Monday, June 24, 2024

Pengertian Brand Loyalty

 


Menurut Khan dan Mahmood (2012) : Brand loyalty can be defined as the
costumer’s unconditional commitmen and a strong relationship with the brand, which
is not likely to be affected under normal circumstances.
Brand loyalty bisa di definisikan sebagai komitmen tanpa syarat kostumer dan
hubungan yang kuat dengan merek tersebut yang mana tidak dapat berpengaruh
walaupun dalam keadaan harga tidak normal.
Menurut Aaker dalam Erfan Severi, dkk (2013) : Brand loyalty as symbolizes
constructive mind set toward brand that leading to constant purchasing of the brand
over time.
Brand loyalty dapat didefinisikan sebagai simbol pemikiran yang konstruktif
yang mengarahkan untuk melakukan pembelian secara konstan untuk setiap waktu.
Menurut Jacoby dan Olson dalam Yi Lin (2010) : Brand loyalty as the result
from non-random long existence behaviour response, and it was a mental purchase
process formed by some certain decision units who considered more than one brands

Brand Loyalty

 


Mempertahankan pelanggan tentunya akan lebih sulit dibandingkan dengan
mencari atau menambah pelanggan. Namun jika suatu perusahaan mampu
mempertahankan brand loyalty nya maka hal ini akan menambah tingkat efektifitas
dalam bersaing dan meningkatkan competition advantage pada produk.

Indikator Perceived Quality

 


Indikator untuk mengukur perceived quality menurut Hang dan Chen (2011),
terdapat dimensi-dimensi yang mempengaruhi kualitas suatu produk, antaralain:

  1. Nilai Fungsi
    Untuk mengetahui seberapa tinggi perceived quality pada konsumen yaitu
    dengan mengukur tingkat nilai fungsi dari produk atau jasa terhadap
    konsumen tersebut.
  2. Nilai Experiental
    Merupakan nilai dari pengalaman konsumen dalam menggunakan produk atau
    jasa yang ditawarkan.
  3. Nilai Simbolis
    Dalam suatu produk tentunya diperlukan simbol yang merepresentasikan
    produk yang ditawarkan agar setiap konsumen mengetahui merek dari suatu
    produk.

Pengertian Perceived Quality

 


Menurut Erenkol dan Duygun (2010) : “Perceived quality is the buyer’s
subjective appraisal of the product.”
Perceived quality adalah penilaian subjectif dari para pelanggan terhadap
produk tertentu.
Menurut Vuong Khanh Tuan (2017) : “Perceived quality is also defined as the
consumer’s subjective judgement about a product’s overall excellence or superiority.
Perceived quality di definisikan juga sebagai penilaian subjektif tentang
keseluruhan keunggulan dari produk.
Menurut Abdullah Al haddad (2015) : “ Perceived quality reflects upon the
costumer’s perception of the overall quality or superiority of a product or service
with respect to its intended purpose relative to alternatives.
Perceived quality adalah mencerminkan persepsi keseluruhan keunggulan
atau kehebatan dari suatu produk atau jasa dengan tujuan relatif ke alternative.
Menurut Durianto dalam Lily Harjaty dkk, (2014): Persepsi kualitas adalah
persepsi konsumen terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat
menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh langsung terhadap
keputusan pembelian dan loyalitas mereka terhadap merek.
Menurut Raeni dan Siti (2019) :” Perception of quality is also defined as
consumer valuation of product superiority.”
Perceived quality bisa didefinisikan sebagai penilaian terhadap keunggulan
dalam suatu produk.

Perceived Quality

 


Kesan pada produk biasanya akan mempengaruhi seorang untuk melakukan
pembelian suatu produk atau layanan jasa. Jika kesan pada produk tersebut baik maka
biasanya sorang konsumen akan melakukan pembelian ulang pada produk tersebut
atau bahkan dia akan merekomendasikan produk yang ia coba kepada kerabat atau
lingkungan sosialnya. Apabila kesan pada produk tersebut tidak baik biasanya
konsumen akan cenderung tidak membeli produk tersebut atau bahkan akan
memberitahukan ketidakpuasannya kepada teman terdekat atau kerabatnya.

STRUKTUR KEPUTUSAN PEMBELIAN

 


Kepentingan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya
merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan-keputusan. Menurut Swastha
(2010:102), setiap keputusan membeli merupakan suatu struktur sebanyak tujuh
komponen yaitu:
a. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli atau menggunakan uangnya
untuk membeli suatu barang atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal
ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat
membeli produk serta instrumentvlain yang mereka pertimbangkan.
b. Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk dengan bentuk
tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pola, ukuran, mutu, suara, corak, dan lain-
lain.
c. Keputusan tentang merek
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang merek mana yang akan diambil. Dalam
hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
d. Keputusan tentang penjualan
Konsumen mengambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli, apakah di serba
ada, elektronik, khusus dan lain-lain. Oleh karena itu pemasar harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
e. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya
pada suatu saat.
f. Keputusan waktu pembelian
Konsumen mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian.
Keputusan tersebut menyangkut tentang ketersediaan dana (kapan uang/kesempatan
tersedia) untuk membeli produk yang akan dipilihnya.
g. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus dapat mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran
produk yang akan dibeli, apa secara tunai atau cicilan.

Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen

 


Konsumen dibagi menjadi beberapa tipe dalam pemecahan masalah ketika melakukan
pengambilan keputusan. Hal tersebut dijelaskan oleh Schiffman dan Kanuk dalam buku
Ujang Sumarwan (2011:360) menyebutkan tiga tipe pengambilan keputusan konsumen
:

  1. Pemecahan masalah yang diperluas
    Ketika konsumen tidak memiliki kriteria untuk mengevaluasi sebuah kategori
    produk atau merek tertentu pada kategori tersebut, atau tidak membatasi jumlah mereka
    yang dipertimbangkan ke dalam jumlah yang mudah dievaluasi, maka pengambilan
    keputusannya bisa disebut sebagai pemecahan masalah yang diperluas.
  2. Pemecahan masalah terbatas
    Pada tipe keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk
    mengevaluasi kategori produk dan berbagai merek pada kategori tersebut. Namun,
    konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Konsumen hanya
    membutuhkan tambahan informasi untuk bisa membedakan antara berbagai merek
    tersebut.
  3. Pemecahan masalah rutin
    Konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yang akan dibelinya. Ia
    juga telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek. Konsumen sering kali hanya
    me-review apa yang telah diketahuinya. Konsumen hanya membutuhkan informasi
    yang sedikit