Sunday, July 14, 2024

Faktor – faktor yang berhubungan dengan produk

 

  1. Kualitas produk
    Merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk
    produk. Sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
  2. Hubungan antara nilai sampai pada harga
    Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh
    perbedaan antara nilai yang diterima oleh pelanggan dengan harga yang di
    bayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan
    usaha.
  3. Bentuk Produk
    Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk
    yang menghasilkan suatu manfaat.
  4. Keandalan
    Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk
    sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan Pelanggan

 


Kepuasan seorang pelanggan atau pengguna jasa tidak akan didapatkan
begitu saja dan dengan kadar yang tidak sama antara pengguna jasa pelayanan
yang satu dengan yang lainya, hal ini menunjukkan adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan/pengguna jasa. Sehingga perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap kepuasaan
yang didapat oleh para pelanggan jasa.
Menurut Hanna&Karp (dalam Musanto, 2004) Untuk menciptakan
kepuasan pelanggan suatu perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pelanggan yang dianggap paling penting yang disebut “the big eight
factor” yang secara umum dibagi menjadi tiga kategori

Pengertian Kepuasan Pelanggan

 


Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin satis yang berarti
cukup baik atau memadai dan facio yang berarti melakukan atau membuat. Secara
sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau
membuat sesuatu memadai. Menurut Howard & Sheth (dalam Tjiptono, 2014),
mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah siatuasi kognitif pembeli
berkenaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan antara hasil yang
didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan. Swan, et al (dalam
Tjiptono, 2014) mendefenisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar
atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek
atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan
tujuan/pemakaiannya. Oliver (dalam tjiptono, 2014) mengemukakan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi terhadap surprise yang inheren atau
melekat pada pemerolehan produk atau pengalaman konsumsi.
Menurut Churchill & Surprenant (dalam Tjiptono, 2014), merumuskan
kepuasan pelanggan sebagai hasil pembelian dan pemakaian yang didapatkan dari
perbandingan antara reward dan biaya pembelian dengan konsekuensi yang
diantisipasi sebelumnya. Selanjutnya menurut Westbrook & Reilly (dalam
Tjiptono, 2014), berpendapat bahwa kepuasan pelanggan adalah respon emosional
terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu
yang dibeli, gerai ritel atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan
perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respon emosional dipicu oleh
proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap
objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan, keinginan
dan hasrat) individual.
Cadotte, et al (dalam Tjiptono, 2014), mengkonseptualisasikan kepuasan
pelanggan sebagai perasaan yang timbul sebagai hasil evaluasi terhadap
pengalaman pemakaian produk atau jasa. Sedangkan Tse dan wilton (dalam
Tjiptono, 2014) mendefinisikan kepuasan/ketidakpuasan pelanggan sebagai
respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang
dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian (norma kinerja lainnya)
dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah pemakaian atau konsumsi
produk bersangkutan. Sementara itu menurut Band (dalam Musanto, 2004)
kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan
harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan terjadinya
pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Selanjutnya, J.Supranto (dalam
Utami, 2009), mengatakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.
Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Pelanggan bisa mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasaan
umum yaitu jika kinerja dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa, tetapi
kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan merasa puas dan bila kinerja dapat
melebihi harapan pelanggan akan merasa sangat puas, senang atau gembira
(Kotler, dalam Sunyoto, 2012 )

Model Perilaku Konsumen

 


Model perilaku konsumen dijelaskan oleh Assael (dikutip dalam Khodijah
dan Saino, 2012), menjelaskan bahwa komponen inti dari model keputusan
konsumen ini adalah consumer decision making yang merupakan proses
menerima, mengevaluasi informasi merk produk tertentu. Model ini merupakan
model yang sederhana dengan tiga faktor yang mempengaruhi konsumen
diantaranya konsumen individual, pengaruh lingkungan dan rangsangan
perusahaan (strategi perusahaan).
Menurut Kotler (dikutip dalam Khadijah dan Saino, 2012), model perilaku
konsumen menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses
psikologis dasar yang memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana
konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Titik awal untuk
memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan tanggapan. Pemasar
bertugas untuk memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara
datangnya rangsangan luar dan keputusan pembelian akhir. Empat proses
psikologis penting motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori, secara
fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan
pemasaran.
Menurut Engel (dikutip dalam Khadijah dan Saino, 2012), model perilaku
konsumen yang sudah disempurnakan dan mengalami banyak perubahan yang
digunakan adalah pemecahan masalah yang diperluas. Pertama, pengenalan
kebutuhan, dimana pengenalan kebutuhan ini sebagai tahap awal dan ada tiga
determinan yakni informasi yang disimpan dalam ingatan, perbedaan individual
dan pengaruh lingkungan. Kedua, pencarian informasi adalah pencarian internal
ke dalam ingatan untuk menetukan apakah cukup banyak yang diketahui
mengenai pilihan yang tersedia. Untuk memungkinkan pilihan yang dibuat tanpa
informasi lebih jauh. Ketiga, evaluasi alternatif, hal ini dimulai dengan
pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan produk atau merk dan atribut,
diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tingkat pembelian. Pada evaluasi
alternatif ini menghasilkan niat untuk bertindak secara konsisten dengan sikap dan
akhirnya dengan tindakan pembelian itu sendiri. Keempat, pembelian dan
hasilnya, pembelian paling sering terjadi dalam jenis tempat penjualan tertentu
dan dari pembelian itu dapat memperlihatkan bagaimana kepuasan dapat
menguatkan niat pembelian di masa yang akan datang.
Sedangkan model perilaku konsumen menurut Assael (dikutip dalam
Fatma dan Saino, 2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen. Dengan model perilaku konsumen yang sederhana menunjukkan
bahwa interaksi antar pemasar dengan konsumen perlu dilakukan karena dapat
menimbulkan adanya proses untuk merasakan dan mengevaluasi informasi
produk

Faktor -faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

 


Kotler (2000), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
antara lain: faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan faktor psikologis.
1) Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap
perilaku, peran budaya, sub budaya, kelas sosial yang sangat penting.
a. Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku
seseorang.
b. Sub Budaya Merupakan identifikasi dari sosialisasi yang khas untuk
perilaku anggotanya, ada empat macam sub budaya yakni terdiri dari:
kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan kelompok
wilayah geografis.
c. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen yang tersusun secara hirarkis dan yang anggotanya menganut
nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa (Kotler, 2000).
2) Faktor Sosial
Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
diantaranya adalah kelompok sosial dan kelompok referensi, kelurga.
a. Kelompok Acuan Menurut Kotler (2000) adalah seseorang terdiri dari
semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap atau pengaruh perilaku seseorang. Kelompok yang
memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok
keanggotaan.
b. Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat
mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan. Keluarga
sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, dimana seseorang
mempengaruhi suatu orientasi terhadap agama, politik dan ekonomi.
c. Status dan Peran Status dan peran berhubungan dengan kedudukan
seseorang dalam masyarakat, setiap peranan yang dimainkan akan
mempengaruhi perilaku pembelinya.
3) Faktor Pribadi
a. Usia dan tahap daur
Hidup kelompok membeli barang dan jasa yang berubah-ubah selama
hidupnya, usia merupakan perkembangan fisik dari seseorang. Oleh karena itu
oleh tahapan perkembangan pasti membutuhkan makanan, pakaian yang berbeda-
beda sehingga mempengaruhi terhadap perilaku pembelian.
b. Keadaan Ekonomi
Seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pemilihan produk. Keadaan
ekonomi seseorang yang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan,
tabungan dan kekayaan, dan kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap
pengeluaran.
c. Pekerjaan
Pola konsumsi yang berhubungan dengan perlengkapan kerja dan
kebutuhan lain yang terkait dengan pekerjaannya

Pengertian Perilaku Konsumen

 


Perilaku konsumen merupakan suatu bagian dari perilaku manusia dan
oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari bagiannya. Dalam bidang pemasaran,
studi tentang perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui selera konsumen
yang senantiasa berubah dan untuk mempengaruhinya agar bersedia untuk
membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka butuhkan. Perusahaan
berkepentingan dengan setiap kegiatan manusia, dalam sistem ini perilaku
konsumen merupakan kegiatan manusia sehingga dalam membicarakan perilaku
konsumen berarti membicarakan ruang lingkup kegiatan manusia hanya dalam
ruang lingkup yang lebih terbatas. Lebih lanjut The American Asociation (dikutip
dalam Khodijah dan Saino, 2012), memberikan definisi perilaku konsumen
merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan
lingkungannya, dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka.
Lain halnya menurut Setiadi (dikutip dalam Khodijah dan Saino, 2012),
perilaku konsumen adalah tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli kegiatan ini.
Menurut Sheth & Mittal (dalam Tjiptono, 2014), perilaku konsumen
adalah aktivitas mental dan fisik yang dilakukan oleh pelanggan rumah tangga
(konsumen akhir) dan pelanggan bisnis yang menghasilkan keputusan untuk
membayar, membeli dan menggunakan produk dan jasa tertentu.
Menurut Hawkins & Mothersbaught (dalam Tjiptono, 2014), perilaku
konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-
proses yang mereka gunakan untuk menyeleksi, mendapatkan, menggunakan dan
menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan
kebutuhan, serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan
masyarakat.
Teori perilaku konsumen yang lebih dalam dijelaskan oleh Shiffman, dkk
(dalam Tjiptono, 2014), perilaku konsumen adalah perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk jasa atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa
yang ditawarkan. 

Pengaruh Youtube Beauty Vlogger Terhadap Minat Beli Konsumen

 


Beauty vlogger akan semakin dikenal luas karena kemampuan memberikan
informasi pada videonya membuat seorang beauty vlogger semakin terkenal karena
dipandang sebagai tokoh aspirasional yang berpengalaman dalam bidang
kecantikan. Hal ini membuat brand kecantikan melirik beauty vlogger bekerjasama
untuk mendukung brand kecantikan tertentu pada video YouTubenya. Kerjasama
ini memberikan keuntungan kepada perusahaan kosmetik sebagai strategi yang
tepat dalam mempromosikan produk agar lebih dikenal oleh banyak orang, beauty
vlogger juga mendapatkan keuntungan berupa pemberian produk-produk
kecantikan sebagai hadiah untuk mendukung pekerjaan beauty vloggersebagai
influencer kecantikan.
Menurut Belch dan Belch (2014:168) mengatakan bahwa endorser adalah
icon atau sering disebut juga sebagai sumber langsung untuk mengantarkan sebuah
pesan dan memperagakan sebuah produk atau jasa dalam kegiatan promosi yang
bertujuan untuk mendukung efektifitas penyampaian pesan produk. Untuk menilai
efektivitas seorang endorser maka dapat dilakukan evaluasi melalui nilai
kredibilitas seorang endorser tersebut. Kredibilitas merupakan pemahaman positif
yang mengacu pada karakteristik endorser yang dapat mempengaruhi orang lain
untuk menerima argumen yang disampaikan. Menurut Ohanian (2012) mengatakan
bahwa terdapat tiga dimensi kredibiitas seorang endorser yaitu Kepercayaan
(Trustworthiness), Keahlian (Expertise), dan Daya Tarik (Attractiveness). Ketiga
dimensi tersebut akan membentuk penilaian kepada beauty vlogger sebagai
endorser, sehingga setiap rekomendasi beauty vlogger akan dipertimbangkan oeh
konsumen dan akan memunculkan ransangan terhadap produk yang diulas dalam
video beauty vlogger Sari (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger berpengaruh terhadap minat
beli.