Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptibility)
suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas)
lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno, 2001 dalam Wisaksanti Rudiastuti, 2011:9). Penilaian kesesuaian lahan merupakan suatu penilaian secara sistematik dari lahan dan menggolongkannya ke dalam kategori berdasarkan persamaan sifat atau kualitas lahan yang mempengaruhi kesesuaian lahan bagi suatu usaha tertentu (Bakosurtanal, 1996 dalam Wisaksanti Rudiastuti, 2011:9).
Menurut Hardjowigeno (2003) dalam Irianti (2004), klasifikasi kesesuaian
lahan dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun
kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasarkan atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angka-angka) yang biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasarkan atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kualitatif (tidak dengan angka) dan tidak ada perhitungan ekonomi. Biasanya dilakukan dengan cara memadankan (membandingkan) kriteria masing-masing kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor fisik (karakteristik.kualitas lahan) yang merupakan faktor penghambat terberat.
Menilai kelas kesesuaian lahan menurut Djoemantoro dan Rachmawati
(2002) dan Sitorus (1985) dalam Irianti (2004) diperoleh bahwa kesesuaian lahan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu order S (sesuai) dan order N (tidak sesuai). Lahan yang tergolong order S adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap daya lahannya. Yang termasuk order N adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan.
Pembagian kelas dalam tingkatan kesesuaian lahan merupakan pembagian
lebih lanjut dari kesesuaian lahan di dalam order. Banyaknya kelas di dalam suatu
order tidak terbatas. Di dalam penelitian ini digunakan tiga kelas untuk order S
dan satu kelas untuk order N.
a. Kelas S1: sangat sesuai (highly suitable), adalah lahan yang tidak memiliki
pembatas untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari.
b. Kelas S2: cukup sesuai (moderately suitable), adalah lahan yang
mempunyai sedikit pembatas untuk suatu penggunaan tertentu. Pembatas
ini akan mempengaruhi produktivitas dan keuntungan yang diperoleh
dalam mengusahakan lahan tersebut.
c. Kelas S3: sesuai bersyarat (suitable conditional), adalah lahan yang
memiliki pembatas dengan tingkat yang lebih berat, akan tetapi masih bisa
diperbaiki dengan menggunakan perlakuan teknologi yang lebih tinggi.
d. Kelas N: tidak sesuai (not suitable), adalah lahan dengan pembatas sangat
berat sehingga tidak memungkinkan unutk suatu penggunaan tertentu
secara lestari.
Showing posts with label Geografi. Show all posts
Showing posts with label Geografi. Show all posts
Friday, June 7, 2019
Jenis dan Sumber Data SIG (skripsi dan tesis)
Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu
data spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Data Spasial
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek
di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di udara) dan di bawah permukaan bumi.
Data spasial dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam berbagai format.
Sumber data spasial antara lain mencakup: data grafis peta analog, foto udara,
citra satelit, survei lapangan, pengukuran theodolit, pengukuran dengan
menggunakan global positioning systems (GPS) dan lain-lain.
Gambar 2.2 Sumber Data dalam SIG (Ekadinata, dkk., 2008)
Data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu:
a. Model vektor
Model vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon beserta
atribut-atributnya. Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat Kartesius dua dimensi (x,y).
Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi di
permukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-masing mewakili tipe objek tertentu sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
Titik (point) : merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki dimensi
panjang dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu pasangan
koordinat x,y. Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian, observasi
lapangan, titik-titik sampel.
Garis (line/segment) : merepresentasikan objek yang memiliki dimensi panjang
namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan, pola aliran, garis kontur.
Poligon : merepresentasikan fitur spasial yang memiliki area, contohnya adalah unit administrasi, unit tanah, zona penggunaan lahan.
b. Model data raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (bidang referensi horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak-kotak). Piksel adalah unit dasar yang digunakan untuk menyimpan informasi secara eksplisit. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran piksel suatu gambar. Model raster memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data geografi ditandai oleh nilai-nilai elemen matriks dari suatu objek yang berbentuk titik, garis, maupun bidang.
2. Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena
yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto, narasi, dan lain sebagainya, yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan sensus, dan lain-lain.
Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain, msalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu.
Subsistem SIG (skripsi dan tesis)
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka SIG dapat
diuraikan menjadi beberapa sub-sistem sebagai berikut :
1. Data Input : sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan,
mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai
sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggungjawab dalam
mengkonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke
dalam format (native) yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang
bersangkutan.
2. Data Output : sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau
menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang
dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk
softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan
lain sebagainya.
3. Data Management : sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial
maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data
sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve (di-load
ke memori), di-update, dan di-edit.
4. Data Manipulation & Analysis : sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan
operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan
Pengertian Sistem Informasi Geografis (skripsi dan tesis)
Pengertian Geographic Information System atau Sistem Informasi
Geografis (SIG) sangatlah beragam. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG
yang beredar di berbagai sumber pustaka. Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang, bertambah, dan sedikit bervariasi, karena SIG merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang digunakan oleh berbagai bidang atau disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut adalah beberapa definisi SIG yang telah beredar di berbagai sumber pustaka (Prahasta, 2009) :
1. SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer (CBIS) yang digunakan
untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek dan fenomena di mana lokasi geografis merupakan karakteristik
yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG
merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut
dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a) masukan, (b)
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan
manipulasi data, dan (d) keluaran [Aronoff, 1989].
2. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data,
manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan meyebarkan informasiinformasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi [Chrisman, 1997].
3. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data
geografis. Sistem ini diimplementasikan dengan menggunakan perangkat
keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk: (a) akusisi dan
verifikasi data, (b) kompilasi data, (c) penyimpanan data, (d) perubahan
dan atau updating data, (e) manajemen dan pertukaran data, (f) manipulasi
data, (g) pemanggilan dan presentasi data, dan (h) analisa data [Bern,
1992].
4. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi-informasi yang
berhubungan dengan permukaan bumi [Demers, 1997].
5. SIG adalah sistem yang dapat mendukung (proses) pengambilan keputusan
(terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi
lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di
lokasi tersebut. SIG yang lengkap akan mencakup metodologi dan
teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat
lunak, dan struktur organisasi [Gistut, 1994].
Thursday, July 12, 2018
Pendekatan Geografi (skripsi dan tesis)
Geografi ditandai dengan
perkembangan metodologi tentang lingkup dan isi geografi. Perkembangan
metodologi dalam geografi berkembang dengan pesat. Bintarto (1987) menyatakan
dalam geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau
menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan atau
hampiran (approach). Pendekatan dalam
geografi tersebut yaitu pendekatan analisa keruangan (spatial analysis), analisa ekologi (ecological analysis), dan analisa kompleks wilayah (regional complex analysis).
1.
Pendekatan Keruangan
Analisa keruangan mempelajari
perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Hal
yang harus diperhatikan dalam analisa keruangan adalah penyebaran penggunaan
ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai
kegunaan yang direncanakan. Data yang dapat dikumpulkan dalam analisa keruangan
adalah data titik (point) dan data
bidang (areal). Data titik antara
lain data ketinggian tempat, data sampel bantuan, data sampel tanah, dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam data bidang antara lain data luas
hutan, data luas pertanian, data luas permukiman, dan lain sebagainya.
Penyebaran penggunaan ruang yang
telah ada memiliki kaitan dalam teori difusi. Difusi dalam geografi mempunyai dua
arti yang berbeda yaitu difusi ekspansi (expansion
diffusion) dan difusi penampungan (relocation
diffusion). Difusi ekspansi yaitu suatu proses di mana informasi, material,
dan sebagainya menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah yang
lain. Dalam proses ekspansi ini informasi atau material yang didifusikan tetap
ada dan kadang-kadang menjadi lebih intensif di tempat asalnya. Hal ini berarti
bahwa terjadi penambahan jumlah anggota baru pada populasi antara dua periode
waktu. Penambahan anggota baru tersebut mengubah pola keruangan pupulasi secara
keseluruhan. Hal ini berarti bahwa daerah asal mengalami perluasan karena
terdapat tambahan anggota baru dalam populasi.
Difusi ekspansi dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu difusi menjalar (contagious
diffusion) dan difusi kaskade (cascade
diffusion). Difusi menjalar adalah difusi yang proses menjalarnya terjadi
dengan kontak langsung antar manusia atau antar daerah. Misalnya menjalrnya
penyakit menular melalui kontak antar manusia. Proses ini sangat bergantung
pada jarak sehingga mempunyai kecenderungan untuk menjalar secara sentrifugal
dari daerah sumbernya.
Difusi kaskade adalah proses
penyebaran fenomena melalui beberapa tingkat atau hirarki. Proses ini adalah
proses yang terjadi pada difusi pembaharuan. Misalnya proses pembaharuan yang
dimulai dari kota besar hingga kota pelosok. Difusi kaskade selalu dimulai dari
tingkat atas kemudia menjalar ke tingkat bawah. Apabila proses penjalaran
tersebut dimulai dari tingkat bawah ke tingkat atas maka disebut difusi hirarki
(hierarchi diffusion).
Difusi penampungan (relocation diffusion) merupakan proses
yang sama dengan penyebaran keruangan di mana informasi atau material yang
didifusikan meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di
daerah yang baru. Hal ini berarti bahwa anggota dari populasi pada periode
waktu satu berpindah letaknya dari waktu satu ke waktu dua.
Gambar Difusi Ekspansi
|
Gambar Difusi Relokasi
|
Keterangan:
W1 = Waktu 1
W2 = Waktu 2
W3 = Waktu 3
|
2.
Pendekatan Ekologi
Ekologi merupakan studi mengenai
interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Untuk mempelajari ekologi
diperlukan pemahaman mengenai organisme hidup seperti manusia, hewan, dan
tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Kelompok
organisme beserta lingkungan hidupnya sebagai satu kesatuan disebut dengan ekosistem.
Ekosistem dibagi menjadi dua golongan yaitu bagian hidup (biotik) dan bagian
tidak hidup (abiotik). Bagian abiotik dibagi menjadi tida bagian yaitu litosfer
(bagian padat dari bumi), hidrosfer (bagian cair dari bumi), dan atmosfer. Tiap
unsur dari ekosistem tersebut mempunyai sifat-sifat tertentu yang menentukan
peranannya dalam ekosistem secara keseluruhan. Tiap unsur tersebut mempunyai
jenis interaksi tertentu dengan unsur yang lain. Beberapa dari sifat unit
tersebut berubah-ubah mengikuti ruang dan atau waktu serta merupakan dasar
untuk membedakan antara ekosistem yang satu dengan ekosistem yang lain,
sedangkan sifat yang lain tidak berubah. Sifat yang tidak berubah adalah sifat
kimiawi, fisikal, biologi atau geologi. Contoh ekosistem antara lain ekosistem
rawa, ekosistem hutan, ekosistem laut, dan lain sebagainya.
Lingkungan hidup manusia dapat
digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu lingkungan fisikal (physical environment), lingkungan
biologis (biological environment),
dan lingkungan sosial (social environment).
Lingkungan fisikal adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang berbentuk mati
seperti pegunungan, sungai, udara, air, sinar matahari, rumah, dan lain
sebagainya. Lingkungan bilogis adalah segala sesuatu di sekitar manusia yang
berupa organisme hidup seperti hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya. Lingkungan
sosial memiliki beberapa aspek seperti sikap kemasyarakatan, sikap kejiwaan,
sikap kerohanian, dan sebagainya. Dinamika yang terdapat dalam lingkungan
sosial dapat menimbulkan perubahan gagasan manusia sehingga dapat menimbulkan
penyesuaian dan pembaharuan sikap dan tindakan terhadap lingkungan tempat
hidupnya. Di sisi lain lingkungan fisikalnya dapat mengalami perubahan bentuk
dan fungsi yang disebabkan oleh campur tangan manusia.
3.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisa kompleks wilayah adalah
kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Pendekatan kompleks
wilayah ini memiliki anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang
karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain karena
terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Hagget (1970) dalam
Bintarto (1987) menyebutkan bahwa aspek dalam analisa kompleks wilayah antara
lain ramalan wilayah (regional
forecasting) dan perencanaan wilayah (regional
planning).
Beberapa konsep wilayah antara lain
uniform region, nodal region, generic region,
dan specific region. Uniform Region atau wilayah seragam
maksudnya pada wilayah seragam terdapat keseragaman atau kesamaan dalam
kriteria tertentu. Nodal Region atau
wilayah nodus adalah suatu wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa
pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar. Contohnya kota
yang diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang dihubungkan oleh jalur jalan yang
melingkar. Oleh karena itu pada wilayah nodus atau tombol terdapat kaitan
fungsional antar pusat-pusat kegiatan atau disebut dengan wilayah fungsional (functional region).
Generic
Region adalah kategori wilayah menurut jenis.
Klasifikasi wilayah menurut jenisnya menekankan kepada jenis sesuatu wilayah
seperti wilayah iklim, wilayah pertanian, wilayah vegetasi, wilayah fisiografi,
dan sebagainya. Sedangkan klasifikasi wilayah menurut kekhususannya (specific region) merupakan daerah
tunggal, mempunyai ciri-ciri geografi khusus terutama yang ditentukan oleh
lokasinya dalam kaitannya dengan daerah lain, misalnya wilayah Asia Tenggara.
Komponen Sistem Informasi Geografis (skripsi dan tesis)
Komponen
utama SIG dapat dibagi kedalam empat komponen utama, yaitu:
a)
Perangkat Keras
Perangkat keras
SIG memiliki pengertian perangkat-perangkat fisik yang digunakan oleh sistem
komputer. Perangkat keras SIG berupa digitizer, scanner, Central Procesing Unit
(CPU), harddisk, dan lain-lain.
b)
Perangkat Lunak
Perangkat lunak
dari segi SIG merupakan perangkat yang tersusun secara modular. Perangkat
lunak aplikasi SIG berupa ArcView, Idrisi,
ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain.
c)
Data dan Informasi
Geografi
SIG
mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan
baik secara langsung dengan cara
meng-import-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun
secara
langsung dengan cara mendigitasi data
spasial dari peta dan masukan data atributnya dari tabel-tabel dan
laporan.
d)
Manajemen
Suatu proyek
SIG akan berhasil jika di-manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki
keahlian. Organisasi manajemen disebut juga sumberdaya
manusia atau brainware, termasuk juga pengguna (Eddy Prahasta, 2009: 121).
2.
Analisis data Sistem
Informasi Geografis
Analisis SIG dapat dikenali dari fungsi-fungsi
analisis yang dapat dilakukan. Secara
umum terdapat dua fungsi analisis, yakni analisis
atribut dan fungsi analisis spasial (Eddy Prahasta, 2001 : 137-139).
a)
Fungsi analisis data
atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengolahan
basis data (DBMS) dan perluasannya.
1)
Operasi basisdata
mencakup:
i. Membuat basis
data baru (create databased).
ii. Menghapus
basis data (drop databased).
iii. Membuat tabel
basis data (create table).
iv. Menghapus
tabel basis data (drop table).
v. Mengisi dan
menyisipkan data (record) ke dalam
tabel
(insert).
vi. Mengubah dan
mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data (update, edit).
vii. Menghapus
data dari tabel (pack)
viii. Membuat
indeks untuk setiap tabel basis data
2)
Perluasan operasi basis data
i. Membaca dan
menulis basis data dalam sistem basis data yang lain (export dan import).
ii. Dapat
berkomunikasi dengan basis data yang
lain (misalnya dengan menggunakan driver ODBC)
iii. Dapat
menggunakan basis data standard SQL (structured query language).
iv. Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang
sudah
rutin digunakan didalam sistem basis data.
b)
Fungsi analisis spasial antara lain:
1)
Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini
mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu
data spasial atau atribut menjadi data spasial yang baru
dengan menggunakan kriteria tertentu.
2)
Jaringan (network)
Fungsi ini me rujuk data
spasial titik-titik (point) atau
garisgaris
(lines)
sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan.
3)
Tumpang susun (overlay)
Fungsi ini
menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial
yang menjadi masukannya, yaitu dengan cara menumpangsusunkannya.
4)
Buffering
Fungsi ini
akan menghasilkan data spasial baru yang berbentuk
poligon atau zone dengan jarak
tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial
titik akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa
lingkaran-lingkaran yang
mengelilingi titik-titik pusatnya. Untuk data spasial garis
akan menghasilkan data spasial baru yang berupa
poligon-poligon yang melingkupi garis.
5)
Pengolahan citra digital
(digital image processing)
Fungsi ini
dimiliki data raster, analisis terdiri dari banyak sub-sub fungsi
analisis pengolahan citra digital.
Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) (skripsi dan tesis)
Sistem Informasi Geografis atau Geographic
Information System (GIS) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur,
mentransformasi, memanipulasi dan menganalisis data-data geografis. Data geografis
yang dimaksud disini adalah data spasial yang ciri-cirinya yaitu: (1) memiliki
geometric properties seperti koordinat dan lokasi; (2) terkait dengan aspek
ruang seperti persil, kota, kawasan pembangunan; (3) Berhubungan dengan semua
yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejala atau obyek; (4). Dipakai untuk maksud-maksud tertentu,
misalnya analisis, pemantauan ataupun pengelolaan (Yosep Yousman, 2004: 7).
Sistem Informasi Geografis
merupakan gabungan dari tiga unsur pokok, yaitu sistem, informasi, dan
geografis. Berdasarkan ketiga unsur pokok tersebut, maka SIG merupakan salah
satu sistem informasi dengan tambahan unsur Geografis (Eddy Prahasta, 2009:
109). BAKOSURTANAL dalam Eko Budiyanto, (2002: 2) menjabarkan SIG sebagai
kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data
geografi, dan personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang
berreferensi geografi.
Sistem informasi geografis
memiliki perbedaan pokok dengan system informasi lain. Sistem informasi selain
SIG, basis data atributal adalah focus dari pekerjaan sistem, sedangkan SIG
mengaitkan data atributal dengan data spasial. SIG member analisis keruangan
pada data atribut tersebut.SIG menjelaskan di mana, bagaimana, dan apa yang
akan terjadi secara keruangan yang diwujudkan dalam gambaran peta dengan
berbagai penjelasan secara deskriptif, tabular, dan grafis. SIG menyajikan data
dalam bentuk spasial dan deskriptif. Berbagai unsur yang dibutuhkan dalam SIG
antara lain adalah unsur manusia sebagai ahli, dan sekaligus operator,
perangkat keras dan perangkat lunak, serta obyek permasalahan (Eko Budiyanto
2004: 1-2).
Sistem informasi geografis duraikan
menjadi beberapa subsistem. Subsistem Sistem Informasi Geografi menurut Eddy Prahasta (2009: 118)
terdiri dari:
a) Data input
Subsistem ini
bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
atribut dari berbagai sumber, juga mengkonversi atau
mentranformasi format data asli ke dalam format SIG
b) Data output
Subsistem ini
menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
data, baik dalam soft copy maupun hard copy dalam bentuk
tabel, peta dan grafik.
c) Data management
Mengorganisasikan
baik data spasial maupun tabel-tabel atribut ke sistem basis data sehingga data
spasial tersebut mudah dicari, diupdate, dan diedit.
d) Data
manipulasi dan analisis
Subsistem ini menentukan
informasi-informasi yang dihasilkan SIG, juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untukmenghasilkan informasi yang diinginkan. Ji
Subscribe to:
Posts (Atom)