Sunday, July 7, 2024

Pengertian Kinerja Karyawan

 


Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja
merupakan hasil dari pekerjaan yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melakukan tugas yang telah diberikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kinerja adalah motivasi serta kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas,
ketersediaan keterampilan karyawan tidaklah cukup dalam melaksanakan
pekerjaan tanpa pemahanan sesuai dengan apa yang dikerjakan. Mangkunegara
(2011) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hal ini disebabkan karyawan
dituntut untuk memberikan waktu, tenaga dan usahanya untuk memperoleh apa
yang mereka inginkan, misalnya keuntungan ekonomi, fellowship dan juga status
sosial.
Bernardin (2001) dalam Sudarmanto (2015) juga menyatakan bahwa kinerja
merupakan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau
aktivitas selama periode tertentu. Sedangkan Moeheriono (2012) dalam Ma’ruf
(2014) mendefinisikan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
suatu organisasi. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan sehingga mereka mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan
yang disajikan. Berhasil tidaknya kinerja yang dicapai organisasi tersebut di
pengaruhi kinerja karyawan secara individual maupun kelompok. Dengan asumsi
semakin baik kinerja karyawan maka semakin baik kinerja organisasi.

Indikator Efektivitas Program

 


Menurut The Liang Gie (1981: 37) "efektivitas mengandung arti terjadinya
satu efek yang dikehendaki, jadi perbuatan menimbulkan akibat sebagaimana yang
dikehendaki orang lain. Menurut Maesaroh (2010:13), efektivitas dapat dijelaskan
bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain:
1) Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan
tugas dan fungsinya, begitu juga suatu program akan efektif jika tugas dan
fungsinya dilaksanakan dengan baik.
2) Aspek rencana atau program, yang dimaksud jika seluruh rencana
dilaksanakan maka program akan berjalan secara efektif.
3) Aspek ketentuan, aspek ini berhubungan anatara subjjek, jika aturan
dilaksanakan maka program akan berjaan dengan efektif.
4) Aspek tujuan, suatu program dikatakan efektif jika tujuan dapat tercapai
sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Prihartono (2012:37) menyebutkan bahwa efektivitas diartikan sebagai
tingkat keberhasilan mencapa sasaran. Sasaran diartikan sebagai keadaan atau
kondisi yang diinginkan. Sedangkan efisiensi adalah perbandingan terbaik antara
input dan output, atau sering disebut ratio input dan output. Ada beberapa
pendekatan untuk mengukur efektivitas yaitu:
1) Pendekatan sumber (System Resource Approach), Organisasi dapat
memperoleh berbagai macam sumber yang dibutuhkan dan memelihara
sistem organisasi dalam kondisi mampu dan sumber daya yang diperoleh
dari lingkungan.
2) Pendekatan proses (Process Approach). Hal ini merupakan efektivitas
organisasi sebagai efisiensi dan kondisi dari organisasi secara internal.
3) Pendekatan sasaran (Goal Approach), Pengukuran sasaran menjadi sulit
karena ada bermacam-macam sasaran, antara lain operative goal dan
sasaran resmi.
4) Pendekatan gabungan, Pendekatan kontingensi mengadakan pengukuran
efektivitas secara menyeluruh, yaitu:
a. Oleh kelompok birokrat organisasi
b. Oleh kelompok karyawan
c. Oleh kelompok saham
d. Oleh kelompok bahan dan peralatan Oleh kelompok pemilik atau
owner

Efektivitas Program

 


Efektivitas program adalah suatu penilaian atau pengukuran terhadap sejauh
mana kegiatan dalam program-program yang telah dilakukan dapat mencapai
tujuan awal dari program tersebut. Efektivitas program dapat dirumuskan sebagai
tingkat perwujudan sasaran yang menunjukan sejauh mana sasaran program yang
telah ditetapkan (Julia, 2010:26).
Makmur (2011:6) berpendapat bahwa efektivitas program merupakan
kegiatan yang pelaksanaannya menampakkan ketepatan antara harapan yang kita
inginkan dengan hasil yang dicapai, dimana ditunjukkan dengan ketepatan harapan,
implementasi, dan hasil yang dicapai. Campbell (dalam Dyah dan Arif, 2014: 97)
efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam
melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pendapat lain menyebutkan Efektivitas program
merupakan suatu cara untuk mengukur sejauhmana program tersebut dapat berjalan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian terhadap tingkat
kesesuaian program merupakan salah satu cara untuk mengukur efektivitas
program. Efektivitas program dapat diketahui dengan membandingkan tujuan
program dengan output program (Ditjen Binlantas Depnaker, 1983 dalam Satries,
2011).
Upaya evaluasi program suatu organisasi dapat dilakukan melalui konsep
efektivitas. Konsep ini merupakan salah satu faktor dalam memutuskan apakah
akan membuat perubahan besar pada bentuk organisasi dan tata kelola. Dalam
konteks ini, efektivitas adalah pencapaian tujuan organisasi melalui penggunaan
sumber daya yang tersedia secara efisien dalam hal input, proses, dan output. Dari
pendapat-pendapat di atas tentang efektifitas, dapat dikatakan bahwa jika sesuai
dengan yang diinginkan, maka efektif. Dengan kata lain, mencapai suatu masalah
adalah mencapai tujuan mengambil tindakan untuk mencapainya. Efektivitas dapat
diartikan sebagai proses pencapaian suatu tujuan tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

 


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dalam sebuah
organisasi atau perusahaan, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Karakteristik Organisasi (Struktur dan Organisasi)
Penekanan ciri organisasi oleh Steers adalah terhadap struktur dan teknologi
karena kedua variabel tersebut sangat mempengaruhi efektivitas organisasi.
Perubahan yang bersifat inovatif dalam hubungan interaktif antar anggota-anggota
organisasi atau penyusunan hubungan SDM akan meningkatkan efektivitas
organisasi. Dengan tercapainya berbagai kemajuan di dalam struktur organisasi,
misalnya dengan meningkatkan spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi
pengambilan keputusan dan formalisasi akan meningkatkan produktivitas
organisasi.
Tercapainya kemajuan di dalam teknologi dapat memperkenalkan cara-cara
yang lebih produktif dengan menggunakan sarana-sarana baru akan
mempengaruhi efektivitas organisasi. Pemanfaatan kedua hal tersebut secara
baik, yakni struktur dan teknologi akan mempermudah organisasi untuk
mencapai tujuannya.
b) Karakteristik Lingkungan (Ketepatan Atas Keadaan Lingkungan)
Karakteristik lingkungan ini mencapai dua aspek yang saling berhubungan yaitu
lingkungan ekstern dan lingkungan intern. Lingkungan ekstern yaitu semua
lingkungan kekuatan yang timbul diluar batasan- batasan organisasi. Lingkungan
interen pada umumnya dikenal sebagai iklim organisasi yang meliputi bermacam-
macam atribut lingkungan kerja.
c) Karakteristik Pekerjaan (Perbedaan Sifat Pekerja)
Lingkungan dalam bekerja memiliki pandangan tujuan kebutuhan dan
kemampuan yang berbeda-beda, individu ini memiliki pengaruh langsung terhadap
rasa ketertarikan pada organisasi dan potensi kerja. Tanpa rasa keterkaitan dan
prestasi, efektifitas mustahil akan tercapai.
d) Kebijakan dan Praktek Manajemen
Kebijakan dan praktek manajemen merupakan mekanisme yang meliputi
penetapan tujuan strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber daya secara efisien,
menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan
pengembalian keputusan serta adaptasi dan inovasi organisasi. Dalam hal ini,
manejer sangat penting untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan secara propesional
untuk mencapai tujuan.
Efektivitas program adalah suatu penilaian atau pengukuran terhadap sejauh
mana kegiatan dalam program-program yang telah dilakukan dapat mencapai
tujuan awal dari program tersebut. Efektivitas program dapat dirumuskan sebagai
tingkat perwujudan sasaran yang menunjukan sejauh mana sasaran program yang
telah ditetapkan (Julia, 2010:26).
Upaya evaluasi program suatu organisasi dapat dilakukan melalui konsep
efektivitas. Konsep ini merupakan salah satu faktor dalam memutuskan apakah
akan membuat perubahan besar pada bentuk organisasi dan tata kelola. Dalam
konteks ini, efektivitas adalah pencapaian tujuan organisasi melalui penggunaan
sumber daya yang tersedia secara efisien dalam hal input, proses, dan output. Dari
pendapat-pendapat di atas tentang efektifitas, dapat dikatakan bahwa jika sesuai
dengan yang diinginkan, maka efektif. Dengan kata lain, mencapai suatu masalah
adalah mencapai tujuan mengambil tindakan untuk mencapainya. Efektivitas dapat
diartikan sebagai proses pencapaian suatu tujuan tertentu.

Indikator Efektivitas

 


Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana,
karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada
siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut
produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa
efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif.
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak,
sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian, yaitu:
1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai
sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian tujuan organisasi.
3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
4) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang
apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
7) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi
tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan
organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
8) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Pendekatan Efektivitas

 


Untuk menilai apakah sebuah organisasi itu efektif atau tidak, terdapat
banyak cara atau pendapat, antara lain yang mengatakan bahwa suatu organisasi
efektif atau tidak, secara keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu
tercapai dengan baik atau tidak. Teori yang paling sederhana ialah teori yang
berpendapat bahwa efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara
keseluruhan, pandangan yang juga penting adalah teori yang menghubungkan
tingkat kepuasan para anggotanya. Menurut teori ini sesuatu organisasi dikatakan
efektif bila para anggotanya merasa puas. Akhir-akhir ini berkembang suatu teori
atau pandangan yang lebih komprehensif dan paling umum dipergunakan dalam
membahas persoalan efektivitas organisasi adalah kriteria flexbility, productivity
dan satisfaction.
Pandangan beberapa ahli mengenai pendekatan yang dapat digunakan
dalam mengukur keefektifan organisasi antara:
1) Gibson, Donnely dan Ivancevich (1997) mengemukakan bahwa pendekatan
untuk mengukur efektivitas adalah pendekatan tujuan dan pendekatan
sistem.
2) Robbins (1994) membagi kedalam empat pendekatan dalam mengukur
efektivitas organisasi, yaitu: pendekatan pencapaian tujuan, pendekatan
sistem, pendekatan konstituensi-strategis, dan pendekatan nilai-nilai
bersaing

Definisi Efektivitas

 


Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view
point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat
dengan efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk
mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “That is, the greater the extent it which
an organization’s goals are met or surpassed, the greater its effectiveness”
(Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas).
Efektivitas merupakan faktor kunci dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan oleh setiap organisasi. Suatu kegiatan atau program dikatakan efektif
apabila tujuan atau sasarannya tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat H. Emerson bahwa “efektivitas adalah ukuran pencapaian
suatu tujuan tertentu”. (Soewarno Handayaningrat S. 2006:16).
Efektivitas menurut Barnard dalam mamiki dan Sharif (2016:7) mengacu
pada pencapaian tujuan. Menurut Rusdiana dan Gazhini (201:80), Efektivitas
mengacu pada pencapaian tujuan kuantitatif dan kualitatif. Semakin tinggi
persentase tujuan program yang dicapai, maka semakin tinggi pula tingkat
efektivitasnya. Efektivitas mencerminkan kemampuan untuk mempengaruhi
penampilan suatu produk. Efektivitas menunjukkan seberapa besar pengaruhnya
terhadap proses produksi.
Susanto mengemukakan bahwa ‘Efektivitas adalah apa yang mempengaruhi
kekuatan suatu pesan atau mempengaruhi tingkat kompetensi suatu pesan’
(Susanto, 2005:156). Menurut pendapat Susanto di atas, efektivitas dapat diartikan
sebagai ukuran pencapaian tujuan yang telah direncanakan dengan matang
sebelumnya. Pendapat tersebut menyatakan bahwa efektivitas adalah ukuran sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh suatu lembaga atau organisasi
tercapai. Semua organisasi atau lembaga ingin mencapai tujuannya dengan
kegiatan. Semua kegiatan yang sedang berlangsung secara efektif dilakukan ketika
tujuan lembaga tercapai dan faktor mendukung efektivitas.
Menurut Steers, "Efektivitas didefinisikan sebagai suatu sistem, dengan
sumber daya dan fasilitas tertentu, mencapai tujuan dan sarananya tanpa
mengorbankan metode dan sumber daya dan tanpa tekanan yang tidak semestinya
pada implementasinya. Menurut Gie (2000), efektivitas adalah keadaan atau
kemampuan orang untuk melakukan pekerjaan untuk menghasilkan hasil yang
diinginkan. Gibson (1984), di sisi lain, menunjukkan bahwa efektivitas adalah
konteks perilaku organisasi, hubungan antara produksi, kualitas, efisiensi,
fleksibilitas, kepuasan, jenis keunggulan, dan pengembangan (Haris, 2015).
Menurut Mardiasmo (2004), efektivitas adalah ukuran keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Suatu organisasi dikatakan telah
berjalan efektif apabila telah mencapai tujuan