Wednesday, July 10, 2024

Indikator Kompensasi

 Menurut Rivai (2014), kompensasi terbagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut:
1) Kompensasi Finansial,
Kompensasi finansial artinya kompensasi yang diwujudkan dengan
sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan.
Kompensasi finansial terdiri atas dua yaitu kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung (tunjangan).
a) Kompensasi finansial langsung terdiri atas pembayaran pokok
(gaji, upah), pembayaran prestasi, pembayaran insentif, komisi,
bonus, bagian keuntungan, opsi saham. Sedangkan pembayaran
tertangguh meliputi tabungan hari tua dan saham kumulatif.
b) Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang
meliputi asuransi, pesangon, sekolah anak, pensiun. Kompensasi
luar jam kerja meliputi lembur, hari besar, cuti sakit, cuti hamil.
Sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi rumah, biaya pindah dan
kendaraan.
2) Kompensasi Non Finansial
Kompensasi non finansial terdiri atas jenjang karir, peluang
promosi, pengakuan karya, temuan baru, dan prestasi istimewa.
Sedangkan lingkungan kerja meliputi: Pujian, bersahabat, nyaman
bertugas, menyenangkan, dan kondusif. Pada dasarnya kompenasi
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu kompensasi finansial dan
kompensasi non finansial. Selanjutnya kompensasi finansial ada yang
langsung dan ada yang tidak langsung. Sedangkan kompensasi non
finansial dapat berupa pekerjaan dan lingkungan kerja.
Menurut Panggabean (2014), mengemukakan bahwa:
1) Kompensasi keuangan langsung terdiri atas:
a) Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada
karyawan secara teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan atau
mingguan.
b) Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung dibayarkan
kepada para pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang
dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak
seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat
berubah-ubah. Pada dasarnya, gaji atau upah diberikan untuk
menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan.
c) Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan.
Dengan mengasumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk
mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang
produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil
kerja. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menentukan standar
yang tepat. Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga tidak
terlalu sulit. Standar yang terlalu mudah tentunya tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Sedangkan yang terlalu sulit
menyebabkan karyawan frustasi.
2) Kompensasi tidak langsung (Fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan karyawan. Contohnya
asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan bantuan perumahan.

Pengertian Kompensasi

 


Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi /
perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial,
pada periode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan
kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh,
mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan. Bagi organisasi / perusahaan,
kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi mencerminkan upaya
organisasi dalam mempertahankan danmeningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Menurut Sihotang (2016) kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian
balas jasa bagi pegawai dan para manajer baik berupa finansial maupun barang
dan jasa pelayanan yang diterima oleh setiap orang karyawan.
Sedangkan Mangkunegara (2013) menyatakan bahwa kompensasi
merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding. Dalam
kepegawaian, hadiah yang bersifat uang merupakan kompensasi yang diberikan
kepada pegawai sebagai penghargaan dari pelayanan mereka. Demikian halnya
Hariandja (2015) menyatakan bahwa “kompensasi adalah keseluruhan balas jasa
yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di
organisasi dalam bentuk uang atau lainnya yang dapat berupa gaji upah, bonus,
insentif, dan tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan lainnya

Indikator Stres Kerja

 


Menurut Rivai (2014:110), indikator stress kerja adalah sebagai berikut:
1) Tanggung jawab
2) Waktu kerja
3) Beban Kerja

Sumber-sumber Potensi Stres Kerja

 


Ada tiga kategori penderita stres kerja potensial yaitu lingkungan,
organisasional, dan individual (Robbins, 2014:370):
1) Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur
organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres kerja di
kalangan para karyawan dalam organisasi. Perubahan dalam siklus
bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi.
2) Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan
stres kerja. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan
tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang
berlebihan, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Faktor – faktor
ini dapat dikategorikan pada tuntutan tugas, tuntutan peran, dan
tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan
organisasi, dan tingkat hidup organisasi.
3) Faktor Individual
Lazimnya individu hanya bekerja 40 sampai 50 jam sepekan.
Namun pengalaman dan masalah yang dijumpai orang di luar jam
kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat melebihi dari pekerjaan.
Maka kategori ini mencakup faktor – faktor dalam kehidupan pribadi
karyawan. Terutama sekali faktor ini adalah persoalan keluarga,
masalah ekonomi pribadi, dan kateristik kepribadian bawaan”

Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

 


Menurut Rivai (2014:96), faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah
sebagai berikut:
1) Kompensasi
Keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari
pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya
yang dapat berupa gaji upah, bonus, insentif, dan tunjangan hari raya,
uang makan, uang cuti, dan lainnya.
2) Kompetensi
Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan
serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut

Penyebab Stres Kerja

 


Bentuk yang paling nyata stres kerja meliputi “empat S”, perubahan
organisasi, tingkat kecepatan kerja, lingkungan fisik, pekerja yang rentan terhadap
stres (Schuler, 2015:233):
1) Empat S
Penyebab umum stress bagi hanya pekerja adalah supervisor
(atasan), salary (gaji), security (keamanan) dan safety (keselamatan).
Aturan-aturan kerja yang sempit dan tekanan yang tiada henti untuk
mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab utama
stres yang dikaitkan pekerja dengan supervisor. Gaji adalah penyebab
stres bila dianggap tidak diberikan secara adil. Banyak karyawan
merasa mereka rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Para
karyawan mengalami stres kerja ketika merasa tidak pasti apakah
mereka tetap mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau
bahkan besok. Bagi banyak karyawan rendahnya keamanan kerja
bahkan lebih menimbulkan stres kerja dari rendahnya keselamatan
kerja.
Tekanan produksi meningkat, ketakutan mengenai keselamatan
tempat kerja dapat meningkat sampai ke titik dimana produksi justru
semakin menurun. Hal ini, pada gilirannya dapat mengarah kepada
suatu lingkaran setan yang tidak produktif bagi para karyawan dan
juga perusahaan.
2) Perubahan Organisasi
Perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan
sesuatu yang penting dan disertai ketidak pastian. Banyak perubahan
dibuat tanpa pemberitahuan. Walaupun kabar-kabar burung sering
beredar bahwa akan ada perubahan, bentuk perubahan yang pasti
hanya sebatas spekulasi. Para pekerja was-was apakah perubahan
tersebut akan mempunyai dampak, barangkali dengan mengganti
dengan pekerja baru, atau dipindah tugaskan. Akibatnya, banyak
karyawan menderita gejala-gejala stres kerja.
3) Tingkat Kecepatan Kerja
Tingkat kecepatan kerja dapat dikendalikan oleh mesin atau
manusia. Kecepatan kerja ditentukan oleh mesin memberikan kendali
atas kecepatan pelaksanaan dan hasil pekerjaan kepada sesuatu selain
manusia. Kecepatan yang ditentukan oleh manusia memberikan
kendali kepada manusia. Akibatnya sangat besar, karena pekerja tidak
dapat memuaskan kebutuhan yang penting untuk mengendalikan
situasi. Menurut laporan, para pekerja yang bekerja pada pekerjaan-
pekerjaan dengan kecepatan yang ditentukan oleh mesin merasa lelah
diakhir giliran mereka, dan tidak dapat bersantai segera setelah bekerja
karena pengeluaran adrenalin yang meningkat selama bekerja.
4) Lingkungan Fisik
Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan
produktivitas, hal itu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang
berhubungan dengan stres kerja.
5) Pekerja Yang Rentan Stres
Manusia memang berbeda dalam memberikan respon terhadap
penyebab stres kerja. Perbedaan klasik adalah yang disebut perilaku
tipe A dan perilaku tipe B. orang-orang dengan perilaku tipe A suka
melakukan hal-hal menurut cara mereka sendiri, mau mengeluarkan
banyak tenaga untuk memastikan bahwa tugas-tugas yang sangat sulit
pun dikerjakan dengan cara yang mereka sukai. Orang-orang tipe A
menghabiskan sebagian besar waktunya mengarahkan energi kepada
hal-hal yang tidak biasanya dalam lingkungan

Pengertian Stres Kerja

 


Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang karyawan (Rivai 2014:108). Menurut Robbins (2014:368)
stres adalah suatu kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Menurut Gibson (2013:300), Sebagian stres bisa bersifat positif dan
sebagian lagi negatif. Dewasa ini para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan,
atau stres yang menyertai tantangan di lingkugan kerja (seperti memiliki banyak
proyek, tugas dan tanggung), beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau
stres yang menghalangi mencapai tujuan (birokrasi, politik kantor, kebingungan
terkait tanggung jawab kerja). Sebagai definisi dapat dikatakan bahwa stres kerja
merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran
dan kondisi fisik seseorang.
Stres kerja mengakibatkan kelelahan kerja, seringkali tanda awal dari stres
kerja adalah suatu perasaan bahwa dirinya mengalami kelelahan emosional
terhadap pekerjaan-pekerjaan. Bila diminta menjelaskan yang dirasakan, seorang
karyawan yang lelah secara emosional akan merasa kehabisan tenaga dan lelah
secara fisik. Beberapa aspek dalam stres kerja antara lain:
1) Kelelahan Emosional
Kelelahan emosional yang gawat dapat sangat melemahkan baik di
dalam maupun diluar pekerjaan, sehingga orang-orang yang
mengalami hal itu harus mencari cara untuk mengatasinya. Satu cara
yang umum mengatasi hal tersebut adalah dengan diri sendiri, dengan
orang lain, dan dengan mengurangi keterlibatan pribadi terhadap
persoalan-persoalan yang ada.
2) Perasaan tidak mampu
Bila digabungkan dengan kelelahan emosional, perasaan tidak
mampu akan menurunkan motivasi sampai suatu titik dimana kualitas
kerja karyawan akan menurun yang akhirnya menuju kepada
kegagalan lebih lanjut.