Wednesday, July 3, 2024

Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Nilai Perusahaan

 


Rasio aktivitas dapat mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
mengelola aset-asetnya untuk menjalankan kegiatan operasional dalam
memperoleh hasil operasional berupa keuntungan yang maksimal. Semakin efektif
perusahaan dalam mengelola aset-asetnya maka keuntungan yang diperoleh akan
semakin maksimal. Hal ini akan menarik minat investor dan akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Dalam penelitian Ista (2016), menyimpulkan bahwa rasio aktivitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
berpengaruhnya rasio aktivitas terhadap nilai perusahaan disebabkan karena
perusahaan-perusahaan tersebut sangat efektif dalam mengelola aset-asetnya untuk
menghasilkan penjualan yang tinggi. Penggunaan aset yang efektif ini lah yang
membuat perusahaan tidak ketergantungan terhadap hutang sebagai biaya
penjualan produk sebuah perusahaan. Sehingga penggunaan aset yang efektif dan
minimnya penggunaan hutang dalam membiayai penjualan dapat menghasilkan
keuntungan yang tinggi. Tingkat keefektifan ini lah yang menjadi acuan bagi para
calon investor untuk menanamkan modalnya. Maka tingkat kepercayaan investor
terhadap tingkat keefektifan dalam mengelola aset-asetnya untuk menghasilkan
keuntungan yang tinggi akan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Berbeda dengan penelitian Fadli (2016), dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika perusahaan tidak mampu menekan biaya-
biaya kegiatan operasionalnya maka akan mengakibatkan kurangnya keuntungan
yang diterima sebuah perusahaan. Jika aset mengalami penurunan maka penjualan
pun akan menurun yang akan mengakibatkan turunnya nilai dari perusahaan
tersebut di mata para pemegang saham yang ingin memperoleh keuntungan yang
tinggi. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan keefektifan dalam
mengelola aset yang dimiliki sehingga dapat mempertahankan tingkat
kebutuhannya.

Indikator Efektivitas Kerja

 


Indikator efektivitas kerja menurutFitria Ulpah (2016) adalah sebagai berikut :

  1. Kemampuan
    Yaitu suatu kemampuan yang didapat melalui proses pembelajaran karyawan atau
    latar belakang pendidikan.
  2. Keterampilan
    Yaitu keterampilan karyawan berhubungan dengan pendidikan yang di dapat saat
    proses pembelajaran seperti kursus computer, kursus bahasa.
  3. Pengetahuan
    Pengetahuan merupakan sesuatu yang didapat seseorang dalam proses edukasi
    maupun pengalaman saat bekerja yang di alami atas suatu objek.
  4. Sikap
    Pernyataan evaluative terhadap objek orang atau peristiwa (mencerminkan perasaan
    seseorang terhadap sesuatu).
  5. Motivasi
    Yaitu prose meyakinkan diri sendiri maupun orang lain bahwa kita bisa
    melakukannya atau semangat kerja dalam menyelesaikan pekerjaan tugasnya.
  6. Stres
    Yaitu suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik
    dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang
    karyawan

Ukuran Pencapaian Efektivitas Kerja

 


Adapun kriteria atau ukuran pencapaian tujuan efektifitas kerjayang dikemukakan
Siagian (2008), yaitu:
1.Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supayakaryawan dalam
pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dantujuan organisasi dapat tercapai.

  1. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategiadalah “pada jalan” yang
    diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalammencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar
    para implementer tidaktersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
  2. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitandengan tujuan yang hendak
    dicapai dan strategi yang telahditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-
    tujuandengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
  3. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskansekarang apa yang dikerjakan
    oleh organisasi dimasa depan.
  4. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatuprogram apabila tidak
    dilaksanakan secara efektif dan efisien makaorganisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya,
    karena denganpelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
  5. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidikmengingat sifat manusia yang
    tidak sempurna maka efektivitas organisasimenuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
    pengendalian.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

 


Ukuran dapat dilihat dari besar kecilnya suatu total aset dalam sebuah
perusahaan. Semakin besar ukuran maka semakin besar pula peluang perusahaan
untuk melakukan ekspansi perusahaan dalam mendirikan usaha yang baru dan lebih
besar dari yang sebelumnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar pula.
Hal ini akan menarik minat investor dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian Khoirul et al (2019), menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan dan memiliki arah yang positif terhadap nilai
perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa besar kecilnya suatu ukuran
perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menanggung
suatu risiko yang sedang dihadapi atau yang akan muncul dalam berbagai situasi
apapun selama melakukan kegiatan operasionalnya. Dengan begitu perusahaan
dengan ukuran perusahaan yang lebih besar akan dapat menanggung risiko yang
lebih baik ketika mengembangkan usahanya untuk menghasilkan keuntungan yang
lebih besar pula. Sehingga return saham yang diperoleh oleh para pemegang saham
akan lebih besar juga. Oleh karena itu para investor akan memilih perusahaan yang
memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar dengan harapan mendapatkan return
saham yang lebih besar juga.
Berbeda dengan penelitian Atika (2018), dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa besar kecilnya
suatu ukuran perusahaan dinilai tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Karena ukuran perusahaan dinilai dari total aset yang dimiliki sebuah perusahaan
untuk menjalankan setiap kegiatan operasionalnya, semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin besar pula biaya yang diperlukan untuk setiap
kegiatan operasionalnya.
Sumber biaya yang diperoleh perusahaan salah satunya adalah hutang yang
berasal dari pihak-pihak di luar perusahaan, dengan begitu dapat disimpulkan
bahwa semakin besar suatu ukuran perusahaan makan akan semakin besar pula
hutang yang dimiliki perusahaan tersebut. Risiko yang lebih besar dalam
perusahaan tersebut dinilai dapat memperbesar potensi terjadinya kebangkrutan.
Hal ini lah yang akan dapat menimbulkan kekhawatiran bagi para calon investor

Pengertian Efektivitas Kerja

 


Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya
hasil. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada
bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output.
Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila organisasi tersebut selalu berusaha agar
karyawan yang terlibat di dalamnya dapat mencapai efektivitas kerja. Efektivitas kerja sendiri
yaitu suatu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah di tentukan (Kusdi:2013).
Menurut Silalahi (2011:416), efektivitas kerja adalah merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran yang tepat dan mencapainya. Karena itu efektivitas
menunjukkan pada kaitan antara output atau apa yang sudah dicapai atau hasil yang
sesungguhnya dicapai dengan tujuan atau apa yang sudah ditetapkan dalam rencana yang
diharapkan.
Emerson (dalam Hasibuan 2007:242) mendefinisikan bahwa efektivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan menurut Kurniawan (2005:109) efektivitas kerja adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya

Teori Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan sangat penting bagi perusahaan karena mencerminkan

kinerja sebuah perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi para calon investor

terhadap perusahaan tersebut. Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga

saham. Harga saham yang tinggi akan mengakibatkan nilai perusahaan yang tinggi

juga.

Nilai perusahaan menurut Harmono (2011:50), yaitu:

“Nilai perusahaan merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja

perusahaan secara riil yang dapat diukur melalui harga saham di pasar”.

Nilai perusahaan menurut R. Rosiyana dan Tia (2011), yaitu:

“Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap

keberhasilan manajemen mengelola perusahaan”.

Nilai perusahaan menurut Agus Sartono (2012:9), yaitu:

“Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh

dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan

pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimiliki meningkat”.

Nilai perusahaan menurut Fitri (2010), yaitu:

Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan

yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai

perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat

dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi.

Nilai perusahaan menurut Brigham Gapensi dalam Bhekti (2013:186),

yaitu:

Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran

pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai

perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi.

Nilai perusahaan menurut Ika dan Shidiq (2013) dalam Bayu dan Panji

(2015), yaitu:

Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang

bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan. Harga saham yang

tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Memaksimalkan nilai

perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan

memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Tujuan memaksimalkan nilai perusahaan menurut Sudana (2011:7) adalah

sebagai berikut:

1. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari

semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang akan

datang atau berorientasi jangka panjang.

2. Mempertimbangkan faktor risiko.

3. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas daripada

sekedar laba menurut pengertian akuntansi.

4. Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.

Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio

penilaian. Rasio penilaian menurut Sutrisno (2009:224), yaitu:

Rasio penilaian adalah suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para

pemegang saham. Rasio ini memberikan pemahaman bagi pihak

manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan

dan dampaknya pada masa yang akan datang.

Adapun jenis-jenis rasio penilaian adalah sebagai berikut:

1. Rasio Laba Per Saham (Earning Per Share) menurut Kasmir (2010:116), yaitu:

Earning Per Share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan

pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi

kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada

pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilaan usaha

yang dilakukannya.

2. Rasio Harga terhadap Laba (Price to Earning Ratio) menurut Eduardus

Tandelilin (2010:320), yaitu:

“Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.

Investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga

suatu saham”.

3. Rasio Harga terhadap Nilai Buku (Price to Book Value) menurut Irham Fahmi

(2012:83), yaitu:

“Price Book Value merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar harga

saham yang ada dipasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya”.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur rasio

penilaian adalah Rasio Harga terhadap Nilai Buku (Price to Book Value). Menurut

Irham Fahmi (2012:83) price book value dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Sumber: Irham Fahmi (2012:83)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan

adalah nilai yang tercermin dan dapat diukur berdasarkan harga saham di pasar,

dimana semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan

dengan begitu perusahaan dapat memakmurkan dan mensejahterakan para

pemegang sahamnya sesuai dengan tujuan utama perusahaan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

 


Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang
hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya,
ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis
tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Berikut pendapat para
ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.
Munandar (dalam Ali & Asrori, 2006: 53) mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah usia, tingkat
pendidikan orang tua, fasilitas yang tersedia, dan penggunaan waktu
luang.
Sedangkan Hurlock (1978: 11) berpendapat bahwa ada beberapa
kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:
a. Waktu
Kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main
dengan gagasan dan konsep serta mencoba dalam bentuk baru dan
orisinal.
b. Kesempatan menyendiri
Singer (dalam Hurlock, 1978) mengatakan bahwa anak
membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya.
c. Dorongan
Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar
orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari
ejekan dan kritik.
d. Sarana
Sarana bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan
unsur penting dari semua kreativitas.
e. Rangsangan dari lingkungan
Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas
dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan
sarana yang akan mendorong kreativitas.
f. Hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif
Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau posesif terhadap
anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas
yang sangat mendukung kreativitas.
g. Cara mendidik anak
Mendidik dengan cara demokratis dan permisif di rumah dan
sekolah meningkatkan kreativitas. Sedangkan mendidik secara otoriter
memadamkannya.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak,
semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski (dalam
Hurlock, 1978) mengatakan bahwa anak harus berisi agar dapat
berfantasi.