Sunday, July 7, 2024

Pengertian Disiplin Kerja

 


Menurut Edy Sutrisno (2009) mengatakan disiplin adalah sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-
norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik
akan mempercepat tujuan perusahaan, begitupun sebaliknya.
Menurut Siagan(2014) dalam Diah Indriani (2015)menyatakan
bahwa disiplin kerja merupakan tindakan manajemen untuk mendorong
para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan. Menurut
Sutrisno(2009) dalam Diah Indriani (2015) Disiplin kerja adalah sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik
tertulis maupuntidak tertulis.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis mengambil
kesimpulan bahwa disiplin kerja adalah sikap seorang pegawai untuk
mematuhi peraturan yang berlaku dalam perusahaan dengan sukarela yang
digunakan sebagai alat penggerak untuk meningkatkan kinerjanya

Fungsi Budaya Organisasi

 


Fungsi budaya organisasi menunjukan peranan atau kegunaan dari
budaya organisasi. Fungsi budaya organisasi menurut Wibowo (2010)
adalah sebagai berikut
a. Memberi anggota identitas organisasional, menjadikan perusahaan
diakui sebagai perusahaan yang inofatif dengan mengembangkan
produk baru. Identitas organisasi menunjukan cirri khas yang
membedakan dengan organisasi lain yang mempunyai sifat khas yang
berbeda.
b. Memfasilitasi komitmen kolektif, perusahaan mampu membuat
pekerjaannya bangga menjadi bagian daripadanya. Anggota organisasi
memiliki komitmen bersama tentang norma-norma dalam organisasi
yang harus diikuti dan tujuan bersama yang harus dicapai.
c. Meningkatkan stabilitas system social sehingga mencerminkan bahwa
lingkungan kerja dirasakan positif dan diperkuat, konflik dan
perubahan dapat dikelola secara efektif. Dengan kesepakatan bersama
tentang budaya organisasi yang harus dijalani mampu membuat
lingkungan dan interaksi social berjalan dengan stabil tanpa gejolak.
d. Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas
lingkungannya. Budaya organisasi dapat menjadi alat untuk membuat
orang berpiukiran sehat dan masuk akal

Karakteristik Budaya Organisasi

 


Menurut Stephen P. Robbins (2003) dalam Wibowo (2010)
mengemukakan adanya tujuh karakteristik budaya organisasi, antara lain:
a. Innovation and risk taking (inovasi dan pengambilan resiko), suatu
tingkatan dimana pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan
mengambil resiko
b. Attention to detail (perhatian dalam hal detail), dimana pekerja
diharapkan menunjukan ketepatan, analisis, dan perhatian pada hal
detail.
c. Outcome orientation (orientasi pada manfaat), dimana manajemen
memfokus pada hasil atau manfaat daripada sekedar pada teknik dan
proses yang dipergunakan untuk mendapat manfaat tersebut.
d. People orientation (orientasi pada orang) dimana keputusan
manajemen mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada orang
dalam oraganisasi.
e. Team orientation (orientasi pada tim), dimana aktivitas kerja
diorganisasi berdasar tim daripada individual.
f. Aggressiveness (agresivitas), dimana orang cenderung lebih agresif
dan kompetititf daripada easy going.
g. Stability (stabilitas), dimana aktivitas organisasional menekankan pada
menjaga status quo sebagai lawan dari pengembangan.

Tipe Budaya Organisasi

 


Menurut Robbins (2001) dalam Wibowo (2010) tipe budaya
organisasi dikelompokan sebagai berikut:
a. Networked Culture
Organisasi memandang anggota sebagai keluarga dan teman.Budaya
ini memiliki tingkat sosiabilitas atau kesenangan bergaul yang tinggi.
Cenderung berbicara bisnis secara bebas, kebiasaan informal, dan
menggunakan banyak waktu untuk bersosialisasi
b. Mercenary Culture
Budaya ini memiliki tingkat sosiabilitas rendah dan tingkat solidaritas
tinggi, focus dalam menarik bersama untuk membuat pekerjaan
dilakukan. Komunikasi cenderung cepat, langsung dan dikendalikan
dengan cara yang tidak ada yang tidak mungkin.
c. Fragmented Culture
Organisasi yang dibuat dari para individual.Budaya ini ditandai oleh
solidaritas dan sosiabilitas yang rendah.Sedikit melakukan kontak
dalam bekerja dan mereka tidak saling mengenal.
d. Communal Culture
Organisasi ini menilai baik persahabatan dan kinerja.Budaya ini
memiliki solidaritas dan sosiabilitas yang tinggi. Mereka sangat
bersahabat satu sama lain dan bergaul dengan baik, baik secara pribadi
maupun professional

Pengertian Budaya Organisasi

 


Budaya perusahaan (corporate culture) sering dipertukarkan atau
disamakan dengan istilah budaya organisasi (organization culture).Sebab,
pada prinsipnya perusahaan juga merupakan organisasi.
Menurut Victor S.L. Tan (2002) dalam Wibowo (2010) Budaya
organisasi merupakan serangkaian norma yang terdiri dari keyakinan,
sikap, nilai-nilai inti dan pola perilaku, dibagikan oleh orang dalam suatu
organisasi.
Menurut Susanto (2011) dalam Emron Edison (2016) budaya
organisasi merupakan pola dari keyakinan, perilaku, asumsi, dan nilai-nilai
yang dimiliki bersama. Budaya organisasi membentuk cara berperilaku
dan berinteraksi antar anggota organisasi dan mempengaruhi cara kerja
mereka.

Penyebab Terjadinya Konflik

 


Menurut Marwansyah (2010) konflik dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, Yaitu faktor organisasi dan faktor antar-pribadi.
a. Faktor Organisasi
1) Persaingan untuk memperoleh sumber daya yang langka.
Pembagian ruang, dana, peralatan, pegawai, atau sumber daya lain
yang terbatas sering kali dapat memicu konflik.
2) Ketidakjelasan tanggung jawab dan wewenang. Individu dalam
organisasi terkadang ragu tentang siapa yang seharusnya
bertanggung jawab terhadap tugas, disinilah merupakan pangkal
konflik.
3) Interdependensi dan kejadian-kejadian yang muncul dari
kesalingtergantungan ini. Dalam organisasi berbagai unit kerja
akan saling bergantung untuk menjalankan pekerjaannya masing-
masing dan menerima masukan dari pihak lain. Masukan yang
diberikan tidak lengkap atau tidak memuaskan sering memicu
konflik.
4) Sistem imbalan. Jika sistem ini menciptakan kesenjangan antar
kelompok, bisa dipastikan akan timbul konflik.
5) Diferensiasi atau pembedaan dalam organisasi. Pembedaan bagian
dalam pekerjaan akan menimbulkan cara pandang “kami” dan
“mereka” yang akan memunculkan konflik.
b. Faktor antar pribadi
1) Rasa iri hati atau dendam. Bila seseorang dimarahi oleh orang lain,
yang dapat menyebabkan kehilangan muka, ia akan
mengembangkan sikap negatif terhadap orang yang memarahinya.
2) Salah anggapan atau kesalahan atribusi. Konflik sering terjadi
ketika seseorang menganggap bahwa orang lain menghambat
kepentingannya.
3) Komunikasi yang buruk. Hal ini sering kali terkait dengan
ketidakjelasan pesan-pesan yang disampaikan, atasan kadang
menganggap pesannya jelas sementara bawahan bingung tentang
apa yang harus dilakukan.
4) Kritik yang tidak tepat. Kritik yang disampaikan dengan cara tidak
baik atau menyinggung perasaan akan menimbulkan konflik.

Jenis Konflik

 


Menurut Marwansyah (2010) Konflik dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan sifatnya
1) Konflik Realistik
Konflik realistik terjadi ketika orang atau kelompok mempunyai
kebutuhan, tujuan, nilai, kepentingan, peran, atau cara kerja yang
berbeda dan bertentangan.
2) Konflik Non-realistik
Konflik non-realistik berdasarkan pada perbedaan yang
dipersepsikan, sementara faktanya adalah bahwa persepsi itu
keliru, salah atau terdistorsi (berubah dan menyimpang). Konflik
ini sering kali bisa diselesaikan hanya dengan memaparkan
informasi yang akurat kepada pihak yang terlibat
b. Berdasarkan orang-orang yang terlibat
1) Konflik antar-pribadi
Konflik antar pribadi sangat mempengaruhi emosi seseorang. Di
dalam konflik jenis ini, kebutuhan untuk melindungi citra diri dan
harga diri dalam pandangan orang lain. Konflik antar pribadi
timbul dari berbagai sumber seperti perubahan organisasi,
perbedaan kepribadian, perbedaan persepsi, dan sebagaimya.
2) Konflik antar-kelompok
Konflik ini terjadi karena perbedaan pandangan, loyalitas
kelompok, dan persaingan memperoleh sumber daya yang terbatas.
c. Berdasarkan manfaatnya
1) Konflik fungsional
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tercapainya
tujuan dan meningkatkan kinerja kelompok.
2) Konflik disfungsional
konflik ini adalah konflik yang menghambat kinerja kelompok.