Orangutan bersifat
arboreal, artinya hewan itu menghabiskan besar waktunya di pohon untuk bergerak,
makan dan beristirahat. Akan tetapi, ada beberapa kejadian, terutama di Borneo,
yang menunjukkan Orangutan jantan dewasa berpipi (cheekpad/flanged male) beraktiitas di tanah. Saat beristirahat (terutama
tidur di malam hari) Orangutan biasanya membuat sarang di pohon yang dibuat dari
ranting pahon dan daun.
Orangutan dapat
bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang pohon,
atau yang biasa di panggil brachiating.
Mereka juga dapat berjalan dengankedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orangutan
tidak dapat berenang.
Beberapa fakta menarik mengenai Orangutan:
a. Orangutan
dapat memegang benda dengan tangan atau kakinya.
b. Orangutan
jantan terbesar memiliki rentangan tangan (panjang dari satu ujung tangan yang
lain jika kedua tangan direntangkan) mencapai 2,3 m.
c. Orangutan
jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1
km. Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina.,
mencegah Orangutan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan
yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.
d. Setiap
petang, mereka membuat sarang di atas pohon.
Orangutan hidup semi soliter (cenderung sendiri). Aktivitas
harian dimulai dengan bangun pagi saat matahari terbit (sekitar pukul 05:00-06:00),
untuk kemudian mencari makan, berjalan, beristirahat dan diakhiri dengan membuat
sarang setelah matahari terbenam (sekitar pukul 17:00-18:00). Dalam satu hari, Orangutan
mampu menjelajah sejauh 1 sampai 2 km, tergantung pada ketersediaan sumber pakan.
Selain itu, daerah jelajah jantan sangat ditentukan oleh sebaran betina dewasa.
Aktivitas harian yang dilakukan Orangutan dimulai dari
meninggalkan sarang tidur pada pagi hari dan diakhiri dengan membuat sarang
kembali dan tidur pada sore hari (Galdikas, 1984). Keberadaan pohon sarang juga
menjadi kebutuhan yang penting bagi Orangutan, di beberapa tempat penelitian diketahui
terdapat prefernsi pohon sarang pada Orangutan (Prasetyo dkk, 2007). Tumbuhan yang
ada di Taman Nasional Sebangau tercatat sekitar 10 taksa yang dimanfaatkan Orangutan
untuk bersarang. Taksa tersebut diantarana seperti Camnosperma, Shorea, Lithocarpus, Eugenia, Palaquium, Elaeocarpus, Chrysobalanaceae,
Nephelium, Diospyros, dan Garcinia (Ancrenas, 2007).
Sepanjang setelah keluar dari sarang tidur, biasanya
Orangutan melakukan seruan panjang (long
call). agar diketahui keberadannya di lokasi tersebut oleh Orangutan lainnya
yang berada disekitarnya. Selain itu, Orangutan juga melakukan buang air kecil
(kencing) dan air besar. Aktivitas selanjutnya adalah bergerak pindah untuk mencari
makanan pada pohon pakan. Variasi musim dan ketersediaan buah mempengaruhi aktivitas
Orangutan (Mackinnon, 1974).
Penjelajahan adalah pergerakan (bergerak pindah) satwa
dalam kutun waktu tertentu dan jarak tertentu. Jelajah harian adalah jarak yang
ditempuh Orangutan, sejak meninggalkan sarang tidur (pagi) sampai kembali membuat
sarang tidur (sore). Daerah jelajah adalah suatu daerah dimana Orangutan tertentu
pernah dilihat dan bergerak pindah dalam kurun waktu tertentu. Di hutan dataran
rendah Ketambe, TN Gn. Leuser, Aceh Tenggara, Sumatera, diketahui jantan dewasa
bergerak lebih jauh per harinya (antara 600-1.000 m) daripada etina dewasa (600-700
m). Perbedaan jarak jelajah juga terlihat antara jantan berpipi dan jantan tidak
berpipi, serta pada saat Orangutan berpasangan atau sendirian (soliter).
Bila sendirian,
jantan berpipi jarak jelajahnya lebih dekat (pendek), rata-rata 628,53 m/hari dibanding
jantan tidak berpipi yang memiliki jarak jelajah lebih jauh mencapai 1033,9 m/hari.
Sebaliknya, bila sedang berpasangan dengan betina dewasa, yang berpipi lebih
jauh jarak jelajahnya (rata-rata 976,8 m/hari) dibandingkan dengan yang tidak berpipi
hanya rata-rata 635,43 m/hari. Kondisi ini menunjukkan jarak jelajah harian Orangutan
dewasa dipengaruhi oleh adanya Orangutan betina dan jantan berpipi lebih jauh penjelajahannya
untuk mempertahankan betina tetap berada bersamanya.
Daerah jelajah
antar individu Orangutan saling tumpang tindih dan dapat melewati beberapa habitat,
yaitu dari habitat (hutan) dataran rendah sampai perbukitan (Lelono, 1998). Orangutan
memilih daerah jelajahanya berdasar kepentingan terkait produktivitas makan yang
baik dan juga kepentingan reproduksi. Luas daerah jelajah Orangutan mencapai 900-1000
ha. Sedangkan hasil penelitian di hutan rawa Suaq Balimbing, TN Gn. Leuser,
Aceh Selatan, daerah jelajah jantan minimum sekitar 2500 ha (Singletan dan van
Schaik, 2001). Daerah jeajah ini dapat mendukung kehidupan sampai beberapa tahun,
bahkan menggabungkn daerah jelajah dari dua atau lebih betina siap kawin, sehingga
sering terjadi tumpang tindih daerah jelajah jantan betina (Sugardjito, 1986; Rodman,
1973; Rijksen, 1978, dan Rodman dan Mitani, 1987).
Dari hasil
penelitian jangka panjang tentang pola jelajahnya, secara umum ada 3 tipe Orangutan
, yaitu:
a. Penetap,
individu yang sebagian besar waktunya dalam setiap tahun dihabiskan di kawasan tertentu
(Rijksen, 1978). Biasanya mereka meguasai daerah jelajah sekitar 2-10 kilometer
persegi dengan kualitas habitat yang tinggi dan umumnya mereka adalah individu dengan
status sosial yang tinggi dan umumnya mereka adalah individu dengan status sosial
yang tinggi (betina dewasa dan anaknya; jantan dewasa);
b. Penglaju,
individu yang secara teratur selama beberapa minggu atau beberapa bulan menetap
di satu kawasan untuk kemudian pindah ke kawasan lain atau nomadis (umumnya jantan dewasa dan muda) (Rijksen dan Meijaard,
1999).
Menurut Galdikas (1982) dan Suhandi (1988) Orangutan
berperan penting dalam keseimbangan ekosistem dengan memencarkan biji-biji dari
dari tumbuhan yang penyebarannya tergantung oleh primata itu. Meskipun bukan mamalia
terbang, Orangutan merupakan hewan arboreal yang berukuran besar, memiliki daerah
jelajah yang luas, dan masa hidup pajang sehingga berperan penting dalam pemencaran
biji.
Sebagai makhluk
hidup yang sangat tergantung pada keberadaan hutan, Orangutan dapat dianggap sebagai
wakil terbaik dari struktur keanekaragaman hayati hutan hujan tropis yang
berkualitas tinggi. Oleh karenanya, Orangutan dapat dijadikan sebagai spesies payung
(umbrella species) untuk konservasi
hutan hujan tropis. Hutan yang dihuni Orangutan dengan kepadatan 1-5 ekor/km2
dapat menyediakan habitat bagi paling sedikit 5 jenis burung rangkong (hornbills), 50 jenis pohon buah-buahan,
15 jenis liana, dan berbagai jenis hewan lainnya.
No comments:
Post a Comment