Friday, June 28, 2024

Minat Beli Konsumen

 


Pembahasan selanjutnya adalah terhadap variabel independen dalam
penelitian ini yaitu Minat beli atau minat beli. Minat beli adalah kemungkinan
bahwa pelanggan akan membeli produk tertentu (Wang dan Tsai, 2014). Doods et.
al. (1991) mengemukakan bahwa minat beli didefinisikan sebagai kemungkinan
seorang konsumen untuk berminat membeli suatu produk tertentu yang dilihatnya.
Lebih lanjut Doods et al. (1991) mengatakan jika seseorang menginginkan produk
dan merasa tertarik untuk memiliki produk tersebut maka mereka berusaha untuk
membeli produk tersebut, selain itu faktor yang lainnya adalah rekomendasi dari
pihak lain sangatlah penting karena dapat mempengaruhi seseorang untuk
terjadinya proses pembelian.
Minat membeli merupakan dorongan konsumen untuk melakukan
pembelian atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan
pembelian ulang. Khan (2014) mengatakan minat beli berarti konsumen memiliki
preferensi pribadi menuju produk tertentu, dan telah terbukti menjadi faktor yang
signifikan untuk memprediksi perilaku konsumen. Lebih lanjut Khan (2014)
menjelaskan lagi bahwa niat beli dapat mengukur kemungkinan konsumen untuk
membeli suatu produk, dan semakin tinggi niat beli maka semakin tinggi
kesediaan konsumen untuk membeli produk. Spears dan Singh (2004)
mendefinisikan minat beli sebagai rencana sadar individu untuk melakukan upaya
untuk membeli merek.

Ekuitas Merek

 


Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang
terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada
perusahaan maupun pada pelanggan (Winatapradja, 2013). Lebih lanjut
Winatapradja (2013) mengatakan merek yang prestisius memiliki ekuitas merek
yang kuat. Khan (2014) mengungkapkan bahwa ide dasar dari ekuitas merek
adalah bahwa kekuatan merek terletak pada benak konsumen dan pengalaman dan
pembelajaran tentang merek dari waktu ke waktu yang mereka miliki. Khan
(2014) juga mengungkapkan bahwa ekuitas merek memberikan nilai bagi
pelanggan dan perusahaan. Ungkapan tersebut dipertegas dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jalilvand et al. (2011) yang mengatakan bahwa ekuitas merek
berbasis pelanggan yang positif, pada gilirannya, dapat menyebabkan pendapatan
yang lebih besar, biaya yang lebih rendah, dan keuntungan yang lebih tinggi dan
memiliki implikasi langsung untuk kemampuan perusahaan untuk menetapkan
harga yang lebih tinggi, kemauan konsumen untuk mencari saluran distribusi
baru, efektivitas komunikasi pemasaran, dan keberhasilan ekstensi merek dan
peluang perizinan.
Lassar et. al. (1995) memberikan pendapat bahwa ekuitas merek
berbasis pelanggan telah didefinisikan sebagai efek diferensial dari pengetahuan
merek tentang respon konsumen terhadap pemasaran merek. Sehingga ekuitas
merek dikonseptualisasikan dari perspektif konsumen, dan ekuitas merek berbasis
pelanggan terjadi ketika konsumen akrab dengan merek dan memegang beberapa
asosiasi merek yang menguntungkan, kuat, dan unik dalam memori. Subianto
(2013) mengungkapkan munculnya konsep ekuitas merek dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa merek yang kuat adalah suatu aset yang dapat dikalkulasi.
Artinya, merek tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana aset yang lain dalam
perusahaan. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena
karakteristik produk, harga, kenyamanan dan dengan sedikit memperdulikan
merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para pelanggan
cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang
menawarkan pada produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan
kepraktisan, maka merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi.
Menurut Tharmi dan Senthilnathan (2011), ekuitas merek
dimaksudkan sebagai nilai tambah atau aset untuk merek dan produk seperti
perasaan positif konsumen, cara berpikir dan bertindak terhadap pembelian
produk . Dalam penelitiannya, Simamora (2002) mendefinisikan ekuitas merek
yaitu kekuatan suatu merek yang memberikan nilai kepada perusahaan dan
konsumen. Pada perspektif perusahaan, ekuitas merek memberikan keuntungan,
aliran kas, dan pangsa pasar yang lebih tinggi. Sedangkan dari perspektif
konsumen, ekuitas merek terkait dengan sikap merek yang positif dan kuat
didasarkan pada arti dan keyakinan yang positif dan jelas tentang merek dalam
benak konsumen.

Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian

 


Menurut kotler & ketler (2016), kualitas produk adalah produk yang
diharapkan konsumen yaitu produk yang sesuai atau melebihi harapan dan
kinerja konsumen. Karena kualitas produk sangat erat kaitannya dengan
masalah kepuasan konsumen terhadap produk produsen atau perusahaan
sebagai aktivitas konsumen. Sedangkan menurut Akbar et.al (2020), kualitas
produk merupakan berpendapat bahwa kualitas produk diyakini sebagai
salah satu alat pemosisian utama dalam bidang pemasaran. Suasana
persaingan dan permintaan konsumen yang semakin meningkat membuat
banyak karyawan perusahaan berusaha mewujudkan keinginannya guna
menghasilkan produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar.
Menurut Agustin Eka Nurhasanah (2020), dengan judul penelitian
“Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Desain Produk terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Beat (Studi Kasus Pada
Masyarakat Desa Hidup baru Kampar Kiri Tengah)” menyatakan bahwa
kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian Selanjutnya, Anisa Pamelia (2022), dengan judul penelitian
“Pengaruh Kualitas Produk dan Citra merek terhadap Keputusan Pembelian
Motor Matic Honda Beat (Studi Pada Warga Perumahan Pesona Permata
Ungu Krian Sidoarjo)” menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian

 


Menurut Chakraborty & Sheppard (2017), citra merek adalah suatu
rangkaian karakteristik yang berbentuk dan tidak berbentuk, seperti
pemikiran, kepercayaan, nilai, minat, dan karakteristik yang menjadikannya
unik. Citra merek yang sukses mencakup hubungan interaktif antara merek
serta konsumen, sehingga dapat mempengaruhi pembelian konsumen.
Selanjutnya, Sawaftah (2020), citra merek merupakan penggerak utama
ekuitas merek, terkait dengan kesadaran pelanggan merek secara
keseluruhan, dan akan berdampak pada perilaku konsumen

Dimensi Keputusan Pembelian

 


Dimensi keputusan pembelian menurut Tousalwa & Pattipeilohy
(2017) adalah sebagai berikut;

  1. keputusan tentang enis produk
  2. keputusan tentang bentuk produk
  3. keputusan tentang merk
  4. keputusan tentang penjualannya
  5. keputusan tentang jumlah produk
  6. keputusan tentang waktu pembelian
  7. keputusan tentang cara pembayaran

Pengertian Keputusan Pembelian

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2017), Keputusan pembelian
merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu studi
tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Keputusan pembelian
biasanya terjadi karena ketertarikan konsumen terhadap produk yang
ditawarkan dengan beberapa pertimbangan pada kelebihan produk yang
dijual.
Menurut Rosemery, et al. (2021), Keputusan pembelian merupakan
aktivitas pembelian Produk atau jasa yang dihasilkan oleh pengaruh
emosional dari keberadaan sendiri atau adanya dorongan dari pengaruh
eksternal sendiri. Keputusan pembelian konsumen adalah suatu tindakan
dalam melakukan penelitian dengan menggunakan kesadaran sebagai titik
awal untuk merealisasikan Kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi
Ilaisyah & Sulistyowati, (2020).
Menurut Kotler (2019), keputusan pembelian merupakan perilaku
atau tindakan seseorang untuk membeli atau menggunakan suatu produk
baik berupa barang atau jasa yang telah diyakini akan memuaskan dirinya
dan kesediaan menanggung resiko yang mungkin ditimbulkanya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan
pembelian yaitu suatu tindakan yang dilakukan konsumen untuk
menyelesaikan masalah tentang pemenuhan kebutuhannya

Dimensi Gaya Hidup

 


Menurut Kartika et al (2019) terdapat beberapa Dimensi Gaya
Hidup, yaitu:

  1. Kegiatan (Activities)
    Kegiatan adalah aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Suatu peristiwa atau
    kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus.
  2. Minat (Interest)
    Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan suatu hal yang
    berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang
    sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Opini (Opinions)
    opini adalah sebuah gagasan atau pikiran untuk menerangkan preferensi
    atau kecenderungan tertentu terhadap ideologi dan perspektif yang
    memiliki sifat tidak objektif.