Saturday, July 20, 2019

Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian (skripsi dan tesis)

Kecemasan dalam pengertiannya selalu dikaitkan dengan suatu kondisi perubahan yang harus dihadapi oleh seseorang. Perubahan tersebut pada umumnya bersifat sesuatu yang mengejutkan dan tidak bisa dikontrol oleh individu tersebut. Perbandingan tingkat atau besarnya suatu faktor yang menyebabkan seseorang dianggap cemas tersebut sangat subjektif. Dimana factor yang sama tentu akan mengakibatkan tingkat kecemasan yang berbeda pula bagi setiap individu. Hal inilah yang kemudian menjadi pijakan bagi penelitian mengenai kecemasan yaitu menarik kesimpulan secara rata-rata apakah factor yang sama akan memberikan perbedaan tingkat atau efek kecemasan bagi seseorang. Pada akhirnya respon tersebut muncul dalam gejala-gejala psikologis maupun fisiologis.
Secara umum maka dalam bahasan tulisan mengenai kecemasan maka tidak akan terpisah dari respon, factor serta tingkat kecemasan itu sendiri. Khususnya pada pengertian kecemasan maka terdapat beberapa perbedaan pembahasan. Beberapa tokoh hanya menyebutkan bahwa kecemasan hanya menyangkut mengenai perasaan yang mendatangkan ketidaknyamanan bagi seseorang sedangkan beberapa tokoh lain secara utuh menyebutkan bahwa kecemasan merupakan respon secara psikologis maupun fisiologis yang dihadapi setelah seseorang mengalami perubahan.
Dalam pengertian yang menyebutkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan yang mendatangkan ketidaknyamanan maka beberapa tokoh dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, menurut Nettina bahwa kecemasan adalah perasaan kekhawatiran subyektif dan ketegangan yang dimanifestasikan untuk tingkah laku psikologis dan berbagai pola perilaku.[1] Hal yang sama diutarakan oleh Hurlock yaitu kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.[2] Demikian pula Bryne yang mengutarakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan. Pada kecemasan perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan pada ketakutan obyeknya jelas. [3] Dalam pengertian dari ketiga tokoh ini maka diambil kesamaan bahwa kecemasan adalah suatu perasaaan yang dimanifestasikan dalam bentuk perasaan-perasaan yang mendatangkan ketidaknyamanan. Pernyataan diatas berujung pada suatu pendapat bahwa kecemasan hanya menyangkut perasaan saja tapi tidak mengkaitkan dengan suatu kondisi pencetus kecemasan itu sendiri.
Berbeda dengan pernyataan yang ada dalam uraian di atas maka uraian di bawah menjelaskan keterkaitan antara kondisi kecemasan sebagai suatu proses. Dengan demikian kecemasan merupakan suatu kondisi yang dihadapi seorang individu ketika menghadapi perubahan dalam hidupnya. Kecemasan seringkali lekat dengan perasaan takut karena pada awalnya kecemasan timbul bersamaan dengan rasa takut menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan oleh individu tersebut. Kecemasan dirasakan oleh individu yang akan lebih terkait dengan perubahan sosial, misalnya kecemasan akan indentitas sosial, perasaan takut diasingkan dan cemas karena merasa tidak mampu bersosialisasi lebih luas. [4] Dalam hal ini bisa saja adalah proses menghadapi kematian.
Dalam pernyataan lain diutarakan bahwa kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik. Ditambahkan bahwa kecemasan sendiri diartikan sebagai keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah dan aktivasi system syaraf autonom keadaan. Dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah dan aktivasi system saraf autonom dalam merespon terhadap ancaman yang tidak jelas atau non spesifik. [5]
Menurut Ramaiah, kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. [6] Teori psikoanalitis klasik menyatakan bahwa pada saat individu menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan memiliki reaksi yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan menghadapi stimulus yang berlebihan dan tidak berhasil diselesaikan oleh ego, maka ego akan diliputi kecemasan. Kecemasan sebagai syarat bagi ego untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat.[7]
Kecemasan juga didefinisikan sebagai suatu bagian dari pengalaman. Kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan, datang dari dalam dan bersifat meningkat, menggelisahkan dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak diketahui oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen somatik, fisiologik, otonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku. [8]
Di luar dua perbedaan mengnai kecemasan maka dalam pendapat lain juga memberikan pandangan mengenai keterkaitan antara kecemasan dengan stress. Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Dengan demikian pernyataan ini mengkaitkan kecemasan dengan kondisi stress suatu individu. Dimana stress dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan factor etiologi dalam pengembangan kecemasan[9].
Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar, pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengecam kehidupanya.[10] Menurut Post, kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.[11] Freud menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan sebuah reaksi fisiologis, yaitu reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. [12]
Lefrancois menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, namun pada kecemasan bahaya hal ini bersifat kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, ataupun adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, perasaan tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain[13]
Pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada tahap akhir kehidupan bagi banyak individu. Dengan kata lain kematian merupakan proses yang pasti dilewati seorang individu. Dalam kenyataannya, kematian mendatangkan kecemasan bagi seseorang. Apalagi bagi seseorang yang sedang mengalami penyakit. Hal ini berbeda dengan kecemasan yang dihadapi oleh seseorang yang menghadapi proses kematian karena usia lanjut.. Pada usia tua, kematian seseorang lebih wajar dibicarakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemikiran dan pembicaraan mengenai kematian meningkat, perkembangan integritas pun meningkat melalui peninjauan hidup yang positif dan hal ini mungkin dapat membantu mereka untuk menerima kematian. [14]
Kematian sendiri mempunyai beberapa pengertian namun secara umum kematian dikaitkan dengan hilangnya kemampuan biologis seseorang. Oleh karenanya muncul berbagai pendapat yang mengkaitkan natra kematian dengan ketidakberfungsian tubuh. Misalkan, Papalia yang menyatakan bahwa kematian secara umum dipandang sebagai proses musnahnya tubuh. [15] Kematian dapat disebabkan empat faktor, yaitu berhentinya pernafasan, matinya jaringan otak, tidak berdenyutnya jantung serta adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri. Individu dinyatakan mati menurut Sunatrio bilamana fungsi spontan pernafasan atau paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian pada batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya kerja paru-paru, jantung dan otak secara total pada manusia.[16]
Dalam pernyataan lain maka kematian juga dikaitkan dengan keberakhiran eksistensi manusia dalam kehidupan. Kematian mengandung arti berakhirnya eksistensi manusia atas keadaan yang nyata di dunia ini dan putusnya relasi atas sesama manusia di dunia sementara relasi dengan yang di alam seberang belum diketahui. [17]Kematian adalah suatu siklus kehidupan yang alami yang akan dihadapi manusia seperti juga kelahiran. Masyarakat di sepanjang sejarah peradaban manusia memiliki keyakinan filosofis atau kepercayaan keagamaan yang berkaitan dengan kematian. [18] Moody  mengartikan kematian sebagai tidak adanya tanda-tanda kehidupan secara klinis, tidak ada kegiatan gelombang otak dan hilangnya fungsi-fungsi penting yang tidak bisa di ubah.[19] Menurut Harvard Medical School, konsep kematian sendiri menyangkut hilangnya lima kemampuan dasar individu, yaitu ketidakmampuan menerima dan merespon stimulus, tidak memiliki kemampuan dalam hal gerak atau pernafasan, tidak mempunyai reflek, EEG datar, dan tidak adanya sirkulasi dalam otak.[20]




Dalam pengertian lain maka definisi kata ‘mati’  sebagai suatu proses. Dimana pengertian mati dalam kamus yaitu transisi antara kehidupan dan ketiadaan hidup. [21]Namun dalam pengertian lain selain membahas kematian secara biologis penting maka terdapat pengertian menyangkut konsep kematian secara psikologis terjadi ketika pikiran seseorang berhenti untuk berfungsi. Menurut Aiken, kematian secara sosial terjadi ketika orang lain melakukan tindakan untuk orang yang sudah dinyatakan meninggal.[22]

No comments:

Post a Comment