Wednesday, January 17, 2018

Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning (skripsi dan tesis)


Karakteristik merupakan perilaku yang tampak dan akan menjadi tabiat atau karakter dari kegiatan Cooperative Learning. Pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan belajar dalam kelompok. Karena pembelajaran Cooperative Learning memiliki karakteristik tertentu. Menurut Anita Lie (2007:32) pembelajaran Cooperative Learning memiliki lima karakteristik khusus, yaitu :
1.      Saling ketergantungan.
2.      Tanggung jawab perseorangan.
3.      Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
4.      Komunikasi antar kelompok.
5.      Evaluasi komunikasi kelompok.
Sebagai suatu model pembelajaran, Cooperative Learning muncul dengan beberapa prinsip. Stahl (Solihatin, 2008 : 7 - 9) mengenalkan ada sembilan konsep dasar atau prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif, meliputi :
1)        Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. Tujuan belajar disini menyangkut apa yang diinginkan oleh guru untuk dilakukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran dan dirumuskan dengan jelas dan spesifik.
2)        Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. Siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas.
3)        Ketergantungan yang bersifat positif. Guru merancang struktur tugas kelompok dan suasana belajar yang memungkinkan siswa merasa tergantung secara positif pada anggota kelompoknya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.
4)        Interaksi yang bersifat terbuka. Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat terbuka dan langsung sehingga siswa akan saling member dan menerima masukan, ide, saran dan kritik dari temannya dalam mendiskusikan materi dan tugas yang diberikan oleh guru.
5)        Tanggung jawab individu. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif ini dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan member apa yang telah dipelajarinya kepada siswa lainnya sehingga ada dua tanggung jawab siswa yaitu mengerjakan dan memahami tugas bagi keberhasilan diri dan kelompok yang lain.
6)        Kelompok bersifat heterogen. Keanggotaan kelompok dalam pelaksanaan model belajar ini bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda. Kondisi heterogen di sini meliputi kemampuan akademis, maupun jenis kelamin.
7)        Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif. Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam mengerjakan tugas kelompok. Untuk itu, guru bertanggungjawab menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku siswa yang baik dalam bekerjasama.
8)        Tindak lanjut (follow up). Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya.
9)        Kepuasan dalam belajar. Setiap siswa harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya. Untuk itu guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Dalam buku Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Trianto (2007 : 42) dinyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda latar belakang.

No comments:

Post a Comment