Saturday, July 13, 2024

Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

 


Sejatinya setiap orang telah memiliki kecerdasan emosional dalam dirinya.
Karena kecerdasan emosional merupakan sesuatu hal yang intangible atau tidak
berwujud maka dari itu akan sulit untuk melihat bagaimana kondisi kecerdasan
emosional yang ada dalam diri seseorang tersebut. Akan tetapi kita tetap masih bisa
untuk mengamati bagaimana kecerdasan emosional itu berada dalam diri seseorang
melalui ciri-ciri kecerdasan emosional.
Menurut Yasin, Dapsari (Goleman, 2015:26) mengemukakan ciri-ciri dari
kecerdasan emosi yang tinggi antara lain:

  1. Optimal dan selalu berpikir positif pada saat menangani situasi-situasi
    dalam hidup. Seperti menangani peristiwa dalam hidupnya dan
    menangani tekanan-tekanan masalah pribadi yang dihadapi.
  2. Terampil dalam membina emosi, terampil di dalam mengenali kesadaran
    emosi diri dan ekspresi emosi dan kesadaran emosi terhadap orang lain.
  3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi meliputi: intensionalitas,
    kreativitas, ketangguhan, hubungan antar pribadi, ketidakpuasan
    konstruktif.
  4. Optimal pada emosi belas kasihan atau empati, intuisi, kepercayaan, daya
    pribadi dan integritas.
  5. Optimal pada kesehatan secara umum kualitas hidup dan kinerja yang
    optimal.

Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kontrol Diri

 Berikut terdapat dua faktor penting yang dapat memengaruhi kontrol diri yakni faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Ghufron dan Risnawita (2012 : 32) Secara garis besarnya faktor-faktor yang memengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan individu).  Faktor Internal Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia sesorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu.  Faktor Eksternal Faktor eksternal ini di antaranya adalah lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orangtua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan, maka sikap kekonsistensian ini akan diinterbalisasi anak. Dikemudian akan menjadi kontrol diri baginya. Penjelasan berikut menjelaskan bahwa kontrol diri dipengaruhi oleh faktor- faktor yang ada dalam dirinya, seperti bertambahnya usia seseorang maka secara tidak langsung semakin baik pula kontrol diri yang dimilikinya, dan juga faktor dari  luar dirinya seperti lingkungan keluarga, khususnya orang tua sangat mempengaruhi kontrol diri seorang anak.

Jenis dan Aspek Kontrol Diri

 


Kontrol diri ini sendiri sangat penting bagi seorang individu, maka dari itu
seorang individu itu itu sendiri harus mengetahui apa saja yang harus dimiliki untuk
dapat mengontrol dirinya. Terdapat beberapa jenis dan aspek penting yang
digunakan untuk mengukur kontrol diri yang dikemukan oleh para ahli. Menurut
Averill (2012 : 29) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu
kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control) dan
mengontrol keputusan (decesional control).

  1. Kontrol perilaku (Behavior control)
    Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang
    dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan
    yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini
    diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated
    administration), dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus
    modifiability).
  2. Kontrol kognitif (Cognitive control)
    Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah
    informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai,
    atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif
    sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri
    atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan
    melakukan penilaian (appraisal).
  3. Mengontrol keputusan (Decesional control)
    Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih
    hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
    disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik
    dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada
    diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
    Menurut Block dan Block (2012 : 31) ada tiga jenis kualitas kontrol diri,
    yaitu :
    over control, under control, dan appropriate control. Over control
    merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang
    menyebabkan individu banyak menahan diri dalam berekasi terhadap
    stimulus. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk
    nelepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan masak. Sementara
    appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya
    mengendalikan implus secara tepat

Pengertian Kontrol Diri

 


Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan
membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk
mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi
untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk
mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah
perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.
Hoyri (Rozaini dan Ginting, 2019 : 2) “Kontrol diri merupakan kemampuan
individu untuk menentukan perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral,
nilai, dan aturan di masyarakat agar mengarah pada perilaku positif”. Goldfried dan
Merbaum dalam Ghufron dan Risnawita (2012 : 22) “mendefinisikan kontrol diri
sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi
positif”.
Menurut Hurlock (2012 : 24) menyebutkan tiga kriteria emosi. Dibawah ini
adalah tiga kriteria tersebut.

Fakor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

 


Pembelian impulsif yang seluruhnya merupakan pembelian yang dilakukan
secara spontan dan keputusan pembelian tersebut berada didalam toko karena
berbagai faktor yang menarik konsumen untuk melakukan pembelian.
Menurut Loudon dan Bitta (Miranda, 2016 : 69) mengungkapkan faktor
yang mempengaruhi pembelian impulsif yaitu:
a. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marjinal,
produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah dijangkau,
b. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak
outlet yang self service, iklan melalui media masa yang sangat sugestibel
dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko
yang menonjol.
c. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial
demografi atau karakteristik sosial ekonomi.
Senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh pendapat beberapa ahli di
atas, dapat di tarik kesimpukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
impulsif terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, dan strategi pemasaran baik itu
dengan pemberian potongan harga maupun faktor lain yang dapat menarik
konsumen dalam melakukan pembelian

Indikator Pembelian Impulsif

 


Berikut terdapat indikator mengenai pembelian impulsif yang dikemukakan
oleh beberapa ahli. Indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur
kecendrungan pembelian impulsif yang dimiliki oleh seseorang.
Menurut Bayley dan Nancarrow (Sari, 2014 : 58), mengelompokan
pembelian impulsif menjadi empat indikator yaitu :

  1. Pembelian Spontan
    Merupakan keadaan dimana pelanggan seringkali membeli sesuatu tanpa
    direncanakan terlebih dahulu.
  2. Pembelian Tanpa Berpikir Akibat
    Merupakan keadaan dimana pelanggan sering melakukan pembelian
    tanpa memikirkan terlebih dahulu mengenai akibat dari pembelian yang
    dilakukan.
  3. Pembelian Terburu-buru
    Merupakan keadaan dimana pelanggan seringkali merasa bahwa terlalu
    terburu-buru dalam membeli sesuatu.
  4. Pembelian Dipengaruhi Keadaan Emosional
    Penilaian pelanggan dimana pelanggan melakukan kegiatan berbelanja
    dipengaruhi oleh keadaan emosional sebelumnya

Aspek-Aspek Pembelian Impulsif

 


Berikut terdapat beberapa aspek penting dalam pembelian impulsif yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Verplanken & Hebaradi (Qitbiyah, 2015
: 20) mengemukakan aspek pembelian impulsif yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu yang
meliputi:

  1. Kegiatan pembelian yang dilakukan tanpa pertimbangan harga suatu
    produk.
  2. Kegiatan pembelian tanpa mempertimbangkan suatu produk.
  3. Individu tidak melakukan perbandingan produk.
    b. Aspek Afektif
    Aspek ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang meliputi:
  4. Adanya dorongan perasaan untuk segera melakukan dorongan
    pembelian.
  5. Adanya perasaan kecewa yang muncul setelah melakukan pembelian.
  6. Adanya proses pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan.