Wednesday, January 17, 2018

Pengertian Model Kooperatif (skripi dan tesis)


Pembelajaran kooperatif berasal dari Bahasa Inggris “Cooperative Learning”. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Slavin (Solihatin, 2008 : 4) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.”
Ditambahkan oleh Solihatin (2008 : 5) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesame anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan hasil belajar.
Sejalan dengan itu Anita Lie, dalam bukunya Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (2007 : 12) dinyatakan sebagai “model pembelajaran gotong-royong karena memberikan kesempatan kepada siswa/peserta didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dan disini guru sebagai fasilitator.
Sedangkan istilah Cooperative Learning dalam wacana Indonesia dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Istilah ini lebih bermakna daripada sekedar belajar kelompok tradisional yang membentuk kelompok kerja dengan lingkungan yang positif dan meniadakan persaingan individu dalam kelompok untuk mencapai prestasi akademik. Penggunaan model Cooperative Learning merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang membutuhkan partisifasi dan kerjasama dalam kelompok.
Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan aktifitas siswa dalam belajar kelompok kecil, mempelajari materi pembelajaran dan mengerjakan. Anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya. Model pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pembelajaran, karena terkadang siswa lebih paham akan hal yang disampaikan temannya daripada gurunya, serta bahasa yang digunakan oleh siswa terkadang lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya.
Dalam Cooperative Learning ada struktur tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadi interaksi yang baik dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara kelompok. Pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan bekerjasama antar anggota kelompoknya selama belajar kelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama secara kolaboratif dan membantu untuk memahami suatu materi, memeriksa dan memperbaiki pekerjaan teman serta kegiatan lainnya, dengan tujuan mencapai hasil belajar yang tinggi serta harus ditanamkan kepada siswa bahwa belajar belum selesai apabila salah satu anggota kelompok belum menguasai pembelajaran.
Cooperative Learning memungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang berkualitas antara siswa dengan siswa dalam kelompok, maupun siswa dengan siswa antar kelompok, dan guru dapat berperan sebagai motivator, fasilitator dan moderator. Pada pembelajaran ini juga, siswa ditempatkan pada peran yang sama untuk mencapai tujuan belajar, penguasaan materi pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran, yang dipandang tidak semata-mata dapat ditentukan oleh guru, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Hal tersebut akan mendorong tumbuh dan kembangnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa.
Pengelompokan siswa secara heterogenitas merupakan ciri yang menonjol dalam model pembelajaran Cooperative Learning. Heterogenitas kelompok bias dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama dan sosial. Misalnya dua orang kemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan satu orang lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Johnson (Isjoni, 2009 : 24) mengemukakan bahwa “Cooperative Learning dapat menghasilkan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain”.
Disamping memiliki keunggulan model pembelajaraan Cooperative Learning memiliki kelemahan. Isjoni (2009 : 25) mengungkapkan beberapa kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain sebagai berikut :
a)      Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
b)     Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
c)      Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan topic permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

d)     Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif .

No comments:

Post a Comment