Sunday, June 23, 2024

Definisi Brand Image

 


Salah satu aspek yang sangat penting dari brand adalah citranya,
sebagaimana tercermin dari asosiasi yang dipegang konsumen untuk brand
tersebut. Menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 46) memiliki brand image
yang positif dapat berguna bagi pemasar untuk membuat perbedaan antara
pertimbangan tingkat yang lebih rendah, yang terkait dengan persepsi konsumen
tentang kinerja tertentu dan atribut serta manfaat citra, dan pertimbangan tingkat
yang lebih tinggi yang terkait dengan penilaian, perasaan, dan hubungan secara
keseluruhan. Ada hubungan yang jelas antara dua tingkat, karena tanggapan dan
hubungan konsumen secara keseluruhan dengan suatu brand biasanya
bergantung pada persepsi atribut dan manfaat khusus dari merek tersebut. Bagian
ini mempertimbangkan beberapa masalah dalam mengukur kinerja merek tingkat
rendah dan asosiasi citra. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipegang
seseorang tentang sesuatu. Keyakinan terhadap sebuah brand adalah atribut dan
manfaat khusus yang terkait dengan brand dan pesaingnya

Peran Brand Identity

 


Menurut Aaker dan McLoughlin (2020 : 190) terdapat tiga peran dari
brand identity, yaitu sebagai berikut:

  1. Mendorong dan memandu inisiatif strategis di seluruh organisasi, mulai
    dari operasi hingga penawaran produk hingga pemilihan proyek R&D.
    Dorongan strategis keseluruhan yang ditangkap oleh identitas dan posisi
    harus menyiratkan inisiatif dan program tertentu.
  2. Mendorong program komunikasi. Identitas dan posisi strategis yang
    benar-benar membedakan produk dan beresonansi dengan pelanggan
    akan memberikan tidak hanya pukulan dan efektivitas untuk komunikasi
    eksternal, tetapi konsistensi dari waktu ke waktu karena perspektif
    jangka panjang.
  3. Mendukung ekspresi nilai dan budaya organisasi kepada karyawan dan
    mitra bisnis. Komunikasi internal seperti itu sama pentingnya dengan
    keberhasilan menjangkau pelanggan

Karakter Brand Identity

 


Brand perlu memperhatikan elemen-elemen tertentu dalam membangun
brand, agar brand yang dibuat mencerminkan produk sehingga brand dapat
tertanam dalam pikiran khalayak dan membedakan produk dari brand tersebut
dengan brand lainnya. Menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 113-116) secara
umum, terdapat enam karakter utama dalam memilih brand identity:

  1. Memorability (Daya Ingat)
    Dalam tujuan mempromosikan brand harus dilakukan secara
    berhubungan erat dengan konsumen agar mudah diingat dan menarik
    perhatian sehingga tertanam dalam ingatan dan dapat membantu
    terjadinya keputusan pembelian.
  2. Meaningfulness (Kebermakanaan)
    Sebuah brand dapat dijabarkan dengan jelas arti dari elemen brand
    tersebut secara dekriptif dan juga secara persuasif tentang hubungannya
    terhadap sebuah produk. Dua hal yang sangat penting adalah seberapa
    baik elemen brand menyampaikan yaitu informasi umum tentang fungsi
    produk atau informasi spesifik tentang atribut dan manfaat tertentu dari
    brand.
  3. Likable (Disukai)
    Sebuah brand yang mudah diingat, bermakna, dan disukai menawarkan
    banyak keuntungan karena konsumen seringkali tidak memeriksa
    banyak informasi dalam membuat keputusan produk. Elemen deskriptif
    dan persuasif dapat mengurangi beban komunikasi pemasaran dalam
    membangun kesadaran dan menghubungkan asosiasi brand dan ekuitas,
    terutama ketika ada beberapa asosiasi terkait produk lainnya.
  4. Transferable (Keteralihan)
    Ada beberapa aspek dalam kriteria ini yaitu, mencari tahu tingkat guna
    elemen brand agar dapat menambahkan menu baru, varian baru ataupun
    seri produk tertentu. Selain itu, mengukur sejauh mana elemen brand
    menambah brand equity sehingga dapat dipasarkan di negara manapun
    dan memperluas segmen pasar.
  5. Adaptability (Kemampuan Beradaptasi)
    Kriteria kelima untuk elemen brand adalah dapat beradaptasi dengan
    mengikuti perkembangan zaman yang terjadi, atau dapat dengan mudah
    dilakukan pembaruan atau update. Hal tersebut karena perubahan nilai
    dan opini konsumen, atau hanya karena kebutuhan untuk tetap
    kontemporer, sebagian besar elemen brand harus diperbarui. Semakin
    mudah beradaptasi dan fleksibel elemen brand, semakin mudah untuk
    memperbaruinya.
  6. Protectability (Perlindungan)
    Karakteristik umum keenam dan terakhir adalah sejauh mana elemen
    brand dapat dilindungi—baik dalam pengertian hukum maupun
    persaingan. Pemasar harus memilih elemen brand yang dapat dilindungi
    hukum secara internasional, mendaftarkannya secara resmi ke badan
    hukum yang sesuai, dan dapat membela brand dari pelanggaran
    persaingan yang tidak sah

Kriteria Memandu Brand Identity

 


Dalam mengembangkan inti dan identitas yang diperluas, empat kriteria
harus memandu proses tersebut. Menurut Aaker dan McLoughlin (2020 : 186-
188) kriteria identitas yang dicari adalah:

  1. Resonate with the target market. Pada akhirnya pasar menentukan
    kesuksesan, dan dengan demikian identitas dari sebuah brand harus
    memiliki getaran yang sama dengan konsumen. Sangat berguna untuk
    memikirkan bagaimana konsumen berhubungan dengan brand dari
    waktu ke waktu daripada sekadar apa yang mendorong keputusan
    pembelian. Juga, pertimbangkan manfaat emosional dan ekspresi diri
    selain manfaat fungsional.
  2. Differentiate from competitors. Perbedaan sering kali menjadi kunci
    kemenangan sebuah brand di pasaran. Harus ada beberapa titik
    perbedaan di seluruh identitas brand sehingga selalu ada jawaban atas
    pertanyaan tentang bagaimana brand dapat berbeda dengan brand
    lainnya.
  3. Provide parity where competitors have an advantage that is compelling
    to customers. Tidak selalu perlu untuk menjadi berbeda atau lebih baik
    di semua dimensi. Mungkin ada beberapa dimensi di mana tujuannya
    hanya untuk menjadi cukup dekat sehingga dimensi ini tidak lagi
    menjadi alasan untuk tidak membeli brand tersebut.
  4. Reflect the strategy and culture of the business. Pada akhirnya, brand
    tersebut perlu mengaktifkan dan mendukung strategi bisnis. Khususnya
    ketika strategi merepresentasikan perubahan dari status quo, dan
    membutuhkan perubahan brand image, identitas brand perlu
    mencerminkan strategi baru. Identitas brand juga harus mendukung dan
    mencerminkan budaya dan nilai perusahaan, karena organisasilah yang
    harus memenuhi janji brand yang aspiratif.

Dimensi Brand Identity

 


Menurut Kapferer (2012 : 158-163 ) terdapat enam aspek dalam brand
identity, yaitu sebagai berikut

  1. Physique
    Seperangkat tampilan fisik dari sebuah produk, yang muncul dalam
    benak konsumen ketika memikirkan sebuah nama. Cara kerja branding
    sederhana yaitu: berfokus pada pengetahuan dan pemosisian klasik,
    mengandalkan atribut dan manfaat produk dan brand tertentu.
    Penampilan fisik memang penting, langkah pertama dalam
    mengembangkan brand adalah mendefinisikan aspek fisiknya.
  2. Personality
    Sebuah brand memiliki kepribadian atau karakter. Kepribadian atau
    karakter dapat ditonjolkan dengan pembuatan tagline, desain, atau warna
    tertentu dalam brand. Bahkan penggunaan model pun dapat
    mencerminkan kepribadian dari sebuah brand.
  3. Culture
    Culture yaitu sebuah system value dan prinsip dasar pada perilaku brand
    yang dicerminkan ke dalam sebuah brand. Banyak brand yang
    mengasosiasikan culture dengan negara asal brand tersebut. Budaya dari
    sebuah brand lebih dari sekadar manfaat produk atau kepribadian,
    melainkan juga ideologi. Budaya internal perusahaan juga merupakan
    aspek integral dari brand identity. Brand besar tidak hanya didorong oleh
    budaya tetapi juga menyampaikan budaya dari dalam juga.
  4. Relationship
    Relationship yaitu seberapa kuat hubungan yang ada antara sebuah
    brand dengan konsumennya. Brand dapat pula menyimbolkan suatu
    hubungan tertentu dengan orang lain. Dengan adanya relationship yang
    baik brand dapat mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan
    konsumen. Selain itu, brand juga dapat mengetahui kualitas dan
    pengalaman yang dirasakan oleh konsumen dalam menggunakan produk
    atau jasa. Hal tersebut dapat dijadikan patokan dalam melakukan inovasi
    brand kedepannya.
  5. Reflection
    Sebuah brand adalah cerminan pelanggan. Reflection, yaitu cerminan
    yang direpresentasikan oleh sebuah brand berdasarkan konsumen yang
    mengonsumsi produk yang ditawarkan. Cerminan tersebut merujuk
    kepada stereotypical user dari sebuah brand. Reflection dan target sering
    tertukar. Target menggambarkan calon pembeli atau pengguna brand.
    Reflection pelanggan tidak menggambarkan target; sebaliknya,
    pelanggan harus dicerminkan seperti yang diinginkan untuk dilihat
    sebagai hasil dari penggunaan brand.
  6. Self-image
    Jika reflection adalah cermin luar target, self-image adalah cermin
    internal target itu sendiri. Citra diri pelanggan membalikkan reflection
    pelanggan di kepalanya, alih-alih mewakili diri ideal pelanggan. Brand
    harus bertujuan untuk menyampaikan pesan yang memupuk visi tentang
    brand yang ideal menurut pelanggan agar beresonansi dengan audiens
    mereka.

Definisi Brand Identity

 


Brand identity bersifat nyata dan menarik bagi indrea, karena setiap orang
dapat melihatnya, menyentuhnya, memegangnya, mendengarnya, dan melihat
pergerakannya (Wheeler, 2018 : 4). Brand identity memicu pengakuan,
memperkuat diferensiasi, dan membuat ide dan makna besar dapat diakses.
Brand identity menimbulkan pengakuan, memperkuat perbedaan dan membuat
ide-ide besar yang dapat diakses. Brand identity mengambil elemen-elemen yang
berbeda dan menyatukannya ke dalam seluruh sistem. Jika brand identity yang
dibangun oleh sebuah perusahaan memiliki kesan yang baik dan mendapatkan
kepercayaan serta pengakuan dari khalayak, brand akan menjadi unggul dalam
pikiran khalayak meskipun di tengah-tengah ramainya persaingan di pasar. Untuk
menciptakan dan mengelola brand memerlukan strategi brand, yang intinya
adalah identitas brand yang memberikan arah, tujuan, dan makna bagi sebuah
brand. Menurut Aaker & McLoughlin (2020 : 186) Brand Identity adalah
seperangkat asosiasi brand yang ingin diciptakan atau dipertahankan oleh
perusahaan, citra brand eksternal yang aspiratif. Asosiasi yang dimaksudkan
yaitu mewakili apa yang dicita-citakan oleh brand dan membuktikan janji kepada
konsumen dari organisasi. Identitas merk atau brand identity adalah bagian
paling penting dalam proses pembangunan sebuah merek dan bagaimana brand
identity dari sebuah merek didefinisikan tergantung dari bagaimana sebuah
perusahaan atau sebuah brand ingin dilihat dan dipandang seperti apa oleh
masyarakat. Elemen brand adalah upaya visual bahkan kadang kala fisik yang
bertindak mengidentifikasi dan mendeferensiasi suatu produk atau jasa
perusahaan sehingga memiliki keunikan atau ciri khasnya tersendiri.

Definisi dan Jenis Branding

 


Branding adalah proses disiplin yang digunakan untuk membangun
kesadaran dan memperluas pelanggan loyalitas (Damayanti & Rizka, 2020).
Branding adalah tentang bagaimana cara memanfaatkan setiap kesempatan untuk
mengungkapkan dan membuat seseorang agar memilih satu merek lebih dari
yang lain. Menurut Damayanti dan Rizka (2020) terdapat jenis-jenis dari
branding sebagai, berikut:

  1. Co-branding: bermitra dengan merek lain untuk mencapai jangkauan
  2. Digital branding: web, media sosial, cari optimisasi mesin, mengemudi
    per-dagangan di web
  3. Personal branding: cara seorang individu membangun reputasi mereka
  4. Cause branding: menyelaraskan merek dengan amal sebab; atau
    perusahaan tanggung jawab sosial
  5. Country branding: upaya untuk menarik wisatawan dan bisnis