Sunday, June 23, 2024

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

 


Loyalitas merek merupakan sebuah fenomena attitudinal yang berkorelasi
dengan perilaku, atau merupakan fungsi dari proses psikologis. Jacoby dan
Chesnut yang dikutip oleh Abdullah (2012:35) telah membedakan empat macam
loyalitas, yaitu : (1) loyalitas merek fokal yang sesungguhnya, loyalitas pada
merek tertentu yang menjadi minatnya, (2) loyalitas merek ganda yang
sesungguhnya, termasuk merek lokal, (3) pembelian ulang merek lokal dari non-
loyal, dan (4) pembelian secara kebetulan merek lokal oleh pembeli-pembeli loyal
dan non-loyal merek lain. Setiap tahap loyalitas, dari loyalitas kognitif sampai
loyalitas tindakan mempunyai dua alternatif kemungkinan kejadian yaitu :
keteguhan nasabah pada merek yang dipilihnya (loyalitas merek), dan kerentanan
nasabah untuk berpindah ke merek lain.
Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan loyalitas merek
(brand loyality). Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduannya. Bila loyalitas
merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka
perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu
yang sama secara berulang kali. Menurut Mowen (2013:267), perilaku pembelian
ulang bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni, loyalitas dan inersia.
Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek yang didefinisikan sebagai “sejauh
mana merek memainkan peran kunci dalam proses pemilihan alternatif dalam
kategori produk tertentu”. Sensitivitas merek dipengaruhi persepsi terhadap
perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan nasabah dalam kategori produk.
Fakor loyalitas nasabah menurut Griffin (2005:31) terdiri dari 1)
Melakukan pembelian secara teratur 2) Membeli antarlini produk dan jasa, 3)
Mereferensikan kepada orang lain, 4) Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan.
Penjelasan masing-masing indikator adalah:

  1. Melakukan pembelian secara teratur
    Nasabah Bank yang telah melakukan hubungan transaksi dengan pihak
    Bank dan merasa puas dengan apa yang diperoleh akan membentuk
    hubungan yang erat antara nasabah dengan apa yang diinginkan, sehingga
    nasabah tersebut akan menggunakan jasa Bank secara teratur.
  2. Membeli antarlini produk produk dan jasa
    Nasabah bukan hanya membeli menggunakan produk atau jasa Bank satu
    jenis tetapi lebih dari satu jenis seperti satu nasabah bisa menabung,
    deposito dan mengambil kredit, tetapi nasabah selau menuntut inovasi jasa
    bank.
  3. Merekomendasikan produk kepada orang lain (refers other)
    Nasabah yang selalu merekomendasikan produk Bank kepada orang lain
    adalah aset terbesar bagi bank, dimana nasabah ini selain
    merekomendasikan akan selalu menggunakan produk atau jasa Bank,
    nasabah akan menjadi juru bicara yang baik pada nasabah lain dan nasabah
    akan marah apabila ada orang lain menjelek-jelekkan Bank.
  4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing
    Para nasabah menolak untuk mengakui ada jenis-jenis produk atau jasa bank
    lain, nasabah yakin dengan jasa Bank saat ini, dan sulit untuk beralih ke
    bank yang lain, nasabah menggap produk atau jasa Bank adalah sudah
    benar-benar sesuai dan indah, dan banyak mereka sudah percaya dengan
    produk atau jasa Bank.
    Loyalitas Nasabah adalah kesetian nasabah untuk memiliki komitmen selalu
    menggunakan (Kotler dan Keller, 2012:143). Berdasarkan pengertian tersebut
    maka penulis memodifikasi indikator loyalitas nasabah sebagai berikut:
  5. Akan selalu menggunakan jasa
  6. Belum berminat pindah
  7. Menggunakan jasa lebih sering
  8. Rekomendasi pada sahabat
  9. Saran untuk kebaikan perusahaan

Pengertian Loyalitas konsumen

 


Loyalitas Nasabah dan loyalitas merek, sebenarnya merupakan dua istilah
yang hampir mirip maknanya, sehingga sering disebut dengan loyalitas merek
saja. Loyalitas nasabah itu dalam jangka panjang selalu menjadi tujuan bagi
perencanaan pasar strategik (Kotler dan Keller, 2012:317). Selain itu, juga
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan yaitu keunggulan yang dapat direalisasi melalui upaya-upaya
pemasaran.
Menurut Oliver (1996) mendefinisikan kesetiaan pelanggan sebagai
komitmen pelanggan secara mendalam untuk bertahan hidup, berlangganan
kembali atau membeli kembali produk / jasa yang dipilih secara konsisten di masa
depan, meskipun pengaruh situasi dan upaya pemasaran memiliki potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Loyalitas merek pada konsumen itu disebabkan
oleh adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek tersebut yang
terakumulasi secara terus-menerus di samping adanya persepsi tentang kualitas
produk (Kotler dan Keller, 2012:324).
Loyalitas menurut Gramer dan Brown (2010: 27) berpendapat loyalitas
konsumen dapat diukur dengan sejauhmana konsumen menunjukkan perilaku
pembelian ulang atau dalam kata lain ukuran konsumen loyal dapat dilihat dari
bagaimana tanggapan konsumen setelah menggunakan produk atau jasa tersebut
dalam melakukan pembelian ulang. Konsumen akan memliki kecederungan
melakukan pembelian ulang apabila merasa puas dan loyal terhadap penyedia jasa
atau produk yang sesuai harapannya. Sikap yang positif akan selalu ditunjukkan
pada konsumen terhadap peyedia jasa atau produk yang menjadi langganannya.
Menurut Sutisna (2011: 41) membagi loyalitas menajdi dua yaitu loyal terhadap
merek atau brand dan loyal terhadap toko/tempat. Loyalitas konsumen merupakan
sikap yang ditunjukkan dengan konsistensi pembelian terhadap merek suatu
produk sepanjang waktu.

Kepuasan Konsumen

 


Salah satu usaha yang dilakukan bank jika ingin berhasil dalam merebut
pangsa pasar yakni apabila bank itu mampu mengetahui seberapa besar kepuasan
yang diperoleh konsumen. Pengertian kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapan-harapannya.
Berdasarkan definisi ini, kepuasan merupakan yang tinggi karena para nasabah
yang hanya merasa puas mudah untuk berubah pikiran bila mendapat tawaran
yang lebih baik, konsumen yang amat puas lebih sukar untuk mengubah
pikirannya.
Menurut Druker dalam Supranto (2011:56) tugas dalam konsep pemasaran
modern yang jadi titik tolak sentral dari kegiatan pemasaran adalah kepuasan
konsumen, tugas utama bank adalah memenuhi kebutuhan konsumen sesuai
harapannya. Keinginan dan kebutuhan konsumen satu berkembang dan beraneka
ragam yang harus diikuti pihak bank dalam memperoleh kepuasan konsumen,
sehingga konsumen harus pandai dalam memilih produk dan jasa yang
memberikan penawaran nilai tertinggi, tetapi dibatasi oleh biaya pencarian,
pengetahuan yang terbatas, mobilitas dan pendapatan mereka dalam mendapatkan
produk atau jasa tertentu, konsumen akan membentuk suatu harapan nilai dan
bertindak atas dasar harapan nilai tersebut dan selanjutnya konsumen akan tahu
apakah tawaran yang diberikan tersebut benar-benar memenuhi harapan. Berbagai
faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen diantaranya adalah kualitas
produk, pelayanan sales, dan ketepatan penyampaian produk.
Nasabah dalam menggunakan produk/jasa bank berharapa bank
memberikan nilai terhantar tertinggi. Nilai terhantar merupakan selisih total nilai
yang diterima nasabah terhadap total biaya atau pengorbanan yang diberikan
nasabah terhadap bank. Keuntungan nasabah sebagai selisih nilai terhantar
tersebut sejumlah keuntungan yang dirasakan konsumen dari barang dan jasa
tertentu. Memaksimalkan nilai terhantar adalah cara paling tepat dan efektif dalam
keadaan yang bagaimanapun, implikasi bagi penjual. Penjual harus mengukur
jumlah nilai konsumen dan jumlah biaya konsumen dari masing-masing
penawaran pesaingnya agar penjual tahu posisi penawarannya.
Penjual yang kalah posisi nilai hantarnya punya alternatif yaitu penjual
dapat mencoba meningkatkan jumlah nilai hantar dengan cara memperkuat
produk, pelayanan, personil dan citra penawaran atau mengurangi jumlah biaya
konsumen dengan cara menurunkan harga, mempermudah proses pemesanan dan
penyerahan barang atau mengambil alih sebagai resiko konsumen dengan cara
memberikan garansi.

Trust (Kepercayaan)

 


Trust merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua
pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai.
Kepercayaan (trust) tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain / mitra bisnis,
melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Trust telah
dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan
pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan
(Yousafzai et al., 2013). Membangun kepercayaan dalam hubungan jangka
panjang dengan nasabah adalah suatu faktor yang penting untuk menciptakan
loyalitas nasabah. Menurut Prasaranphanich dalam Riska (2012), ketika
konsumen mempercayai sebuah bank , mereka akan lebih suka melakukan
pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada bank
tersebut.
Riska (2012) mendefinisikan trust sebagai keyakinan dalam bertraksaksi
antara individu satu dengan individu yang lain atas kerelaan masing-masing.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kepercayaan harus didasarkan pada
dimensi kerelaan. Kerelaan merupakan hasi sebauah keyakinan apa yang
dilakukan adalah sesuatu yang benar dan dapat menguntungkan. Ketika satu pihak
mempunyai keyakinan (confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam
pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust.
Sedangkan Rofiq (2014), mendefinisikan trust adalah kepercayaan seseorang
terhadap orang lain yang telah melakukan transaksi yang didasarkan pada suatu
keyakinan, bahwa orang yang dipercayai memiliki segala kewajibannya dengan
baik dan sesuai yang diharapkan. Kepercayaan konsumen menurut Mowen
(2013:312) adalah seluruh pengetahuan konsumen dan semua kesimpulan yang
dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.
Atribut (atributtes) adalah ciri-ciri yang dimiliki atau tidak dimiliki suatu
produk. Terdapat dua jenis atribut yaitu intrisik dan ekstrisik. Atribut intrisik yaitu
sifat atau ciri-ciri yang berhubungan dengan fist aktual produk. Atribut Ekstrisik
adalah ciri-ciri produk yang dilihat dari ekternal produk. Bank harus menyadari
bahwa kepercayaan terhadap ciri-ciri produk/jasa, serta manfaat menunjukkan
persepsi konsumen, dan umumnya kepercayaan konsumen satu berbeda dengan
konsumen lainnya.
Mereka juga harus mengingat bahwa kepercayaan mereka sendiri terhadap
sebuah merek tertentu berbeda dari target pasar. Kepercayaan yang dikatakan
mewakili asosiasi yang konsumen bentuk di antara objek, atribut, dan manfaat,
didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis
kepercayaan (Mowen, 2013:321) :

  1. Kepercayaan atribut objek
    Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut
    kepercayaan atribut objek. Kepercayaan atribut-objek menghubungkan
    sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa.
  2. Kepercayaan atribut manfaat
    Kepercayaan atribut manfaat merupakan persepsi konsumen tentang
    seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan
    manfaat tertentu. Seseorang mencari produk dan jasa yang akan
    menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.
  3. Kepercayaan objek manfaat
    Kepercayaan objek manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa
    jauh produk atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.
    Mowen (2013:322) menyatakan bahwa kepercayaan yang membentuk
    sikap dan perilaku akan menghasilakn suatu tindakan nyata yaitu kepercayaan
    kepada suatu objek secara bertahap. Tahap pertama konsumen membentuk
    kepercayaan terhadap produk dan jasa, kemudian kepercayaan membentuk sikap
    terhadap produk dan selanjutnya konsumen berlaku dalam bentuk pembelian
    ulang atau minat beli

Service Quality

 


Pengertian kualitas berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
keinginan pelanggan. Menurut Lupiyoadi (2013:181), pelayanan yang sesuai
harapan konsumen merupakan keharusan yang dilakukan perusahaan dalam upaya
meningkatkan kepercayaan konsumen. Tingkat pelayanan yang sesuai keinginan
konsumen dapat diukur dengan tingkat kepuasan konsumen. Perusahaan yang
mampu mengetahui perilaku konsumennya seperti perilaku gaya hidup dan pola
konsumsi konsumennya, maka perusahaan tersebut akan berusaha untuk
memenuhinya.
Service Quality adalah suatu strategi bisnis yang menghasilkan barang dan
jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal yaitu kecepatan
pelayanan dan keramahan pelayanan, sedangkan eksternal yaitu kelengkapan
fasilitas secara eksplisit dan implisit. (Kotler dan Keller, 2012:139). Service
quality dalam perusahaan jasa merupakan penyajian produk atau jasa sesuai
ukuran yang berlaku ditempat produk tersebut diadakan dan penyampaianya
setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen. Kualitas
juga bisa berarti baik buruk keadaan suatu benda, berdasarkan definisi yang ada
terdapat beberapa kesamaan elemen dari kualitas sebagai berikut:

  1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan nasabah.
  2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
  3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
    Parasuraman et al., (1993) telah mengidentifikasi lima dimensi kualitas
    jasa – reliability, responsiveness, assurance, tangibles, empathy yang telah
    digunakan secara luas dalam industri jasa. Berdasarkan dimensi-dimensi ini,
    instrumen-instrumen kualitas jasa telah dikembangkan dan secara luas digunakan
    dalam industri jasa untuk mengukur persepsi konsumen atas kualitas jasa.
    Beberapa pengaruh dari pengharapan konsumen atas jasa yang adalah kebutuhan
    personal konsumen – fisik, sosial, psikologi. Determinan-determinan ini sangat
    dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya dari nasabah tersebut. Sehingga,
    budaya memiliki pengaruh penting pada kualitas jasa yang diharapkan dan
    kepentingan relatif dari lima dimensinya.
    Mendefinisikan Service Quality dalam suatu organisasi yang menangani
    jasa atau pelayanan bukanlah hal yang mudah karena setiap instansi
    mendefinisikan Service Quality berdasarkan tuntutan, harapan budaya masyarakat
    sehingga definisi Service Quality berbeda-beda satu dengan yang lainya.
    Berdasarkan pada pengertian tentang kualitas produk termasuk bahwa kualitas
    selalu berfokus pada nasabah, dengan demikian produk didesain, diproduksi serta
    pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kepentingan nasabah, karena kualitas
    mengacu pada segala sesuatu yang menentukan kepuasan nasabah, maka suatu
    produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan
    keinginan nasabah.
    Menurut Zeithaml dan Bitner (1995), tingkatan kualitas pelayanan yang
    diharapkan oleh pelanggan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
  4. Desired service
    Tingkatan ini adalah harapan pelanggan terkait pelayanan yang diinginkan,
    yaitu kepercayaan pelanggan tentang pelayanan yang diterima dengan
    pelayanan yang seharusnya diterima.
  5. Adequate service
    Tingkatan ini adalah ketika pelanggan menerima pelayanan, hal ini juga
    berkaitan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi
    permintaan pelayanan dari pelanggan tersebut.

Brand Image

 


Citra merek adalah persepsi konsumen terhadap merek suatu produk yang
dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui pengalaman
menggunakan produk tersebut. Menurut Keller (2013:3), brand image adalah
tanggapan konsumen akan suatu merek yang didasarkan atas baik dan buruknya
merek yang diingat konsumen. Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk
dalam benak konsumen tentang obyek produk yang telah dirasakanya.
Citra merek mampu membentuk persepsi positif dan kepercayaan konsumen
terhadap produk atau jasa yang akan memperkuat loyalitas merek. Loyalitas
merek dapat membentuk image yang baik, tepat dan sesuai dengan selera
konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Image atau citra adalah
suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar, bahkan bayangan
yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu, oleh karena itu citra atau image
dapat dipertahankan.
Menurut Kotler and Keller (2012:315), Brand image adalah persepsi dan
keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang
terjadi dalam memori konsumen. Suatu brand image yang kuat dapat memberikan
keunggulan utama bagi bank salah satunya dapat menciptakan keunggulan
bersaing. Brand image merupakan persepsi konsumen terhadap merek suatu
produk yang dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui
pengalaman menggunakan produk tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut
menunjukkan bahwa suatu merek akan kuat apabila didasarkan pada pengalaman
dan mendapat informasi yang banyak.
Merek merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan
enam tingkat pengertian, antara lain (Kotler and Keller (2012:316):
a. Atribut (attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam
pikiran konsumen.
b. Manfaat (benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional.
c. Nilai (values), merek juga menyatakan tentang nilai pembuat atau produsen.
d. Budaya (culture), merek dapat mempresentasikan budaya.
e. Kepribadian (personality), merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi
tertentu.
f. Pengguna (user), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu.
Sedangkan menurut Setiadi (2013:109), Brand Image adalah representasi
dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.
Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong
(2012:216) brand image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu:
a. Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.
b. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para
pesaingnya.
c. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.
Citra merek atau brand image merupakan kesan positif atas merek produk
yang ditanamkan perusahaan ke benak konsumen. Konsumen mengukur merek
dengan pertimbangan dalam memlilih atau menilai citra merek suatu produk
dengan kesan yang positif dibidangnya, seperti reputasi produk dan keunggulan
produk serta mudah dikenali. Menurut Kotler & Keller (2012:189) bahwa aspek-
aspek yang diukur dari citra merek terdiri dari:
a. Kekuatan (strengthness)
Kekuatan produk merupakan keunggulan yang dimilki suatu merek produk
yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek produk lain.
b. Keunikan (uniqueness)
Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda produk dari pesaingnya,
kesan ini didapat konsumen atas atribut yang dimiliki suatu produk yang
tidak dimiliki produk lainnya.
c. Keunggulan (favorable)
Keunggulan suatu mereka merupakan kemudahan suatu merek produk yang
mudah diucapkan oleh konsumen, mudah diingat dan produk menjadi
favorit konsumen.
Menurut Aaker dan Biel dalam (Keller, 2012:239) indikator yang
digunakan untuk mengukur brand image adalah sebagai berikut :
a. Citra pembuat (corporate image),
Citra pembuat merupakan perkumpulan asosiasi yang telah dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk/jasa yang meliputi popularitas, kredibilitas
dan jaringan yang dimilki perusahaan.
b. Citra pemakai (user image),
Citra pemakai adalah sekelompok asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu
sendiri, gaya hidup, atau kepribadian, serta status sosial.
c. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut,
manfaat bagi konsumen, penggunaannya, serta jaminan.
Berdasarkan indikator brand image menurut Keller, (2012:239), diatas maka
dalam penelitian ini indikator brand image dimodifikasi peneliti sebagai
berikut:

  1. Kompetitif dibandingkan bank lain
  2. Mudah ditemukan dan Jumlah banyak
  3. Bank pemerintah yang terpercaya
  4. Keamanan simpanan terjamin
  5. Kerjasama antar bank yang baik

Pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan

 


Pelanggan mempunyai ekspektasi bahwa harga yang murah, akan
berdampak pada kesetiaan pelanggan. Harga seringkali digunakan sebagai indikator
nilai yang mana harga tersebut dihubungkan dengan barang atau jasa. Dapat
disimpulkan bahwa harga berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Made Novandri (2015) menunjukan bahwa harga
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hal ini menunjukan bahwa
harga yang semakin kompetitif akan meningkatkan minat pelanggan untuk lebih
loyal