Karakteristik
merupakan perilaku yang tampak dan akan menjadi tabiat atau karakter dari
kegiatan Cooperative Learning.
Pembelajaran cooperative learning
tidak sama dengan belajar dalam kelompok. Karena pembelajaran Cooperative Learning memiliki
karakteristik tertentu. Menurut Anita Lie (2007:32) pembelajaran Cooperative Learning memiliki lima
karakteristik khusus, yaitu :
1. Saling
ketergantungan.
2. Tanggung
jawab perseorangan.
3. Tatap
muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi.
4. Komunikasi
antar kelompok.
5. Evaluasi
komunikasi kelompok.
Sebagai
suatu model pembelajaran, Cooperative
Learning muncul dengan beberapa prinsip. Stahl (Solihatin, 2008 : 7 - 9)
mengenalkan ada sembilan konsep dasar atau prinsip dasar yang harus
diperhatikan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif, meliputi :
1)
Perumusan tujuan
belajar siswa harus jelas. Tujuan belajar disini menyangkut apa yang diinginkan
oleh guru untuk dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan
harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran dan
dirumuskan dengan jelas dan spesifik.
2)
Penerimaan yang
menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. Siswa dikondisikan untuk
mengetahui dan menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan
kepentingan kelas.
3)
Ketergantungan yang
bersifat positif. Guru merancang struktur tugas kelompok dan suasana belajar
yang memungkinkan siswa merasa tergantung secara positif pada anggota
kelompoknya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
4)
Interaksi yang bersifat
terbuka. Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat terbuka dan
langsung sehingga siswa akan saling member dan menerima masukan, ide, saran dan
kritik dari temannya dalam mendiskusikan materi dan tugas yang diberikan oleh
guru.
5)
Tanggung jawab
individu. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif ini dipengaruhi oleh
kemampuan individu siswa dalam menerima dan member apa yang telah dipelajarinya
kepada siswa lainnya sehingga ada dua tanggung jawab siswa yaitu mengerjakan
dan memahami tugas bagi keberhasilan diri dan kelompok yang lain.
6)
Kelompok bersifat
heterogen. Keanggotaan kelompok dalam pelaksanaan model belajar ini bersifat
heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari
berbagai karakteristik siswa yang berbeda. Kondisi heterogen di sini meliputi
kemampuan akademis, maupun jenis kelamin.
7)
Interaksi sikap dan
perilaku sosial yang positif. Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus
belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin,
berdiskusi, bernegosiasi dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam mengerjakan
tugas kelompok. Untuk itu, guru bertanggungjawab menjelaskan bagaimana sikap
dan perilaku siswa yang baik dalam bekerjasama.
8)
Tindak lanjut (follow
up). Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugas dan pekerjaannya,
selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam
kelompok belajarnya.
9)
Kepuasan dalam belajar.
Setiap siswa harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam
mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya. Untuk itu guru
hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
Dalam
buku Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Trianto
(2007 : 42) dinyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan
pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda
latar belakang.
No comments:
Post a Comment