Friday, June 28, 2024

Indikator Citra Merek

 


Menurut Keller dalam Syarifudin (2019:12) mengatakan bahwa citra merek
merupakan persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek
yang ada pada pikiran konsumen. Menurut Keller, terdapat tiga dimensi citra merek, yaitu:
1) Brand strength, merupakan seberapa sering seseorang terpikir tentang informasi suatu
brand, ataupun kualitas dalam memproses segala informasi yang diterima konsumen.
Adapun indikator dari dimensi brand strengh ini yaitu: kemudahan mengucapkan
nama, kemudahan mengingat logo, penyampaian produk dan layanan sesuai dengan
informasi pemasaran di brosur dan konsistensi implementasi penyampaian layanan.
2) Brand favorable, yaitu suatu kesukaan terhadap merek brand, kepercayaan dan
perasaan bersahabat dengan suatu brand. Indikator-indikator dari dimensi brand
favorable yaitu: fasilitas yang ada dapat berfunsi dengan baik, pelayanan yang
profesional dari karyawan, kamar yang nyaman dan akses yang mudah.
3) Brand uniqueness yaitu membuat kesan unik dan perbedaan yasng berarti di antara
brand lain serta membuat konsumen tidak mempunyai alasan untuk tidak memilih
brand tersebut. Indikator-indikator dari brand uniqueness yaitu tema yang berbeda di
setiap kamar, mengutamakan privasi setiap tamu yang menginap

Dimensi Citra merek

 


Menurut Rangkuti dalam Syarifudin (2019:11) brand image adalah sekumpulan
asosiasi yang terbentuk dibenak konsumen. Lalu menurut Syarifudin (2019:12) citra
merek yang terdiri dari tiga dimensi brand strength (kekuatan merek), brand favorable
dan brand uniqueness. Membangun citra merek yang positif dapat dicapai dengan
mengembangkan programprogram pemasaran yang kuat, unik dan memiliki kelebihan
yang membedakannya dengan barang atau jasa lain yang ditawarkan oleh pesaing. Citra
merek dijadikan pedoman bagi konsumen dalam mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan, dengan pengalaman yang dimilikian dan informasi positif
tentang suatu produk atau jasa akan menjadikan seorang konsumen loyal pada suatu merek tertentu.
Menurut Davis dalam Syarifudin (2019: 11) mengatakan bahwa “citra merek
memiliki dua elemen, yaitu pertama adalah brand associations (asosiasi merek), yakni
asosiasi terhadap karakteristik produk atau jasa yang dilekatkan oleh konsumen pada
merek tersebut, termasuk persepsi konsumen mengenai janji-janji yang dibuat oleh merek
tersebut, positif maupun negatif, dan harapan mengenai usaha-usaha untuk
mempertahankan kepuasan konsumen dari merek tersebut.”

Pengertian Citra Merek

 


Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan semakin kuat seiring
dengan bertambahnya pengalaman konsumen atau penggalian informasi. Citra merek
dapat berdampak positif atau negatif bergantung bagaimana konsumen menafsirkan
asosiasi tersebut. Asosiasi merek dan citra merek merupakan persepsi konsumen yang
mungkin atau tidak mungkin merefleksikan realitas secara objektif. Seberapa kuat peranan
citra merek dapat tercermin dari dimensi citra merek yang akan diuraikan pada sub bagian
berikut (Syarifudin, 2019:10)

Pengertian Manajemen Pemasaran

 


Menurut Stanton pemasaran (marketing) adalah suatu sistem total dari kegiatan
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan barang dan jasa
kepada para konsumen pada saat ini maupun konsumen potensial. Menurut Kotler dan
Armstrong mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka buthkan dan
inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain
(Abubakar, 2022:3).
Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk memuaskan keinginan dan memenuhi kebutuhan dari para pelaku bisnis
melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk. Setiap perusahaan selalu berusaha
untuk memenuhi tujuan utamanya yaitu melayani kebutuhan dan keinginan konsumen

Manajemen Pemasaran

 


Salah satu yang menarik dari ilmu manajemen pemasaran adalah mampu
membawa seseorang menjadi lebih mengerti realita dalam dunia bisnis yang
sesungguhnya (Abubakar, 2022:1).

Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dalam Abubakar (2022:2), pemasaran pada umumnya dipandang
sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa
kepada konsumen dan perusahaan. Sesungguhnya, orang-orang pemasaran melakukan
pemasaran dari 10 jenis wujud yang berbeda: barang, jasa, pengayaan pengalaman,
peristiwa, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan gagasan.
Menurut Gitosudarmo proses pemasaran adalah tentang bagaimana pengusaha
dapat mempengaruhi konsumen agar para konsumen tersebut menjadi tahu, senang lalu
membeli produk yang ditawarkannya dan akhirnya konsumen menjadi puas sehingga
mereka akan selalu membeli produk perusahaan itu (Abubakar, 2022:2).

Loyalitas Merek

 Dimensi terakhir dalam empat dimensi ekuitas merek yang

berpengaruh terhadap minat beli adalah loyalitas terhadap merek. Loyalitas merek
adalah ukuran kesetiaan seorang konsumen pada suatu merek. Aaker (1991)
mendefinisikan loyalitas merek sebagai suatu ukuran keterkaitan seorang
pelanggan dengan sebuah merek. Definisi berbeda diungkapkan oleh Wicaksono
(2013), yang mengartikan loyalitas merek sebagai sikap positif seorang konsumen
terhadap suatu merek, dan konsumen memiliki suatu keinginan yang kuat untuk
membeli merek yang sama saat ini maupun di masa mendatang. Menurut Khan
(2014) loyalitas merek adalah sikap konsumen terhadap preferensi merek suatu
produk. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek cenderung tidak
mengevaluasi merek, mereka hanya melakukan pembelian secara langsung
dengan percaya diri. Ukpebor dan Ipogah (2008) mendefinisikan loyalitas merek
adalah kecenderungan untuk setia kepada merek dan ini dapat ditunjukkan dengan
niat konsumen untuk membeli merek sebagai pilihan utama. Oliver (1999)
mengatakan konsumen potensial akan melakukan pembelian ulang dan
kemungkinan besar mereka tidak akan beralih ke merek lain.

Kesadaran Merek


Dari empat dimensi utama ekuitas merek yang diungkapkan Aaker
(1991), dimensi pertama ekuitas merek adalah kesadaran merek. Menurut Aaker
(1991) Kesadaran Merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori merek tertentu. Produk dengan kesadaran merek yang tinggi akan
memiliki penilaian kualitas yang lebih baik dan pangsa pasar yang lebih tinggi
Khan (2014). Chi, (2009) mengatakan bahwa kesadaran merek dapat dibedakan
dari kedalaman dan lebar. Mendalam berarti bagaimana membuat konsumen
untuk mengingat atau mengidentifikasi merek dengan mudah, dan lebar berartu
menyimpulkan ketika konsumen membeli produk, sebuah nama merek akan
datang ke pikiran mereka sekaligus. Jika sebuah produk memiliki kedalaman
merek dan lebar merek pada saat yang sama, konsumen akan memikirkan merek
tertentu ketika mereka ingin membeli sebuah produk. Artinya, produk tersebut
memiliki kesadaran merek yang tinggi.
Menurut Davis, Golicic dan Marquardt (2008) nama merek adalah
unsur yang paling penting dalam kesadaran merek. Kesadaran merek
memungkinkan konsumen untuk mengenali merek dari kategori produk yang
berbeda dan membantu konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli
Khan (2014). Beberapa peneliti berpendapat bahwa kesadaran merek memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap minat beli (Macdonald & Sharp, 2000). Lebih
lanjut dalam penelitiannya, Khan (2014) mengatakan bahwa beberapa peneliti
mengungkapkan kesadaran merek memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
beli. Chi (2009) memberikan kesimpulan dari penelitiannya bahwa semakin tinggi
kesadaran merek maka semakin tinggi pula minat beli konsumen. Agusli dan
Kunto (2013) dalam penelitian yang dilakukan olehnya menemukan bahwa
terdapat pengaruh signifikan kesadaran merek terhadap buying intention. Sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan Jalilvand (2011) juga menemukan hasil
yang sama, yaitu terdapat pengaruh signifikan kesadaran merek terhadap minat
beli.