Wednesday, June 26, 2024

Pengertian Keputusan Pembelian

 


Menurut Menurut Kotler & Armstrong (2016: 177), Keputusan pembelian
merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,
dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka.
Menurut Alma (2013: 96), Keputusan pembelian adalah suatu keputusan
konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya,
produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process. Sehingga
membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan
mengambil kesimpulan berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli.
Menurut Kotler dan Amstrong (2016: 226) menyatakan bahwa keputusan
pembelian, merupakan tahap dalam proses pengambilan pembeli, dimana
konsumen benar- benar membeli produk. Menurut Sangadji & Sopiah (2013: 120)
menyatakan bahwa definisi keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua
pilihan alternatif atau lebih.

Indikator Kesadaran Merek

 


Menurut Kotler dan Keller (2016: 268), brand awareness terbagi menjadi
beberapa dimensi dan indikator, yaitu:

  1. Pengenalan Merek (Brand Recognition)
    Brand recognition adalah dimensi dimana tingkat kesadaran responden akan
    suatu brand diukur dengan memberikan bantuan. Pertanyaan untuk pengenalan
    brand memberikan bantuan dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk brand
    tersebut.
  2. Pengingat Kembali (Brand Recall)
    Pengingat kembali adalah dimensi dimana brand disebutkan oleh responden
    setelah menyebutkan brand yang pertama kali disebut sebagai pertanyaan
    pertama tentang suatu kategori produk.
  3. Puncak Pikiran (Top Of Mind)
    Puncak pikiran merupakan dimensi dimana suatu brand menjadi yang pertama
    disebut atau diingat oleh responden ketika dirinya ditanya tentang suatu
    kategori produk

Tingkatan Kesadaran Merek

 


Kesadaran merek (brand awareness) menurut Hermawan (2014: 57) dapat
dikategorikan menjadi 4 tingkatan, yaitu:

  1. Menyadari merek (Top-of-Mind Awareness). Top of mind awareness (TOMA)
    mengacu pada brand atau produk tertentu yang muncul pertama kali di pikiran
    konsumen saat mereka sedang memikirkan industri atau kategori tertentu.
  2. Mengingat kembali merek (Brand Recall). Brand recall, yang juga sering
    disebut unaided recall atau spontaneous recall, mengacu pada kemampuan
    konsumen untuk mengingat nama sebuah merek dari memori mereka
    berdasarkan kategori produk. Pada tingkatan ini, konsumen cukup mendengar
    kategori produk atau melihat sekilas produk yang mereka butuhkan untuk
    mengingat merek produk tersebut.
  3. Pengakuan Merek (Brand Recognition). Brand recognition, yang juga sering
    disebut aided recall, adalah kemampuan konsumen untuk mengenali suatu
    produk ketika mereka melihat produk tersebut. Belum tentu konsumen dapat
    mengingat nama mereka, tetapi mereka mengenalinya ketika melihat visual
    dari produk itu seperti tampilan, logo, slogan, ataupun warna.
  4. Tidak Menyadari Brand (Unware of Brand) adalah tingkat paling rendah dalam
    piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu
    brand. 

Pengertian Kesadaran Merek

 


Aaker (2018: 90) menjelasakan bahwa kesadaran merek merupakan
kesanggupan seseorang pembeli untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu
merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Maka semakin baik
kesadaran merek yang diingat oleh pengguna secara baik maka akan memberikan
kesempatan pada pengguna untuk melakukan keputusan penggunaan secara
berulang-ulang. Sedangkan menurut Hermawan (2014: 57), kesadaran merek
adalah kemampuan dari seseorang calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali
(recognize) atau mengingat (recall) suatu merek yang merupakan bagian dari suatu
kategori produk.
Menurut Shimp, (2014: 39), kesadaran merek (brand awareness)
merupakan sebuah persoalan mengenai apakah nama sebuah merek muncul dalam
pikiran ketika konsumen berpikir mengenai suatu katagori produk tertentu dan
terdapat kemudahan saat nama tersebut dimunculkan. Sedangkan menurut
Kertamukti, (2017: 95-96) Kesadaran Merek adalah kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu

Kesadaran Merek

 


Kesadaran merek atau brand awareness merupakan suatu hal yang dapat
membuat orang tertarik dan terngiang akan suatu produk. Ketika nama suatu
produk muncul dibenat konsumen, maka produk tersebut berhasil menciptakan
kesadaran merek pada penggunanya.

Cara Mengukur Loyalitas

 


Mardalis (2005) menyatakan bahwa loyalitas dapat diukur dengan cara-cara berikut:
a. Urutan pilihan (choice sequence)
Metode urutan pilihan atau disebut juga pola pembelian ulang ini banyak dipakai dalam penelitian
dengan menggunakan panel-panel agenda harian pelanggan lainnya, dan lebih terkini lagi, data
scanner supermarket. Urutan itu dapat berupa:
1.Loyalitas yang tak terpisahkan (undivided loyalty), dapat ditunjukkan dengan runtutan AAAAAA.
Artinya pelanggan hanya membeli di satu tempat tertentu saja.
2.Loyalitas yang terbagi (divided loyalty) dapat ditunjukkan dengan runtutan ABABAB. Artinya
pelanggan membeli di dua tempat atau toko secara bergantian.
3.Loyalitas yang tidak stabil (unstableloyalty) dapat ditunjukkan dengan runtutan
AAABBB. Artinya pelanggan memilih suatu tempat atau toko untuk beberapa kali pembelian
kemudian berpindah ke toko lain untuk periode berikutnya.
4.Tanpa loyalitas (no loyalty), ditunjukkan dengan runtutan ABCDEF. Artinya pelanggan tidak
membeli di suatu tempat tertentu.
Kotler (2000) mempunyai istilah lain untuk loyalitas di atas, yaitu; Hardcore loyals, split loyals, shifting
loyals, dan switchers.
b. Proporsi pembelian (proportion of purchase)
Berbeda dengan runtutan pilihan, cara ini menguji proporsi pembelian total dalam sebuah kelompok
produk tertentu. Data yang dianalisis berasal dari panel pelanggan.
c. Preferensi (preference).
Cara ini mengukur loyalitas dengan menggunakan komitmen psikologis atau pernyataan preferensi.
digambarkan dalam istilah niat untuk membeli. Komitmen (commitment). Komitmen lebih terfokus
pada komponen emosional/perasaan. Komitmen terjadi dari keterkaitan pembelian yang merupakan
akibat dari keterlibatan ego dengan kategori merek. Keterlibatan ego tersebut terjadi ketika sebuah
produk sangat berkaitan dengan nilai-nilai penting, keperluan, dan konsep-diri pelanggan. Cara
pertama dan kedua di atas merupakan pendekatan perilaku (behavioural approach). Cara ketiga dan
keempat termasuk dalam pendekatan attitudinal (attitudinal approach).

Tingkatan Konsumen Menuju Loyalitas

 Tingkatan pelanggan menuju loyalitas menurut (Hurriyati, 2005) di bagi menjadi empat tahapan,

yaitu:
a. Emas (Gold)
Merupakan kelompok pelanggan yang memberikan keuntungan terbesar kepada perusahaan. Biasanya
kelompok ini adalah Heavy user yang selalu membeli dalam jumlah yang besar dan frekuensi
pembeliannya tinggi. Mereka tidak sensitif terhadap harga, tidak segan mengeluarkan uang untuk
sesuatu yang hanya bisa dinikmati pada masa yang akan datang, mau mencoba sesuatu yang baru yang
ditawarkan perusahaan, dan yang paling penting memiliki komitmen untuk tidak berpaling kepada
pesaing.
Ciri-ciri lain dari pelanggan emas ini adalah:
1.Mereka masih memiliki potensi untuk terus memperbesar sumbangan profitnya bagi perusahaan.
2.Mereka termasuk orang yang mapan, dan cenderung tidak punya masalah dengan keuangannya.
3.Mereka cukup pintar, dan sadar bahwa berpindah ke pesaing akan membawa risiko bagi kelangsungan
kenyamanan yang telah didapatkan selama ini.
4.Jumlah mereka tidak banyak, tetapi memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan kesuksesan
perusahaan.
b. Perak (Silver)
Kelompok ini masih memberikan keuntungan yang besar walaupun posisinya masih di bawah gold
tier. Mereka mulai memperhatikan tawaran potongan harga, hl ini dikarenakan mereka cenderung
sensitif terhadap harga, mereka tidak seloyal gold. Walaupun mereka sebenarnya heavy user, tetapi
pemenuhan kebutuhannya di peroleh dari berbagai perusahaan, tergantung penawaran yang lebih baik.
c. Perunggu (Bronze)
Kelompok ini paling besar jumlahnya. Mereka adalah kelompok yang spending level-nya relatif
rendah. Driver terkuatnya untuk bertransaksi semata-mata di dorong oleh potongan harga yang besar,
sehingga mereka juga dikenal sebagai kelompok pemburu diskon. Dengan demikian margin yang
diterima perusahaan juga relatif kecil. Akibatnya, perusahaan tidak berpikir untuk memberikan
pelayanan premium kepada mereka. Terlepas dari average spending level yang rendah, kelompok ini
masih dibutuhkan oleh perusahaan untuk menggenapkan pemenuhan target penjualan.
d. Besi (Iron)
Kelompok pelanggan yang bukannya menghasilkan keuntungan justru membebani perusahaan, tipe
pelanggan seperti ini memiliki kecendrungan untuk meminta perhatian lebih besar dan cenderung
bermasalah, membuat perusahaan berfikir lebih baik menyingkirkan mereka dari daftar pelanggan.