Thursday, July 11, 2024

Hubungan Shopping Lifestyle terhadap Positive Emotion

 


Shopping lifestyle (gaya hidup berbelanja) mengacu pada pola
konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang tentang bagaimana cara
menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle
menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorng untuk mengalokasikan
pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai produk dan layanan,
serta alternatif-alteratif tertentu dalam pembedaan kategori serupa (Yuslianti,
2016). Sedangkan Peter dan Olson, (2014) menjelakan bahwa Positive
emotion merupakan perasaan-perasaan positif seperti perasaan senang,
perasaan mencintai, perasaan menyukai, menikmati, puas, dan siaga.
Dunia pembelanjaan sekarang berkembang semakin pesat, keinginan
manusia untuk tampil yang lebih keren dan up to date. Hal ini, membuat
masyarakat mau tidak mau harus mengikuti tren yang ada. Kini kegiatan
shopping menjadi hal yang disukai oleh konsumen sehingga dapat
mempengaruhi timbulnya positive emotion (emosi positif) pada diri
konsumen.

Indikator Shopping Lifestyle

 


Menurut Anggraini & Anisa (2020) Shopping Lifestyle diukur dengan
beberapa indikator yaitu :

  1. Menanggapi tawaran iklan
  2. Berbelanja model terbaru
  3. Berbelanja merk terkenal
  4. Fashion dengan kualitas terbaik

Faktor-Faktor Shopping Lifestyle

 


Menurut Utami (2012:49) enam faktor motivasi berbelanja yaitu :
1) Adventure Shopping.
Konsumen melakukan berbelanja karena adanya sesuatu yang dapat
membangkitkan gairah berbelanja, merasa bahwa berbelanja adalah
suatu pengalaman dan dengan berbelanja mereka memiliki dunia
sendiri
2) Social Shopping.
Konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam berbelanja akan
tercipta ketika mereka menghabiskan waktunya dengan keluarga
atan teman. Selain itu ada yang merasa bahwa berbelanja adalah
suatu kegiatan sosialisasi, baik antar konsumen maupun dengan
para pegawai. Selain itu berbelanja juga memberikan informasi
lebih mengenai produk yang akan dibeli.
3) Gratification Shopping.
Konsumen beranggapan bahwa berbelanja merupakan alternative
untuk mengatasi stress, salah satu cara mengatasi suasana hati yang
buruk dengan berbelanja sebagai sarana untuk melupakan masalah
yang sedang dihadapi.
16
4) Idea Shopping.
Konsumen berbelanja untuk mengikuti trend fashion baru, dan
melihat inovasi produk baru. Biasanya konsumen melakukan
berbelanja karena ada sesuatu yang baru diiklan.
5) Role Shopping.
Konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain dari pada untuk
dirinya sendiri. Mereka beranggapan bahwa berbelanja untuk orang
lain lebih menyenangkan dari pada untuk dirinya sendiri.
6) Value Shopping.
Konsumen beranggapan bahwa berbelanja merupakan permainan
yaitu saat tawar menawar maupun pada saat mencari tempat
berbelanja yang menawarkan diskon, obral atau tempat berbelanja
denga harga yang murah

Shopping Lifestyle

 Setiap orang atau individu memiliki cara dan gaya masing-masing

untuk berbelanja. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman
membuat seseorang senang untuk melakukan kegiatan belanja, sehingga
seseorang bisa mengekspresikan diri untuk membedakan dirinya dengan
orang lain. Engel et al., (2019) shopping lifestyle merupakan pola seseorang
dalam menghabiskan waktu dan uangnya. Sedangkan menurut Tambuwu
(2016), shopping lifestyle seseorang dapat dilihat dari bagaimana mereka
menggunakan waktu serta uangnya untuk berbelanja.
Menurut (Kosyu dkk, 2014: 3) Shopping lifestyle merupakan gaya
hidup yang dilakukan seseorang untuk mengekspresikan diri dengan pola
tindakan menghabiskan waktu dan uang, yang dapat digunakan untuk
membedakan sifat dan karakteristik seseorang melalui gaya berbelanja.
Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan pilihan
seseorang tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan uang. Menurut
Aziz & V, (2015) Gaya hidup juga digunakan segmentasi pasar karena
menyediakan pandangan kehidupan sehari-hari dari konsumen. Apabila
diperhatikan banyak konsumen yang cenderung berbelanja karena sudah
menjadi suatu kebutuhan dan gaya hidup

Indikator Positive Emotion

 


Menurut Anggraini & Anisa (2020) Positive emotion diukur dengan
menggunakan indikator :

  1. Merasa senang
  2. Merasa bersemangat
  3. Merasa puas
  4. Merasa antusias

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Positive Emotion

 


Menurut Zheng, et al, (2016) emosi positif dipengaruhi oleh faktor
situasi dan pengalaman lingkungan, seperti foto keluarga, sekolah dan
lingkungan sekitar. Meningkatnya emosi positif disebabkan dari pengalaman
yang menyenangkan.
Didalam dunia marketing, munculnya emosi positif dipengaruhi dari
suasana hati, produk yang menggairahkan, serta promosi dari penjual

Positive Emotion

 


Diah Pradiatiningtyas (2019: 4) berpendapat bahwa Positive emotion
adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang
yang mengalaminya. Positive emotion bisa datang dari sebelum terjadinya
mood seseorang, kecondongan sifat yang afaktif seseorang dan reaksi di
lingkungan yang mendukung misalnya keterkaitan pada item barang, pelayan
yang diberikan kepada konsumen, dan adanya promosi penjualan. Menurut
Hawkins & Mothersbaugh (2014) emosi positif adalah perasaan atau suasana
hati yang dialami dari sesorang yang mendorong kuat sehingga tidak dapat
dikendalikan dan mempengaruhi perilaku dari seseorang.
Positive emotion yaitu merupakan perasaan-perasaan positif seperti
perasaan senang, perasaan mencintai, perasaan menyukai, menikmati, puas,
dan siaga (Peter dan Olson, 2014). Menurut Amiri et al., (2012) penciptaan
positive emotion pada konsumen mengenai satu produk atau artikel bahkan
lingkungan toko dapat meningkatkan motif konsumen dalam melakukan
impulse buying