Tuesday, June 25, 2024

Pengertian Brand Personality

 Brand personality didefinisikan sebagai "seperangkat sifat kepribadian

manusia yang berlaku dan relevan untuk merek" (Azoulay & Kapferer, 2003,
hal. 151). Dikutip dari jurnal Ahmad (2017) menurut Aaker (hal.347, 1997)
mendefinisikan brand personality sebagai “himpunan karakteristik manusia
yang terkait dengan suatu merek”. Menurut Caprara, et al (2001) konsep brand
personality didasarkan pada kepribadian manusia yang menggunakan metafora
merek sebagai orang untuk memahami persepsi merek (dikutip dari Japutra,
2017).
Brand personality adalah konsep penting untuk pemasaran karena
konsumen menetapkan kualitas kepribadian untuk merek dalam proses
antropomorfisme untuk menghidupkan, memanusiakan atau
mempersonalisasikan merek untuk membangun hubungan konsumen merek
yang kuat (Fournier, 1998). Brand Personality membantu konsumen dalam
mengidentifikasi diri mereka dengan merek dan mereka dapat menghubungkan
kepribadian mereka sendiri dengan kepribadian merek (Sirgy, 1982; Louis dan
Lombart, 2010). Jadi, jika ciri-ciri kepribadian merek melengkapi atau cocok
dengan konsumen, mereka akan merasa lebih akrab dan lebih puas dengan
merek (ahmad, 2017).
Didalam jurnal Munangsihe (2018) mengatakan bahwa “dalam
pemasaran, kepribadian merek diproyeksikan akan sesuai dengan yang terbaik
untuk target pasar tertentu”, dan juga dikutip pada jurnal tersebut pernyataan
Aaker (1997) yang lebih lanjut menyatakan bahwa sikap dan perilaku konsumen
sebenarnya merupakan cerminan kepribadian merek, yang pada akhirnya akan
terhubung dengan niat pembelian konsumen melalui preferensi merek yang
diciptakan. Sebuah studi oleh (LaPlaca, 2015) pada penilaian dimensi
kepribadian merek mengungkapkan, ciri-ciri kepribadian merek membantu
dalam proses diferensiasi dan juga dalam menciptakan preferensi untuk merek.
Bagi penulis sendiri brand personality merupakan karakteristik sebuah
merek yang diciptakan perusahaan sebagai ceriman dari karakterisitik manusia
yang digunakan sebagai bentuk citra dari merek tersebut

Definisi Branding

 


Pada bukunya “Designing Brand Identity fourth edition” Wheeler (2013)
menyatakan bahwa brand atau merek merupakan sesuatu yang dibuat oleh
perusahaan dalam menghubungkan emosional konsumen terhadap produk atau jasa
mereka. Pembuatan suatu merek yang menonjol akan membuat para konsumen
menjadi semakin percaya terhadap brand tersebut bahkan menciptkan hubungan
yang panjang dengan para konsumen (hlm. 2).
Branding merupakan sebuah proses dalam memperluas dan membangun
pengetahuan konsumen akan sebuah brand atau merek. Branding juga bertujuan
untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan serta membuat sebuah produk atau jasa
dipilih oleh konsumen dibandingkan dengan yang lainnya. Maka dari itulah,
perusahaan memanfaatkan branding sebagai sebuah sarana dalam menjangkau
konsumen serta bersaing dengan kompetitor. (Wheeler, 2013)
Menurut Wheeler (2013) sebuah brand strategy dibentuk selaras dengan
visi, nilai, dan budaya yang dicerminkan oleh suatu perusahaan dalam memahami
kebutuhan dan persepsi konsumen. Brand strategy merupakan sebuah inti dalam
memandu pemasaran agar dapat meningkatkan penjualan serta memberikan
kejelasan mengenai produk atau jasa yang terkait (hlm. 12).
Pembuatan brand strategy dapat didefinisikan dengan positioning,
diferensiasi, keunggulan, serta value proposition dari sebuah produk atau jasa
(Wheeler, 2013). Menurut Bob Ulrich, seperti yang dikutip oleh Wheeler (2013)
menyatakan bahwa inti strategi ini yakni memberikan atau menyediakan kebutuhan
konsumen dengan desain, nilai serta inovasi yang konsisten sehingga hal tersebut
akan menjadi cerminan citra suatu perusahaan agar mendapat kepercayaan
konsumen 

Indikator Brand Image

 


Adapun indikator brand image menurut Keller dalam Rifqoh
Andini, dkk (2021) adalah sebagai berikut:
1.Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association)
Terdapat pada manfaat produk, tersedianya banyak pilihan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan, harga yang ditawarkan dan
kemudian mendapat produk yang dibutuhkan.
2.Kekuatan Asosiasi Merek (Strenght of Brand Association)
Dimana seseorang konsumen sudah menggunakan sebuah produk
dan sudah merasakan manfaat ataupun juga hasil dari produk
tersebut, maka konsumen akan lebih mengingat lagi produk tersebut
dari sebelum menggunakannya.
3.Keunikan Asosiasi Merek (Uniqueness of Brand Association)
Yaitu melalui keunikan suatu produk maka akan memberikan kesan
yang cukup membekas terhadap ingatan konsumen akan keunikan
brand atau produk tersebut yang membedakan dengan produk
sejenis

Dimensi Brand Image

 


Citra merek atau brand image merupakan kesan positif atas brand
produk yang ditanamkan perusahaan ke benak konsumen.
Konsumen mengukur brand dengan pertimbangan dalam memlilih
atau menilai brand image suatu produk dengan kesan yang positif
dibidangnya, seperti reputasi produk dan keunggulan produk serta
mudah dikenali. Diperlukan beberapa strategi yang kuat, tidak hanya
menguntungkan, dan memiliki poin pembeda untuk membangun
suatu brand image yang kuat dan positif.
Menurut pendapat Kotler dalam Eliza (2020), indikator penilaian
brand image dapat dilaksanakan berpegang pada dimensi sebuah
brand yang meliputi, Strengthens (Kekuatan), Uniqueness
(Keunikan), dan Favorable (Kesukaan). Terdapat tiga dimensi yang
dinilai dapat menjadi tolak ukur dari brand image yaitu:

Pengertin Brand Image

 


Menurut Kotler & Keller dalam Chistania A.S.Wowur (2021) Brand
image merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen
ketika mengingat suatu brand tertentu. Menurut Kotler dan Keller
dalam Rifqoh Andini, dkk (2021) Brand image adalah persepsi dan
keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti tercermin atau
melekat dalam benak dan memori konsumen. Brand image adalah
persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi
yang ada pada pikiran konsumen. Brand image itu sendiri memiliki
arti kepada suatu pencitraan sebuah produk dibenak konsumen
secara massal. Brand image yang baik akan mudah meyakinkan dan
menambah preferensi terhadap suatu merek, jika image merek sudah
dibentuk dengan baik, maka konsumen akan semakin lebih mudah
dalam memutuskan pembelian produk.
Menurut Tjiptono dalam Ike Venessa, dkk (2017) brand image
adalah deskripsi asosiasi dan keyakinan yang dimiliki konsumen
terhadap suatu brand seperti yang dicerminkan di asosiasi atau di
ingatan konsumen.
Menurut Priansa dalam Chairul Nindya Hidayat (2021) brand image
adalah respons konsumen pada keseluruhan penawaran yang
diberikan oleh perusahaan. Brand image bersumber dari pengalaman
atau upaya komunikasi hingga penilaian ataupun pengembangan
terjadi pada suatu atau kedua hal tersebut. Brand image yang
bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi
keterlibatan antara konsumen dan brand. Brand image perusahaan
harus memperlihatkan idetitas merek melalui semua saran
komunikasi dan kontak brand yang tersedia. Salah satunya
membangun brand image dengan cara mempengaruhi dan
mempresentasikan keseluruhan persepsi yang baik terhadap merek
yang dibentuk dari informasi dan pengalaman-pengalaman masa lalu
terhadap suatu merek produk tersebut.

Indikator Dimensi Brand Ambassador

 


Berdasarkan pengertian dimensi Menurut Rossiter dan Percy (2021)
maka indikator untuk mengukur brand ambassador dalam penelitian
ini adalah sebahagi berikut:
Dimensi Visibility dapat diukur melalui Rossiter dan Percy
(Kertamukti 2015:70):

  1. Popularitas
  2. Appearances
  3. Dapat Mewakili
    Dimensi Credibility dapat diukur melalui Rossiter dan Percy
    (Kertamukti 2015:70) :
  4. Keahlian
  5. Pengetahuan
  6. Pengalaman
  7. Dapat Dipercaya
    Dimensi Attraction dapat diukur melalui Rossiter dan Percy
    (Kertamukti 2015:70) :
  8. Physical Likability
  9. Non-physical Likability
  10. Similarity
    Dimensi Power dapat diukur melalui Rossiter dan Percy
    (Kertamukti 2015:70):
  11. Kekuatan
  12. Kemampuan

Dimensi Brand Ambassador

 


Menurut Rossiter dan Percy dalam M. Fajarudin, dkk (2021) untuk
mengevaluasi brand ambassador yang potensial berdasarkan
persepsi audiens, dapat digunakan VisCap Model dengan empat
dimensi. Empat dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Visibility (Popularitas)
    Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas seorang
    selebriti yang mewakili produk tersebut. Popularitas yang dimiliki
    brand ambassador tentunya memberikan dampak pada popularitas
    produk atau brand yang diwakilkan. Oleh karna itu brand
    ambassador haruslah seseorang yang memiliki aspek visibility yang
    memadai untuk dapat diperhatikan oleh audiens. Apabila
    dihubungkan dalam popularitas, maka dapat ditentukan dengan
    seberapa banyak penggemar yang dimiliki oleh seorang celebrity
    brand ambassador (Popularity) dan bagaimana tingkat keseringan
    tampilnya didepan khalayak (Appearances).
  2. Credibility (Kredibilitas)
    Kredibilitas seorang selebriti berhubungan dengan dua hal, yaitu
    keahlian dan objektivitas. Keahlian ini akan bersangkutan dengan
    pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan, selebritis tentang
    brand atau produk yang diwakilkan. Sedangkan objektivitas lebih
    merujuk pada kemampuan selebritis untuk memberi keyakinan atau
    kepercayaan pada konsumen suatu produk. Selebriti yang memiliki
    kemampuan yang sudah dipercaya kredibilitasnya akan mewakili
    brand yang diiklankan memiliki image yang baik dimata konsumen.
    Produk yang diiklankan pun akan menjadi pas dengan persepsi yang
    diinginkan audiens.
  3. Attraction (Daya Tarik)
    Penerimaan pesan tergantung pada daya tarik brand ambassador.
    Brand ambassador akan berhasil merubah opini dan perilaku
    konsumen melalui mekanisme daya tarik. Daya tarik brand
    ambassador memiliki atribut sebagai berikut:
     Physical Likability, adalah persepsi khalayak terkait dengan
    penampilan fisik dari brand ambassador yang dianggap
    menarik. Pada umumnya khalayak menyukai brand ambassador
    yang memiliki kesempurnaan fikis seperti cantik, tampan,
    berbadan ideal dan lain-lain.
     Non-physical Likability, adalah persepsi khalayak terkait dengan
    penampilan non-fisik atau kepribadian dari seorang brand
    ambassador. Pada umumnya khalayak menyukai brand
    ambassador yang terbuka, bersahabat, natural, penuh candaan
    dan alami.
     Similarity, adalah persepsi khalayak berkenaan dengan
    kesamaan yang dimilikinya antara khalaya dengan sang brand
    ambassador. Baik itu dari faktor usia, hobi, aktivitas yang
    dijalani, maupun masalah yang dihadapi sebagaimana yang
    ditampilkan pada pemasarannya.
  4. Power (Kekuasaan)
    Dimensi terakhir berkaitan dengan kemampuan atau kekuatan brand
    ambassador untuk “memerintahkan” target audiens untuk
    mengikuti apa yang dilakukan seperti menggunakan atau membeli
    produk maupun brand yang diwakilkan. Power adalah sejauh mana
    kemampuan selebriti untuk dapat membujuk para konsumen dan
    mempertimbangkan produk yang sedang diiklankan untuk
    dikonsumsi.