Tujuan
mitigasi bencana gunungapi menurut Oman Abdurahman (2011: 32), yaitu untuk
meminimalisir atau meniadakan jatuhnya korban akibat letusan gunungapi.
Kegiatan utama mitigasi bencana gunungapi adalah melakukan evaluasi bahaya gunungapi. pemantauan
dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bahaya gunungapi. Evaluasi
bahaya menghasilkan Peta Daerah Bahaya Gunungapi atau Peta Rawan Bahaya (KRB) Gunungapi.
Peta ini menggambarkan kawasan yang berpotensi terkena dampak letusan. Peta
tersebut berguna sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam menata tataruang
wilayah dan menyiapkan evakuasi pada saat masa kritis.
Upaya
mitigasi juga dilakukan melalui identifikasi jenis bahaya dan karakternya.
Bahaya gunungapi mempunyai karakter yang tidak dapat diubah. Dengan memahami
jenis bahaya dan karakternya, maka dapat dilakukan antisipasi bahayanya. Pemberdayaan
masyarakat menjadi sangat vital, terutama pada masyarakat yang belum pernah
mengalami peristiwa letusan gunungapi. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan
melalui peningkatan kapasitas untuk mengurangi kerentanan dengan membutuhkan
kesadaran dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya letusan gunungapi
menjadi hal yang sangat penting dalam mitigasi bencana.
Pergerakan
magma yang mengawali suatu letusan dapat dideteksi oleh peralatan pemantauan.
Salah satu unsur dalam kesiapsiagaan, pemantauan gunungapi dilakukan untuk
memberikan peringatan dini letusan gunungapi kepada masyarakat. Pemberian
peringatan dini dilakukan secara bertahap, karena letusan memperlihatkan gejala
awal (precursor) atau tanda-tanda
sebelum kejadian. Semakin dekat dengan letusan, maka semakin jelas
tanda-tandanya. Tingkatan aktivitas gunungapi secara bertahap
dimulai dari Normal, Waspada, Siaga, dan Awas.
Tabel 4. Penetapan Status Bahaya Gunung Meletus
|
||
1
|
Aktif Normal (level I)
|
Kegiatan gunungapi
berdasarkan pengamatan dan hasil visual, kegempaan, dan gejala vulkanik
lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
|
2
|
Waspada (level II)
|
Terjadi peningkatan
kegiatan berupa kelainan tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah,
kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
|
3
|
Siaga (level III)
|
Peningkatan semakin
nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain
saling mendukung. Berdasarkan analisis perubahan kegiatan cenderung diikuti
letusan.
|
4
|
Awas (level IV)
|
Menjelang letusan utama,
letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data
pengamatan, segera akan diikuti letusan pertama.
|
Sumber:
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2008)
|
No comments:
Post a Comment