Thursday, July 4, 2024

Pengaruh Keterampilan terhadap Efektivitas Kerja

 Menurut Amstrong dalam Ali Chaerudin, dkk (2020:144) keterampilan

yaitu kemampuan menspesifikasi tujuan performasi, kemampuan mendiagnosa,
keterampilan memilih strategi, kemampuan berinteraksi, dan kemampuan menilai
efektifitas pekerjaan. Keterampilan adalah membimbing, mengarahkan,
membangun karyawan dalam belajar guna mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditentukan secara terpadu.
Keterampilan yang meningkat pada seseorang tentunya akan
meningkatkan efektivitas kerja. Jika individu sudah mendapatkan keterampilan
yang baik, maka akan meningkatkan kegiatan dan akan meningkatkan efektivitas
kerja di perusahaan. Sedangkan jika keterampilan yang dimiliki oleh masing-
masing individu sangat rendah, maka akan mempengaruhi efektivitas kerja yang
ada di perusahaa

Indikator Efektivitas Kerja

 


Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu
perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya. Berikut
dimensi efektivitas kerja menurut Denison (2010:45) sebagai berikut :

  1. Keterlibatan (Involvement)
    Keterlibatan adalah suatu perlakuan yang membuat staf merasa diikut sertakan
    dalam kegiatan organisasi sehingga membuat staf bertanggung jawab tentang
    tindakan yang dilakukannya. Keterlibatan (involvement) adalah kebebasan atau
    independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
    Keterlibatan tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu
    organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan
    organisasi atau perusahaan. Keterlibatan terdiri dari tiga indikator yaitu:
    a. pemberdayaan (Empowerment),
    b. kerja tim (Team Orientation) dan
    c. kemampuan berkembang (Capability Development)
  2. Konsistensi (Consistency)
    Konsistensi (Consistency) merupakan tingkat kesepakatan anggota organisasi
    terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi menekankan
    pada sistem keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan simbol-simbol yang
    dimengerti dan dianut bersama oleh para anggota organisasi serta pelaksanaan
    kegiatan kegiatan yang terkoordinasi. Adanya konsistensi dalam suatu
    organisasi ditandai oleh staf merasa terikat; ada nilai-nilai kunci; kejelasan
    tentang tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Konsistensi
    di dalam organisasi merupakan dimensi yang menjaga kekuatan dan stabilitas
    di dalam organisasi. Konsistensi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu:
    a. nilai inti (core value),
    b. kesepakatan (agreement),
    c. koordinasi dan integrasi (coordination and integration).
  3. Adaptasi (Adaptability)
    Kemampuan adaptasi merupakan kemampuan individu untuk menerjemahkan
    pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Adaptasi merupakan kemampuan
    individu dalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan
    melakukan perubahan internal organisasi.
    Kemampuan adaptasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu:
    a. perubahan (Creating Change),
    b. berfokus pada pelanggan (Customer Focus) dan
    c. keadaan organisasi (Organizational Learning).
  4. Misi (Mission)
    Misi merupakan dimensi budaya yang menunjukkan tujuan inti yang
    menjadikan anggota teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh
    organisasi. Sesuai dengan penelitian Denison (2004) yang menunjukkan bahwa
    yang kurang dalam menerapkan misi akan mengakibatkan staf tidak mengerti
    hasil yang akan dicapai dan tujuan jangka panjang yang ditetapkan menjadi
    tidak jelas. kemampuan adaptasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu:
    a. strategi yang terarah dan tetap (Strategic Direction and Intent),
    b. Tujuan dan objektivitas (Goals and Objective)

Manfaat Efektivitas Kerja

 


Menurut Sarwoto (2015:64) manfaat efektivitas kerja bahwa berhasil guna
atau efektif merupakan pelayanan yang baik corak dan mutunya sesuai kebutuhan
dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Gie (2010:26) Efektivitas kerja
bermanfaat dalam memberikan pelayanan kepada orang lain atau kepada
organisasi yang menggunakan produknya, seperti halnya dengan organisasi yang
memiliki tugas pokok dan fungsi menyusun program organisasi yang
bersangkutan.
Selanjutnya Gie menyatakan bahwa efektivitas memiliki empat sifat utama
organisasi antara lain:
a. Berorientasi pada kondisi ekonomi secara menyeluruh dan bersifat umum
untuk daerah tertentu.
b. Menjamin terhadap perkembangan industri dan pertumbuhanya, sehingga dapat
melahirkan suatu hasil tertentu dalam pernyataan.
c. Menentukan tindakan tertentu bagi pemerintah dan menjalankan program
d. Mengikut sertakan tindakan tertentu bagi pemerintah dan menjalankan
program.
Melihat dari manfaat efektivitas kerja diatas bahwa sebenarnya efektivitas
bermanfaat bagi:
a. Perumusan atau dinas itu sendiri termasuk didalamnya pegawai yang ada di
dalam perusahaan atau dinas, kemudian perhitungan secara ekonomi terhadap
pemanfaatan dan sumber daya hasil yang diperoleh.
b. Pemerintah dalam menjalankan program, peraturan-peraturan dan undang –
undang yang berlaku.
c. Masyarakat Sebagai sasaran hasil, peraturan dan undang-undang yang berlaku
dalam dunia usaha

Faktor-faktor Efektivitas Kerja

 


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja pegawai
menurut Harries Madiistriyatno (2020:33), faktor tersebut antara lain:
a. Pimpinan
b. Rekan sekerja
c. Sarana fisik
d. Kebijaksanaan
e. Peraturan organisasi
f. kompensasi/imbalan jasa uang atau non uang
g. Jenis pekerjaan dan tantangan

Definisi Efektivitas Kerja

 Menurut Harries Madiistriyatno (2020:31) menjelaskan bahwa efektivitas

mengandung arti terjadi suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Jadi, perbuatan
seseorang yang efektif ialah suatu perbuatan yang dapat menimbulkan akibat
sebagaimana yang diharapkan.
Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya suatu usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai
tujuannya.Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses
pencapaian tujuan tersebut keberhasilan dalam melaksanakan program atau
kegiatan menurut wewenang,tugas dan fungsi instansi tersebut. 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

 


Baik buruknya disiplin seseorang dalam bekerja tidak muncul begitu saja,
melainkan didapat oleh beberapa faktor. Menurut Singodimedjo (dalam Sutrisno,
2014:89), ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai yaitu:

  1. Besar kecilnya pemberian kompensasi: Besar kecilnya kompensasi dapat
    mempengaruhi tegaknya disiplin, para karyawan akan mematuhi segala
    peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang
    setimpal dengan balas jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi
    perusahaan. Bila ia menerima kompensasi yang memadai, mereka akan bekerja
    dengan tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya.
  2. Adanya tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan
    Keteladanan pemimpin sangat penting sekali dalam menegakkan kedisiplinan
    pegawai, karena dalam lingkungan kerja, semua pegawai akan selalu
    memperhatikan dan mengiuti bagaimana pemimpin menegakkan disiplin
    dirinya, dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan
    dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan,
    misalkan; aturan jam kerja, maka pemimpin tidak akan masuk kerja terlambat
    dari waktu yang sudah ditetapkan.
  3. Adanya tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
    Pembinaan disiplin tidak akan terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada
    aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin
    tidak mungkin dapat ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan
    instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuatu dengan kondisi dan situasi.
  4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
    Keberanian pemimpin untuk mengambil tindakan sesuai dengan tingkat
    pelanggaran dibuatnya, dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin,
    sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan merasa terlindungi dan
    dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal serupa.
  5. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu adanya
    pengawasan yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan
    pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah
    menjadi tabiat manusia pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terkait
    atau diikat oleh peraturan apapun juga. Dengan adanya pengawasan, maka
    sedikit banyak para pegawai akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja.
  6. Adanya tidaknya perhatian kepada para pegawai
    Pegawai tidak hanya puas menerima kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang
    menantang, tetapi juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari
    pempimpinnya sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan
    dicarikan jalan keluarnya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang
    besar kepada para pegawai akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik,
    karena dia akan selalu dihormati dan dihargai oleh para pegawainya, sehingga
    akan berpengaruh besar kepada prestasi semangat kerja dan moral kerja
    pegawai.
  7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin kebiasaan-
    kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut:
    a) Saling menghormati, bila bertemu di lingkungan pekerjaan.
    b) Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
    pegawai akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.
    c) Sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan, apalagi
    pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.
    d) Memberitahu bila ingin meninggalkan tempat kerja kepada rekan sekerja,
    dengan menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun
    bawahan sekalipun

Indikator Disiplin Kerja

 


Menurut (Sutrisno, 2014:94) menyatakan bahwa indikator-indikator yang
berkaitan dengan disiplin kerja yaitu sebagai berikut:

  1. Taat terhadap aturan waktu
    Taat terhadap aturan waktu seperti peraturan jam masuk, pulang, dan jam
    istirahat. Jam kerja berlaku di perusahaan yang diatur dalam undang-undang
    nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 77 sampai dengan pasal 85
    tentang batasan kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.
  2. Taat terhadap peraturan institusi
    Taat terhadap peraturan institusi seperti peraturan dasar tentang berpakaian
    dengan sopan dan rapi serta bertingkah laku dalam pekerjaan sesuai dengan
    norma-norma yang berlaku.
  3. Taat terhadap perilaku dalam pekerjaan
    Taat dalam aturan perilaku dalam pekerjaan seperti peraturan cara-cara
    melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain sesuai standar
    operasional perusahaan (SOP) yang telah dibuat.
  4. Taat terhadap peraturan lainnya
    Peraturan tentang yang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan
    oleh para karyawan selama dalam organisasi dan sebagainya