluh
karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut :

  1. Inisiatif Individual
    Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab,
    kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam
    mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh
    kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk
    memajukan dan mengembangkan organisasi/perusahaan.
  2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko
    Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai
    dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil risiko.
  3. Pengarahan
    Pengarahan yang dimaksud, sejauh mana suatu organisasi/perusahaan
    dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.
    Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan
    organisasi.
  4. Integrasi
    Tingkat sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat mendorong unit-
    unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
    Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas
    dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
  5. Dukungan Manajemen
    Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
    memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas
    terhadap bawahan.
  6. Kontrol
    Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-
    norma yang berlaku dalam suatu organisasi/perusahaan. Untuk itu
    diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung)
    yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
    pegawai dalam suatu organisasi.
  7. Identitas
    Tingkat sejauh mana para anggota/karyawan suatu organisasi/perusahaan
    dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan
    dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional
    tertentu.
  8. Sistem Imbalan
    Tingkat sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan
    sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya
    didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.
  9. Toleransi terhadap konflik
    Tingkat sejauh mana para pegawai/karyawan didorong untuk
    mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
  10. Pola komunikasi
    Tingkat sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang
    formal. Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat
    terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar
    karyawan itu sendiri

Pengertian Budaya Organisasi

 


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya
yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Setiap organisasi mempunyai
budaya yang berbeda-beda dan masing-masing menunjukkan karakteristik
kekhususan suatu organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran penting dalam
menentukan pertumbuhan organisasi. Organisasi dapat tumbuh dan berkembang
karena budaya organisasi yang terdapat didalamnya mampu merangsang semangat
kerja sumber daya manusia didalamnya sehingga efektivitas kerja meningkat.
Istilah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti akal atau budi, sehingga
kebudayaan merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan akal atau budi. Di lain
pihak, istilah culture berasal dari kata latin colere yang artinya mengolah tanah
atau bertani. Akhirnya culture diartikan sebagai kemampuan manusia untuk
mengolah sumber daya yang ada sehingga sumber daya tersebut menjadi lebih
produktif (Suhariadi, 2013:122).
Menurut Andrew D. Brawn dalam Matondang (2008:54) mendefinisikan
bahwa budaya organisasi merupakan suatu konstelasi dari keyakinan-keyakinan,
kebiasaan-kebiasaan, sistem nilai-nilai, norma-norma, perilaku, dan merupakan
suatu cara unik pada setiap organisasi, kemudian budaya organisasi tersebut
menjadi pola dalam melakukan kegiatan dan tindakan di dalam organisasi.
Menurut Sutrisno (2010:2) budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai
perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-
asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah-masalah organisasinya. Menurut Wibowo (2012:482) budaya
organisasi adalah cara orang melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya
organisasi merupakan satuan norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, core
values, dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi

Hubungan Antara Lingkungan Kerja Dengan Efektivitas Kerja

 


Kasmir (2016) menyatakan bahwa lingkungan kerja merupakan suasana
atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja. Jika lingkungan kerja dapat
membuat suasana nyaman dan memberikan ketenangan maka akan membuat
suasana kerja menjadi kondusif, sehingga dapat meningkatkan hasil kerja
seseorang menjadi lebih baik, karena bekerja tanpa gangguan