Sunday, July 7, 2024

Pengertian Beban Kerja

 


Faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan ialah beban kerja,
beban kerja yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kinerja karyawan, tetapi
beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan kinerja karyawan menurun.
Ketidakmampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya dikarenakan
kemampuan dan kapasitas karyawan tidak memenuhi persyaratan yang harus
dikerjakan. Beban kerja merupakan suatu proses atau aktivitas berlebihan yang
menyebabkan stres pada seseorang. Hal ini, dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja karyawan karena kecepatan kerja yang terlalu cepat, tingkat keahlian
yang tinggi, dan volume kerja yang terlalu banyak (Sunyoto, 2017).
Beban kerja adalah besar kecilnya tugas yang diberikan berdasarkan hasil
antara kapasitas kerja dan norma waktu, yang menjadi tanggung jawab suatu
jabatan atau unit organisasi (Nurwahyuni, 2019). Beban kerja yang terlalu tinggi
adalah salah satu penyebab ketidakpuasan pada karyawan yang dapat
menyebabkan kelelahan kerja. Beban kerja dapat mempengaruhi fisik dan psikis,
sehingga dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Selain dari beban kerja
yang tinggi, beban kerja yang terlalu rendah juga dapat menurunkan
produktivitas kinerja karyawan karena mengurangi keterampilan yang ada pada
diri karyawan itu sendiri menjadi tidak dimanfaatkan secara optimal. Beban
kerja yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan kebosanan, mengurangi
kepekaan terhadap lingkungan, dan hilangnya kepedulian pada sekitar (Balqis &
Sugiono, 2020).

Indikator Komunikasi

 


Indikator komunikasi ialah indikator vertikal, indikator horizontal, dan
indikator diagonal (Purwanto, 2015).
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan komunikasi dari bawah ke atas (upward communication).
Teori ini diperkuat oleh (Affifudin, 2013) yang mengemukakan bahwa
komunikasi vertikal merupakan bentuk komunikasi dari pimpinan kepada
karyawan dan dari karyawan kepada pimpinan. Untuk mengukur indikator
komunikasi vertikal, yaitu dengan komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas
(Guntur, 2013).
1) Komunikasi dari Atas ke Bawah.
Komunikasi ini adalah komunikasi yang disampaikan pada tingkat
hierarki yang lebih tinggi ke tingkat hierarki yang lebih rendah. Bentuk
umumnya meliputi pernyataan kebijakan, instruksi kerja, prosedur kerja,
instruksi, memo resmi, dan pengumuman.
2) Komunikasi dari Bawah ke Atas.
Pada kondisi tertentu dalam organisasi, komunikasi dapat diteruskan dari
tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Efektivitas komunikasi
dari bawah ke atas sendiri cukup sulit dicapai, terutama pada organisasi besar.
Alat komunikasi ke atas yang umum digunakan termasuk kotak saran, rapat,
laporan, dan prosedur untuk permohonan atau keluhan. Efektivitas saluran
komunikasi ke atas itu sendiri dianggap penting karena memberikan kesempatan
berbicara dengan karyawan.
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara dua pihak yang berada
pada tingkat hierarki yang sama. Teori ini diperkuat oleh (Effendy, 2013)
menyatakan bahwa komunikasi horizontal adalah komunikasi mendatar yang
dilakukan antara karyawan dengan karyawan lain. Contoh bentuk komunikasi
horizontal adalah komunikasi antara bagian keuangan dan bagian pemasaran
dalam organisasi yang sama. Komunikasi ini sangat penting untuk koordinasi
dan integrasi berbagai fungsi dalam organisasi.
c. Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi ini cukup langka dilakukan, tetapi penting ketika
tidak ada saluran lain yang memungkinkan anggota organisasi untuk
berkomunikasi secara efektif. Dan informasi diterima dengan cepat, contohnya
hubungan antar divisi dan koordinasi dengan bagian lain. Teori ini diperkuat
oleh (Effendy, 2013) mengemukakan bahwa komunikasi diagonal atau
komunikasi silang adalah komunikasi yang dilakukan antara seorang pemimpin
dengan karyawan lainnya. Komunikasi yang terjadi dari satu pihak ke pihak lain
pada posisi yang berbeda yang dimana kedua posisi tersebut tidak berada pada
jalur struktur yang sama.

Komunikasi yang Efektif

 


Komunikasi yang efektif ialah komunikasi yang tepat sasaran dengan
cara mengindari hambatan – hambatan komunikasi (Nasrudin, 2010: 205).
Secara khusus, beberapa keterampilan yang harus dimiliki dan dikembangkan
untuk komunikasi yang efektif, yaitu:
a. Keterampilan mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara keseluruhan disertai dengan minat, perhatian,
penerimaan, dan keinginan untuk menyelesaikan suatu persoalan. Beberapa
perilaku harus diperhatikan, yaitu:
1) Tatapan mata
2) Ekspresi wajah yang sesuai dan anggukan kepala
3) Hindari tindakan yang mengganggu
4) Mendengarkan atau menyimak
5) Menghindari menyela pembicaraan
6) Menghindari berbicara terlalu banyak
b. Keterampilan umpan balik (feedback) bisa positif dan negatif
Umpan balik positif ialah yang bersifat pujian atau penghargaan atas
kinerja yang positif dan prestasi yang telah dilakukan oleh karyawan. Sedangkan
umpan balik negatif ialah feedback yang bersifat kritikan kinerja yang tidak
memuaskan. Agar keterampilan ini bekerja secara efektif, maka perlu dilakukan
dalam memberikan umpan balik sebagai berikut:
1) Fokus pada perilaku tertentu
2) Menjaga agar feedback selalu berorientasi pada tujuan
3) Tepat waktu
4) Meyakinkan pemahaman
5) Umpan balik negatif langsung dapat dikendalikan oleh penerima.
c. Selain dari perspektif yang terlibat, perlu diperhatikan pada hal – hal berikut
ini:
1) Kepekaan terhadap orang yang diajak bicara
2) Memilih waktu yang tepat
3) Memilih media komunikasi yang tepat
4) Memilih ikon yang tepat
d. Menjalin komunikasi satu sama lain

Jenis – Jenis Komunikasi

 


Ada berbagai macam pandangan dalam membedakan bentuk komunikasi.
Komunikasi dibedakan dari lingkup organisasi, arah, tingkat organisasi, sifat
formal dan informal, dan pola komunikasi kelompok yang digunakan untuk
menyampaikan pesan – pesan komunikasi. Berikut beberapa macam jenis
komunikasi:
a. Ruang lingkup organisasi.
Komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi internal dan eksternal.
Komunikasi internal merupakan komunikasi antara orang – orang atau
departemen yang ada didalam organisasi. Misalnya antara atasan dan bawahan,
antara pejabat yang setingkat, atau antara bagian keuangan dan bagian
pemasaran. Komunikasi eksternal merupakan komunikasi yang berlangsung
atau terjadi pada suatu organisasi dengan pihak luar atau bagian organisasi
lainnya.
b. Arah
Komunikasi dapat dibedakan antara komunikasi satu arah dan
komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah ditandai dengan adanya satu pihak
yang aktif, yaitu pihak yang memberikan informasi, sedangkan pihak yang lain
bersifat pasif dan yang menerima informasi. Misalnya, komunikasi antara atasan
dan bawahan, seperti tugas yang harus dikerjakan. Sedangkan komunikasi dua
arah ialah komunikasi yang dilakukan kedua belah pihak yang berperan aktif
sebagai pihak yang memberi informasi dan pihak yang merima informasi.
Contohnya, bertukar ide atau pendapat dalam pertemuan atau diskusi.
c. Tingkat organisasi
Pada tingkat organisasi, komunikasi dibagi menjadi komunikasi vertikal
dan komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang
dilakukan antara bawahan dan atasan pada hirarki organisasi. Komunikasi
horizontal adalah komunikasi yang dilakukan antar pejabat yang berpangkat
sama. Komunikasi vertikal atas berupa pengumuman perintah, petunjuk dan
instruksi, sedangkan komunikasi vertikal bawah berupa saran, laporan, dan
masukan. Komunikasi horizontalseringkali setara dalam bentuk koordinasi,
konsultasi atau persetujuan.
d. Sifat formal dan informal
Berdasarkan sifatnya, komunikasi dibagi dalam komunikasi formal dan
komunikasi informal. Komunikasi formal merupakan komunikasi melalui
saluran organisasi dan berurusan dengan organisasi resmi. Sedangkan,
komunikasi informal adalah komunikasi yang dilakukan di luar organisasi dan
bukan melalui saluran formal atau kelembagaan yang relevan.
e. Media yang digunakan untuk mengirim pesan
Media yang digunakan untuk mengirim pesan, dikenal dengan
komunikasi visual, audial, audio-visual. Komunikasi visual ialah komunikasi
yang digunakan alat khusus untuk mengirim pesan yang dapat diterima dengan
indra penglihatan (mata), misalnya catatan, poster, surat berita, dan gambar.
Komunikasi audial ialah komunikasi dengan alat tertentu yang dapat dirasakan
oleh indra pendengaran (telinga), contohnya telepon dan radio. Komunikasi
audio-visual ialah komunikasi menggunakan alat khusus dengan pesan yang
ditangkap oleh penglihatan dan pendengaran secara bersamaan, contohnya video
dan film.
f. Cara penyampaian komunikasi
Cara penyampaian komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi
verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal, ialah komunikasi yang dalam
menyampaikan pesannya menggunakan kata – kata yang dapat dipahami oleh
banyak orang, baik itu melalui media tertulis maupun lisan. Contoh komunikasi
verbal, ialah penyiar stasiun TV atau radio yang pesannya yang dapat diterima
dan dipahami oleh orang yang mendengarkan. Komunikasi nonverbal dikenal
dengan komunikasi tanpa, merupakan komunikasi yang pesannya
dikomunikasikan melalui simbol, isyarat, atau perilaku yang jelas tidak dengan
kata – kata. Komunikasi ini biasanya dapat dipahami oleh kalangan yang
terbatas, tergantung pengalaman, pendidikan, latar belakang budaya dan tradisi

Faktor – Faktor Komunikasi

 


Faktor komunikasi berperan menciptakan dan mempertahankan otoritas
objektif dalam suatu organisasi. Ada 7(tujuh) faktor yang dapat dikutip secara
singkat sebagai berikut (Wijaya, 2017: 90):
a. Saluran komunikasi harus diketahui dengan pasti.
b. Setiap anggota organisasi harus memiliki saluran komunikasi formal.
c. Jalur komunikasi harus langsung dan sesingkat mungkin.
d. Seluruh jalur komunikasi formal harus digunakan secara normal.
e. Orang yang bekerja sebagai pusat pengaturan komunikasi harus dilakukan
oleh orang yang kompeten.
f. Organisasi harus beroperasi tanpa gangguan saluran komunikasi.
g. Setiap komunikasi harus disahkan

Pengertian Komunikasi

 


Komunikasi merupakan proses pemindahan pengertian, berupa ide atau
informasi, dari satu orang ke orang lain. Pencapaian tujuan organisasi
memerlukan komunikasi yang baik, dimana terdapat pemahaman dalam
komunikasi tersebut, sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan antara pihak
satu ke pihak lain. Komunikasi ialah hal yang penting dalam organisasi karena
jika komunikasi dalam organisasi tidak baik maka akan berdampak pada
rendahnya efektivitas kerja pada suatu organisasi. Komunikasi merupakan
proses dua arah yang memberikan keleluasaan komunikator untuk merespon dan
menyampaikan pesan.
Komunikasi membantu mengembangkan motivasi dengan
mendeskripsikan pada karyawan apa yang harus dilakukan, seberapa baik yang
mereka lakukan dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja yang
kurang baik (Robbins & Judge, 2013). Komunikasi menjadi alat (tool) yang
memegang peranan penting dalam menunjang efektivitas organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi (Sugiono & Tobing, 2021). Selain itu, manfaat yang
lain dari komunikasi yaitu fungsi pengendalian (control and monitoring),
motivasi, pengungkapan emosi dan penyediaan informasi untuk mengambilan
keputusan (Robbins, 2001)

Indikator Kinerja Karyawan

 


Indikator kinerja karyawan ada 6(enam), yaitu (Bintoro & Daryanto,
2017: 107):
a. Kualitas Kerja
Kualitas kerja dapat diukur dengan baik buruknya kualitas pekerjaan
yang dihasilkan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh
atasan. Kualitas kerja diukur menggunakan 3(tiga) indikator yaitu kerapihan,
ketelitian, dan hasil kerja.
b. Kuantitas Kerja
Kuantitas adalah pekerjaan yang dihasilkan karyawan dinyatakan dalam
satu hari. Kuantitas kerja dapat dilihat dari kecepatan dalam menyelesaikan
pekerjaan karyawan. Kuantitas kerja diukur menggunakan dua indikator yaitu,
kecepatan dan kemampuan.
c. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu ialah tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal
waktu yang ditentukan, sehingga tidak menghambat pekerjaan lainnya sebagai
kewajiban karyawan.
d. Efektivitas
Ialah tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga kerja, uang,
teknologi, dan bahan baku) yaitu untuk meningkatkan dengan tujuan
memperbanyak hasil dalam penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian
Adalah tingkat karyawan yang mampu menyelesaikan pekerjaannya
tanpa adanya bantuan atau arahan dari atasan. Kemandirian adalah tingkat
karyawan yang akan dapat melakukan fungsi pekerjaannya sesuai kewajiban
kerja. Kemandirian merupakan tingkatan dimana karyawan memiliki kewajiban
untuk bekerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor