Menurut Kapferer (2012 : 158-163 ) terdapat enam aspek dalam brand
identity, yaitu sebagai berikut
- Physique
Seperangkat tampilan fisik dari sebuah produk, yang muncul dalam
benak konsumen ketika memikirkan sebuah nama. Cara kerja branding
sederhana yaitu: berfokus pada pengetahuan dan pemosisian klasik,
mengandalkan atribut dan manfaat produk dan brand tertentu.
Penampilan fisik memang penting, langkah pertama dalam
mengembangkan brand adalah mendefinisikan aspek fisiknya. - Personality
Sebuah brand memiliki kepribadian atau karakter. Kepribadian atau
karakter dapat ditonjolkan dengan pembuatan tagline, desain, atau warna
tertentu dalam brand. Bahkan penggunaan model pun dapat
mencerminkan kepribadian dari sebuah brand. - Culture
Culture yaitu sebuah system value dan prinsip dasar pada perilaku brand
yang dicerminkan ke dalam sebuah brand. Banyak brand yang
mengasosiasikan culture dengan negara asal brand tersebut. Budaya dari
sebuah brand lebih dari sekadar manfaat produk atau kepribadian,
melainkan juga ideologi. Budaya internal perusahaan juga merupakan
aspek integral dari brand identity. Brand besar tidak hanya didorong oleh
budaya tetapi juga menyampaikan budaya dari dalam juga. - Relationship
Relationship yaitu seberapa kuat hubungan yang ada antara sebuah
brand dengan konsumennya. Brand dapat pula menyimbolkan suatu
hubungan tertentu dengan orang lain. Dengan adanya relationship yang
baik brand dapat mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan
konsumen. Selain itu, brand juga dapat mengetahui kualitas dan
pengalaman yang dirasakan oleh konsumen dalam menggunakan produk
atau jasa. Hal tersebut dapat dijadikan patokan dalam melakukan inovasi
brand kedepannya. - Reflection
Sebuah brand adalah cerminan pelanggan. Reflection, yaitu cerminan
yang direpresentasikan oleh sebuah brand berdasarkan konsumen yang
mengonsumsi produk yang ditawarkan. Cerminan tersebut merujuk
kepada stereotypical user dari sebuah brand. Reflection dan target sering
tertukar. Target menggambarkan calon pembeli atau pengguna brand.
Reflection pelanggan tidak menggambarkan target; sebaliknya,
pelanggan harus dicerminkan seperti yang diinginkan untuk dilihat
sebagai hasil dari penggunaan brand. - Self-image
Jika reflection adalah cermin luar target, self-image adalah cermin
internal target itu sendiri. Citra diri pelanggan membalikkan reflection
pelanggan di kepalanya, alih-alih mewakili diri ideal pelanggan. Brand
harus bertujuan untuk menyampaikan pesan yang memupuk visi tentang
brand yang ideal menurut pelanggan agar beresonansi dengan audiens
mereka.
No comments:
Post a Comment