Wednesday, July 10, 2024

Dimensi Etos Kerja

 


Menurut Muhammad Syafi’i dan Nuha (2018: 63) dimensi etos kerja terdiri
dari sikap kerja karyawan, kemauan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan,
perasaan karyawan dalam bekerja, serta kesungguhan karyawan ketika bekerja.

  1. Sikap kerja karyawan, sikap kerja karyawan ini dapat berupa keluwesan saat
    bekerja serta penyesuaian diri dalam bekerja
  2. Kemauan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, kemauan ini dapat
    dilihat dari ketaatan dan kepatuhan serta kemauan dalam menyelesaikan
    pekerjaan dengan baik.
  3. Perasaan karyawan dalam bekerja, perasaan karyawan ini dapat dilihat
    apabila seorang karyawan mempunyai etos kerja yang baik, pasti melakukan
    pekerjaan dengan senang tanpa adanya rasa berat hati atau terpaksa

Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

 


Etos kerja lebih mengutamakan niat dalam diri seseorang dalam bekerja dari
pada hasil kerja seseorang. Menurut Siregar di dalam Arischa Octarina (2013),
usaha dalam meningkatkan etos kerja seseorang dapat dilakukan dengan membina
aspek kecerdasan dalam diri seseorang, di antaranya:

  1. Kesadaran, keadaan mengerti akan pekerjaannya.
  2. Semangat, keinginan untuk bekerja.
  3. Kemauan, apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
  4. Komitmen, perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan.
  5. Inisiatif, usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
  6. Produktif, banyak menghasilkan sesuati bagi perusahaan/organisasi.
  7. Peningkatan, proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan
    sebagainya.
  8. Wawasan, konsepsi atau cara pandang tentang bekerja. Promos

Fungsi Etos Kerja

 


Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap atas
perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani dalam Arischa Octarina
(2013) fungsi etos kerja adalah sebagai pendorong timbulnya perbuatan dan
penggairah dalam aktivitas.

Etos Kerja

 


Dalam suatu organisasi terdapat beberapa pandangan bahwa etos kerja
mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja karyawan. Menurut
Anaroga dalam Priansa (2016: 282) mendefinisikan etos kerja sebagai suatu
pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-
individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi
eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya, sikap
dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi
kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Ginting (2016), etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri
khas seseorang atau sekelompok orang yang bekerja, yang berlandaskan etika atau
perspektif kerja yang diyakini, dan diwujudkan melalui tekad dan perilaku
konkret di dunia kerja. Menurut Priansa (2016: 282) menyatakan bahwa etos kerja
adalah seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang pegawai untuk
menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas
kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya dalam organisasi.
Sedangkan menurut Harsono dan Santoso dalam Darmansyah (2018: 25)
mengemukakan bahwa etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-
nilai atau norma-norma tertentu. Seseorang yang memiliki etos kerja akan terlihat
pada sikap dan tingkah lakunya dalam bekerja. Etos kerja seorang karyawan dapat
memberi dampak bagi produktivitas karyawan tersebut.

Dimensi Lingkungan Kerja

 


Menurut Afandi (2016: 57) dimensi lingkungan kerja meliputi:
Dimensi pencahayaan, dengan indikator:

  1. Lampu penerangan tempat kerja
  2. Jendela tempat kerja
    Dimensi warna, dengan indikator:
  3. Tata warna
  4. Dekorasi
    Dimensi suara, dengan indikator:
  5. Bunyi musik
  6. Bunyi mesin pabrik
    Dimensi udara, dengan indikator:
  7. Suhu udara
  8. Kelembaban udara

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

 


Menurut Afandi (2016: 52) menyatakan bahwa untuk menciptakan
lingkungan kerja yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

  1. Bangunan tempat bekerja
  2. Ruang kerja yang lapang
  3. Ventilasi udara yang baik
  4. Tersedianya tempat ibadah
  5. Tersedianya sarana angkutan karyawan

Jenis-jenis Lingkungan Kerja

 


Jenis-jenis lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2017: 44) adalah
sebagai berikut:

  1. Lingkungan Kerja Fisik
    Lingkungan fisik di tempat kerja sangat penting bagi kinerja, kepuasan,
    hubungan sosial karyawan dan kesehatan karyawan. Lingkungan kerja fisik
    adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja
    yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara
    tidak langsung.
  2. Lingkungan Kerja Non Fisik
    Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan lingkungan kerja karyawan yang
    berupa suasana kerja yang harmonis dimana terjadi hubungan atau
    komunikasi antara bawahan dengan atasan atau hubungan vertikal serta
    hubungan antar sesama karyawan atau hubungan horizontal