Thursday, July 4, 2024

Indikator-Indikator Kepuasan Kerja

 


Menurut pendapat Robbins (2001) indikator dari kepuasan kerja adalah
sebagai berikut :
a. Karyawan merasa senang karena adanya tantangan dalam penyelesaian
pekerjaan.
b. Karyawan merasa senang atas penghargaan yang diberikan perusahaan
karena sesuai dengan keinginan.
c. Karyawan merasa senang atas kondisi kerja yang mendukung.
d. Karyawan merasa senang atas rekan kerja yang mendukung.
e. Karyawan merasa senang selama bekerja diperusahaan

Pengertian Kepuasan Kerja

 


Terdapat berbagai macam aktivitas didalam kehidupan manusia, salah satunya
adalah bekerja. Bekerja adalah sebuah kebutuhan, karena dengan bekerja manusia
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya.Menurut Handoko (1995)
kepuasan kerja adalah keadaan emosional individu dimana pekerjaan tersebut
menyenangkan atau tidak menyenangkan menurut persepsi dan pandangan
karyawan itu sendiri. Sedangkan Sunyoto (2012) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai cerminan perasan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak pada
sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja seseorang merupakan ungkapan dari
fenomena psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan berdasarkan
persepsi yang bersangkutan terhadap berbagai dimensi lingkungan pekerjaannya
antara lain tugas-tugas yang dilakukan, rekan sekerja, lingkungan kerja, dan
kompensasi pekerjaan (Gibson,1994).
Kepuasan kerja mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka
mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja memberikan
sumbangan yang besar terhadap keefektifan organisasi, serta merangsang
semangat kerja dan loyalitas karyawan. Kepuasan kerja merupakan faktor yang
mendorong karyawan untuk lebih giat dalam bekerja dan sekaligus sebagai
motivasi dalam bekerja.
Menurut pendapat Stephen Robbins (2003) istilah kepuasan kerja merujuk
pada sikap umum individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya dengan kerja
yang menentukan atau mendorong kepuasan kerja :

  1. Kerja yang secara mental menantang
  2. Ganjaran kerja yang pantas
  3. Kondisi kerja yang mendukung
  4. Rekan sekerja yang mendukung
    Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting karena sebagian
    besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Menurut Wibowo (2009)
    berpendapat bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi timbulnya kepuasan
    kerja, yaitu :
  5. Pemenuhan kebutuhan
  6. Perbedaan
  7. Pencapaian nilai
  8. Keadilan
  9. Komponen genetik

Indikator-indikator Lingkungan Kerja

 


Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti
(2001) adalah sebagai berikut :

  1. Penerangan atau Cahaya
    Penerangan atau cahaya merupakan hal yang sangat penting karena sangat
    berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Tingkat cahaya pada ruangan kerja
    yang tidak sesuai akan mengakibatkan karyawan mengalami kelelahan dan
    ketegangan pada matanya dan akan berpengaruh pada fisiknya (Badri,2006).
    Cahaya yang dibutuhkan didalam ruang kerja adalah cahaya yang terang tetapi
    tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang terang berakibat kurang jelas pada
    penglihatan, sehingga memperlambat pekerjaan dan menimbulkan potensi
    kesalahan yang pada akhirnya menyebabkan pekerjaan menjadi kurang efektif dan
    efisien.
  2. Suhu udara
    Suhu udara didalam ruang kerja menjadi salah satu hal yang sangat penting
    untuk diperhatikan karena sebagian besar waktu akan dihabiskan oleh karyawan
    didalam area kerjanya. Udara atau oksigen adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh
    makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya oleh sebab itu ruangan
    kerja harus didesain sedemikian rupa untuk memastikan adanya pertukaran udara
    yang lancar didalamnya. Udara yang sejuk dan segar akan dapat membantu
    mempercepat pemulihan tubuh akibat kelelahan dalam bekerja.
  3. Hubungan karyawan
    Hubungan karyawan meliputi hubungan antara atasan dengan bawahannya,
    bawahan dengan atasannya, dan hubungan antar sesama karyawan. Hubungan
    yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun dengan bawahan serta
    didukung dengan sarana dan prasarana kerja yang memadai yang ada ditempat
    kerja akan membawa dampak positif bagi karyawan sehingga kinerja karyawan
    juga akan meningkat.
  4. Penggunaan warna
    Menurut Nitisemito (1996) pemilihan warna dapat mempengaruhi mood dan
    semangat para karyawan. Pemilihan warna ruang kerja sebaiknya menggunakan
    warna-warna yang dingin dan lembut dipandang. Komposisi warna ruang kerja
    yang tidak tepat dapat mengakibatkan rasa yang tidak mengenakkan pada saat
    memandang dan menempati ruangan tersebut. Pemilihan warna juga berlaku
    untuk warna seragam, warna peralatan kerja, dan warna benda-benda yang berada
    disekitar lingkungan kerja karyawan. Pewarnaan mempunyai dampak terhadap
    psikologi yang positif maupun yang negatif bagi produktivitas, kelelahan, moral,
    tingkah laku, dan ketegangan karyawan (Badri,2006).
  5. Suara bising
    Suara bising atau kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga
    karena dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat menggangu ketenangan
    bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan dalam
    komunikasi. Kebisingan juga menggangu konsentrasi kerja sehingga suara bising
    dalam ruang kerja sedapat mungkin harus dihilangkan atau diredam agar tidak
    menggangu produktivitas kerja karyawan yang dapat menurunkan kinerja
    karyawan.
  6. Keamanan kerja
    Keamanan kerja merupakan sesuatu yang mutlak harus didapatkan oleh para
    pekerja atau karyawan dan menjadi sesuatu yang wajib diberikan oleh perusahaan
    atau pengusaha. Komitmen perusahaan dalam menangani keamanan kerja akan
    memberikan rasa aman dan tentram bagi karyawan dalam menjalankan tugas dan
    tanggungjawabnya sehingga produktivitas karyawan juga akan meningkat

Pengertian Lingkungan Kerja

 


Lingkungan kerja merupakan suatu sarana atau tempat yang sangat berperan
dalam suatu perusahaan atau organisasi. Menurut Sedarmayanti (2001)
lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitar dimana seseorang bekerja, metode kerjanya serta pengaturan
kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. NitiSemito (2006)
menyatakan bahwa lingkungan kerja merupakan kondisi dari segala sesuatu yang
terdapat di sekitar tempat bekerja karyawan yang mampu memberikan pengaruh
bagi dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut parlinda (2003) lingkungan kerja adalah keadaan dimana tempat
kerja yang baik meliputi fisik atau non fisik yang dapat memberikan kesan
menyenangkan, aman, tentram, dan lain sebagainya. Apabila kondisi tempat kerja
baik maka hal tersebut dapat memacu timbulnya rasa puas dalam diri karyawan
yang pada akhirnya dapat memberi pengaruh yang positif terhadap kinerja
karyawan, begitu pula sebaliknya, apabila kondisi kerja buruk maka karyawan
tidak akan mempunyai kepuasan dalam bekerja. Secara garis besar lingkungan
kerja dibagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non
fisik (sedarmayanti,2009). Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang
berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan lingkungan
kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan sesama
rekan kerja.
Wursanto (2009) menyatakan bahwa lingkungan kerja terdiri dari dua jenis.
Pertama, lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik dan kedua, lingkungan
kerja yang menyangkut segi psikis. Sedarmayanti (2007) membagi lingkungan
kerja menjadi dua jenis lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja
fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat
kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan kerja fisik masih dibagi menjadi dua kategori, yaitu
lingkungan kerja yang berhubungan langsung dan berada di dekat karyawan,
contoh : kursi, meja, buku, komputer, dan sebagainya, dan lingkungan perantara
contoh : sirkulasi udara, kelembaban, temperatur, pencahayaan, getaran mekanis,
bau yang tidak sedap, warna dan sebagainya. Lingkungan kerja non fisik adalah
semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan
dengan atasan maupun hubungan dengan sesama rekan kerja atau hubungan
dengan bawahan

Indikator-Indikator Kinerja Karyawan

 


Robbins (2003) mengemukakan bahwa kinerja dapat dikatakan baik bila
karyawan memenuhi indikator-indikator sebagai berikut :

  1. Kualitas kerja, yaitu penilaian karyawan berdasarkan standar hasil kerja,
    ketepatan, ketelitian, dan kebersihan. Diukur dari persepsi karyawan
    terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas
    terhadap ketrampilan dan kemampuan karyawan.
  2. Kuantitas kerja, yaitu penilaian terhadap karyawan berdasarkan jumlah
    hasil kerja disaat normal atau tidak normal. Dapat diukur dari persepsi
    karyawan terhadap jumlah aktivitas yang ditugaskan beserta hasilnya.
  3. Waktu produksi, yaitu penilaian karyawan berdasarkan penyelesaian
    pekerjaan sesuai rencana, memenuhi target, berdasarkan tanggal yang
    ditentukan dan waktu yang ditetapkan. Diukur dari persepsi karyawan
    terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan dari awal waktu sampai
    menjadi output.
  4. Efektivitas kerja, yaitu penilaian kerja terhadap karyawan berdasarkan
    pekerjaan yang direncanakan dengan baik.
  5. Kemandirian, yaitu penilaian kerja terhadap karyawan dimana karyawan
    dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan orang lain.
  6. Komitmen kerja, yaitu penilaian kerja dengan melihat tekad karyawan
    untuk melakukan sesuatu dengan niat yang sungguh-sungguh dalam
    melakukan pekerjaan

Penilaian Kinerja

 


Penilaian kinerja adalah kegiatan mengukur atau menilai hasil kerja karyawan
untuk menetapkan seorang karyawan sukses atau gagal dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kinerja selalu berkaitan dengan ukuran atau standar kerja yang
terkait dengan parameter-parameter tertentu atau dimensi yang dijadikan dasar
atau acuan oleh organisasi untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja karyawan
sangat penting dilakukan. Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui
apakah karyawan mampu menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan atau apakah karyawan menyimpang dari rencana yang telah
ditetapkan atau apakah hasil kinerja yang telah dicapai karyawan sesuai dengan
yang diharapkan. Suatu pekerjaan dapat diukur melalui kuantitas dan kualitas
pekerjaan, ketepatan waktu, kehadiran dan kemampuan kerja sama (Wibowo,
2007).
Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Penilaian kinerja
bukanlah kegiatan yang mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan sangsi atau
hukuman melainkan untuk mengungkap kekurangan sehingga bisa dilakukan
perbaikan. Menurut Rivai (2005) penilaian pekerja dapat efektif apabila instrumen
penilaian pekerja memenuhi syarat-syarat berikut ini :

  1. Reliability, yaitu ukuran kinerja harus konsisten. Jika ada dua penilai
    menilai pekerja yang sama, mereka perlu menyimpulkan hasil serupa
    menyangkut hasil mutu pekerja.
  2. Relevance, yaitu ukuran kinerja harus dihubungkan dengan output riil dari
    suatu kegiatan yang secara logika itu mungkin.
  3. Sensitivity, yaitu beberapa ukuran harus mencerminkan perbedaan antara
    penampilan nilai tinggi dan rendah. Penampilan tersebut harus dapat
    membedakan dengan teliti tentang pebedaan kinerja.
  4. Practicality, yaitu kriteria harus dapat diukur, dan kekurangan
    pengumpulan data tidak terlalu menggangu

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

 


Menurut Tohardi (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
adalah pendidikan, ketrampilan, disiplin kerja, budaya, etika kerja, manajemen,
tingkat penghasilan, kesempatan berprestasi, beban pekerjaan, lingkungan kerja
dan teknologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, menurut
Mangkunegara (2009) yaitu :

  1. Faktor Kemampuan
    Yaitu kemampuan IQ dan skill artinya karyawan yng memiliki IQ yang tinggi
    dan pendidikan yang memadai untuk jabatannya serta terampil dalam
    mengerjakan tugasnya sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
    yang diharapkan.
  2. Faktor Motivasi
    Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah
    untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi terbentuk dari sikap seorang
    karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
  3. Sikap Mental
    Adalah kondisi mental dari dalam diri karyawan untuk berusaha mencapai
    prestasi kerja secara maksimal.
    Menurut Prawiro Sentono (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
    karyawan adalah efektivitas dan efisiensi, otoritas, dan disiplin. Sedangkan
    menurut Rahmatullah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu :
    a. Faktor individual yng terdiri dari kemampuan dan keahlian latar belakang,
    demografi, dan motovasi kerja serta disiplin kerja.
    b. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, personality, dan
    pembelajaran.
    c. Faktor organisasi terdiri dari sistem atau bentuk organisasi sumber daya,
    kepemimpinan, komunikasi, lingkungan kerja, budaya kerja, budaya
    organisasi, penghargaan, struktur, diklat, dan desain pekerjaan