Penyebab
terjadinya bencana gunung meletus menurut Coburn (1994: 22) yaitu keluarnya
magma dari kedalaman bumi, terkait dengan penutupan arus-arus konveksi. Gunung meletus
juga bisa terjadi akibat proses-proses tektonis dari gerakan yang lambat dari
daratan dan pembentukan lempengan. Meliza Rafdiana (2011: 9) mengemukakan
bahwa bencana gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan
magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari seribu derajat celcius. Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700- 1.200 derajat celcius. Letusan gunungapi yang membawa batu dan
abu dapat menyembur sampai 18 Km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh 90 Km.
Gunungapi yang sering meletus disebut gunungapi
aktif. Gunungapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda,
antara lain: suhu di sekitar gunung naik, mata air menjadi kering, sering
mengeluarkan suara gemuruh disertai getaran (gempa), tumbuhan disekitar gunung
layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Bahaya yang ditimbulkan dari letusan gunungapi
dibagi menjadi dua jenis. Bahaya yang pertama adalah bahaya primer:
berupa guguran lava pijar, awan panas, jatuhan bahan
letusan, sebaran abu, dan gas beracun. Bahaya
selanjutnya adalah bahaya sekunder yang berupa
aliran lahar (Muzil Azwar, 1998: 82-84). Lahar
merupakan istilah bahasa jawa yang pertama kali diperkenalkan oleh Schrivenor
tahun 1929. Lahar berarti aliran air yang membawa bongkah-bongkah batu dan
material sedimen lainnya (pasir) menuruni lereng gunungapi
dengan kecepatan tinggi, sebagai aliran pekat (Sudibyakto, 2011: 14). Besar
kecilnya lahar hujan ditentukan oleh volume air hujan yang turun di atas
endapan abu gunungapi (Djauhari Noor, 2005: 124)
Elemen-elemen yang berisiko
terkena letusan gunungapi adalah semua yang berada dekat dengan gunungapi
tersebut. Elemen-elemen itu antara lain: atap-atap rumah atau bangunan-bangunan
yang mudah terbakar, persediaan air yang rentan terkena jatuhan debu,
bangunan-bangunan yang lemah dapat runtuh terkena tekanan-tekanan abu, tanaman
pangan dan ternak menjadi risiko (Coburn, 1994: 22).
No comments:
Post a Comment