Sunday, July 14, 2024

Minat Beli

 


Menurut Kotler dan Keller (2016:181) minat beli adalah seberapa besar
kemungkinan konsumen membeli suatu merek dan jasa atau seberapa besar
kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Bila
manfaat yang lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya maka
dorongan untuk membeli semakin tinggi.
Menurut Kotler dan Amstrong (2014:106) Minat beli adalah sesuatu yang
timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, lalu muncul
keinginan untuk membeli dan memilikinya. Minat beli menciptakan suatu motivasi
yang akan terus terekam dalam pikirandan menjadi suatu keinginan yang sangat
kuat yang pada akhirnya ketikaakanmemenuhi kebutuhannya mereka akan
merealisasikan apa yang ada dalam pikiraannya. bahwa motivasi sebagai kekuatan
dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan
tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,
maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya
jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan

Risk Disclosure

 


Ghozali dan Chariri (2007) mengusulkan tiga konsep mengenai pengungkapan
(disclosure), yaitu pengungkapan yang wajar (fair), cukup (adequate) dan lengkap
(full). Dari ketiga konsep tersebut, pengungkapan yang sering dilakukan
perusahaan adalah pengungkapan yang cukup. Pengungkapan yang cukup
mencakup pengungkapan minimal yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan
agar laporan keuangan yang dibuat tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan
keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan peraturan mengenai risk disclosure,
yaitu PSAK No. 60 (Revisi 2014) mengenai Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Aturan ini menyebutkan bahwa pengungkapan yang disyaratkan adalah untuk
mengungkapkan informasi-informasi yang memungkinkan para pengguna laporan
keuangan untuk dapat mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap
posisi dari kinerja keuangan. Pengungkapan informasi tersebut berupa
pengungkapan kualitatif dan kuantitatif. Pengungkapan yang bersifat kualitatif
meliputi eksposure timbulnya risiko, kebijakan, tujuan dan proses pengelolaan
risiko. Pengungkapan yang bersifat kuantitatif meliputi aset keuangan yang
meliputi jatuh tempo atau penurunan nilai, risiko kredit dan peningkatan kualitas
kredit yang diperoleh dan agunan, risiko likuiditas, analisis sensitivitas dan risiko
pasar.
Menurut Kristiono (2014), risk disclosure merupakan suatu upaya perusahaan
untuk memberitahukan kepada pengguna laporan tahunan tentang apa yang
mengancam perusahaan, sehingga dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.

Efisiensi Investasi

 


Investasi yang dilakukan perusahaan harus sesuai dengan kebutuhan dan sesuai
dengan apa yang diharapkan perusahaan sehingga tercipta efisiensi investasi.
Efisiensi merupakan suatu tindakan untuk menggunakan sumber daya dengan
tepat guna tidak terjadi pemborosan sumber daya yang ada (Sari dan Suaryana,
2014). Perusahaan melakukan efisiensi dengan tujuan menekan biaya dan untuk
memudahkan proses pengelolaan perusahaan agar dapat mencapai tujuan
perusahaan. Menurut Sari dan Suarayana (2014), efisiensi investasi merupakan
tingkat investasi optimal dari perusahaan dimana investasi tersebut mendatangkan
keuntungan yang bermanfaat bagi perusahaan.
Untuk mencapai efisiensi investasi, perusahaan seharusnya dapat terhindar dari
kondisi overinvestment dan underinvestment. Kondisi overinvestment terjadi
ketika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang mensyaratkan
penggunaan hutang dengan jumlah yang besar tetapi tidak ada jaminan
pembayaran hutang yang mencukupi (free cash flow). Perusahaan dengan tingkat
leverage tinggi akan cenderung mengalami kondisi tersebut. Apabila ketika
perusahaan tidak mampu merealisasikan investasi seperti yang diharapkan,
perusahaan harus mencari alternatif tambahan dana. Dengan kata lain,
overinvestment adalah kelebihan modal, sedangkan underinvestment adalah
kekurangan modal.

Investasi

 


Investasi merupakan komitmen sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
yang akan datang (Tandelilin, 2001). Kegiatan investasi perusahaan harus
dilakukan sebaik-baiknya dan sesuai dengan kebutuhan agar investasi tersebut
memberikan keuntungan yang bermanfaat bagi perusahaan.
Menurut Sukirno (2006), tingkat investasi perusahaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah sebagai berikut:
 Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
 Tingkat suku bunga.
 Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
 Kemajuan teknologi.
 Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
 Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset
finansial dan investasi pada aset-aset riil. Investasi pada aset-aset finansial dapat
dilakukan di pasar uang maupun pasar modal, seperti deposito, commercial paper,
surat berharga pasar uang, saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan
investasi pada aset-aset riil dapat dilakukan dalam bentuk pembelian aset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan,
dan lain-lain.
Terdapat beberapa keputusan yang harus diambil oleh manajer. Salah satunya
adalah keputusan investasi. Keputusan investasi merupakan keputusan yang
paling penting dari keputusan-keputusan lainnya (Horne, 2009). Manajer harus
pandai dalam membaca peluang-peluang investasi yang muncul supaya keputusan
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kegiatan investasi yang
dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh di masa
mendatang.

Agency Theory

 


Teori keagenan adalah teori yang muncul karena adanya hubungan antara manajer
sebagai pihak agen yang telah diberikan kewajiban oleh pemilik perusahaan atau
pemegang saham sebagai pihak prinsipal untuk mengelola perusahaan. Teori
keagenan dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Hubungan
keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan
kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis
(principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian
sumber daya tersebut (Jensen dan Meckling, 1976)
Menurut Messier et al. (2006) hubungan keagenan mengakibatkan dua
permasalahan, yaitu:
1) Terjadinya asimetri informasi, dimana manajemen secara umum memiliki
lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi
operasi entitats dari pemilik.
2) Terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan tujuan, dimana
manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi yang dapat timbul
dari teori keagenan, yaitu:
1) Adverse selection
Mengungkapkan bahwa adanya ketidakseimbangan informasi yang terjadi
antara kedua belah pihak, yang dalam hal ini merupakan para manajer dengan
para pemegang saham dan stakeholder.
2) Moral hazard
Merupakan penyelewangan yang dilakukan oleh pihak agen atau para
manajer tidak sesuai dengan kontrak yang telah dijanjikan.
Agen yang lebih banyak memiliki informasi mengenai perusahaan dibandingkan
dengan prinsipal berpotensi untuk melakukan tindakan yang menguntungkan
agen. Hal tersebut didukung dengan adanya perbedaan kepentingan di antara
mereka. Prinsipal cenderung menginginkan perusahaan yang going concern dan
mendapatkan return yang besar, sedangkan agen berusaha untuk mempertahankan
jabatannya dan menginginkan kompensasi yang tinggi.

Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

 


Menurut Buchari Alma (2016:96) bahwa keputusan pembelian dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk,
harga, lokasi, promosi, physical evidence, people, process, sehingga akan
membentuk kepada keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

  1. Ekonomi Keuangan
    Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat
    dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya dan polanya)tabungan dan hartanya,
    kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan
    menabung.
  2. Teknologi
    Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
    yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
  3. Politik
    Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
    kebijakan publik.
  4. Budaya
    Budaya merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan
    perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan
    naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Dalam naluri manusia
    tentunya akan memutuskan membeli produk yang memiliki kualitas yang
    berarti faktor kualitas produk merupakan salah satu unsur dalam Faktor
    Kebudayaan
  5. Produk
    Kombinasi antara barang dan jasa dari perusahaan yabg dapat ditawarkan
    kepada pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan terentu yang
    diharapkan untuk dapat diterima dengan baik oleh pasar.
  6. Price
    Jumlah uang atau kewajiban yangharusdibayarkan oleh konsumen untuk
    mendapatkan suatu produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen. Harga
    dapat menjadikan pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk
    atau layanan.
  7. Place
    Meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk yang tersedia dan dapat
    dijangkau konsumen.
  8. Promotion
    Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
    manfaat produk, membujuk konsumen dengan berbagai cara agar konsumen
    tertarik untuk membelinya dan dapat loyal terhadap produk yang telah
    dipasarkan.
  9. Physical evidence
    Physical evidence atau bukti fisik merupakan suatu hal yang mempengaruhi
    kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan barang atau jasa yang
    ditawarkan.
  10. People
    People adalah orang yang memainkan peranan dalam memberikan pelayanan,
    termasuk orang-orang yang berinteraksi langsung dengan pelanggan.
  11. Process
    Proses adalah metode, prosedur ataupun urutan kegiatan aktivitas yang saling
    terkait dalam rangka menyampaikan layanan atau jasa kepada pelanggannya.

Indikator Keputusan Pembelian

 


Kotler dan Keller (2016:188) mengemukakan keputusan pembelian
memiliki dimensi sebagai berikut :

  1. Pilihan Produk
    Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau
    menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan
    harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli
    serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.
  2. Pilihan Merek
    Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek nama yang akan dibeli
    setiap merk memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus
    mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
  3. Pilihan Saluran Pembelian
    Konsumen mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan
    dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur
    bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persedian
    barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan tempat dan lain-
    lain.
  4. Pilihan Waktu Pembelian
    Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda
    misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua minggu
    sekali dan lain sebagainya.
  5. Jumlah pembelian
    Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang
    akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih
    dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk
    sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.