Saturday, June 29, 2024

Tingkatan Kesadaran Merek

 


Berikut adalah tingkatan dari kesadaran merek menurut Darmadi, et al
(2004):

  1. Unaware Of Brand (tidak menyadari merek) merupakan tingkat paling
    rendah dalam pengukuran kesadaran merek. Untuk pengukuran brand
    unaware dilakukan observasi terhadap pertanyaan pengenalan brand
    awareness sebelumnya dengan melihat responden yang jawabannya tidak
    mengenal sama sekali atau yang menjawab tidak tahu ketika ditunjukkan
    photo produknya.
  2. Brand Recognition (pengenalan merek) merupakan pengukuran brand
    awareness responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan
    bantuan. Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri
    dari produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk
    mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan
    keberadaan merek tersebut. Pengukuran pengenalan brand awareness
    selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan menunjukkan foto
    yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut. Brand Recognition
    (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek dimana
    pengenalan suatu merekmuncul lagi setelah dilakukan pengingatan
    kembali lewat bantuan.
  3. Brand Recall (pengingatan kembali) terhadap merek tanpa bantuan
    (unaided recall), atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-
    merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang
    pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response question.
  4. Top Of Mind (puncak pikiran) merupakan merek yang disebutkan pertama
    kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak
    konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan utama dari
    berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Top Of Mind adalah
    single respons question artinya satu responden hanya boleh memberikan
    satu jawaban untuk pertanyaan ini.
    Membangun kesadaran merek biasanya dilakukan dalam periode waktu
    yang lama karena penghafalan bisa berhasil dengan repetisi dan penguatan. Dalam
    kenyataan, merek-merek dengan tingkat pengingatan yang tinggi biasanya
    merupakan merek-merek berusia tua. 

Definisi Kesadaran Merek

 


Kesadaran merek artinya kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori produk tertentu (Kotler dan Keller, 2016). Kesadaran merek terdiri dari
kinerja brand recognition dan brand recall. Brand recognition adalah kemampuan
konsumen untuk mengenal suatu merek ketika diberikan pilihan merek sebagai
isyarat. Brand recall adalah kemampuan konsumen untuk mengingat merek dari
ingatan ketika diberikan kategori produk, kebutuhan terpenuhi oleh kategori, atau
pembelian atau penggunaan situasi sebagai petunjuk (Kotler dan Keller, 2016).
Menurut Durianto (2004) pengenalan maupun pengingatan merek akan
melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke
kategori produk. Agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat
ditempuh beberapa cara berikut :

  1. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda
    dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek
    dengan kategori produknya.
  2. Memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga membantu
    konsumen untuk mengingat merek.
  3. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat
    dihubungkan dengan mereknya tersebut.
  4. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat
    pelanggan.
  5. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
    sesuai kategori produk, merek, atau keduanya.
  6. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena
    membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan

Penetapan Harga

 


Menurut Tjiptono (2005), ada 4 hal yang menjadi tujuan penetapan harga,
yaitu:

  1. Tujuan berorientasi pada laba. Ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi
    klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga
    yang dapat menghasilkan laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan
    yang ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk dilakukan.
  2. Tujuan berorientasi pada volume. Tujuan ini berorientasi pada volume,
    dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target
    volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar.
    Misalnya: biaya operasional pemasangan jalur telepon untuk satu rumah
    tidak berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah.
  3. Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi
    untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya,
    harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.
  4. Tujuan stabilisasi harga. Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan
    menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara
    harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.
  5. Tujuan-tujuan lainnya. Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk
    mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan,
    mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan
    pemerintah

Definisi Harga

 


Menurut kamus besar bahasa Indonesia harga adalah jumlah uang atau
alat tukar lain yang senilai yang harus dibayarkan untuk produk atau, pada waktu
tertentu dan di pasar tertentu. Menurut Kotler dan Keller (2016), harga adalah
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang berdasarkan
nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepas barang atau jasa yang
dimiliki kepada pihak lain. Pelanggan yang loyal juga akan memperhatikan harga
yang ditetapkan atas produk yang digunakannya. Dari kedua pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai barang yang dinyatakan dengan uang

Citra Negara Asal

 


Han (1989) yang dikutip dari Roslina (2010) menjelaskan pengaruh citra
merek pada evaluasi produk serta persepsi tentang tentang citra negara asal yang
mempengaruhi keseluruhan evaluasi secara tidak langsung melalui keyakinan
konsumen ataupun secara langsung. Kesan positif dari suatu merek yang
dihasilkan oleh negara asal menghasilkan sikap positif terhadap merek tersebut
dan akan diikuti oleh perilaku yang positif. Sedangkan konsumen yang memiliki
citra negatif terhadap negara tertentu tidak akan mempertimbangkan untuk
membeli merek yang berasal dari negara tanpa memperhatikan asosiasi merek
tersebut.

Citra Produk

 


Mengembangkan citra produk dalam pikiran konsumen menjadi strategi
yang sangat penting bagi perusahaan karena produk yang memiliki citra yang kuat
dalam memori jangka panjang konsumen lebih disukai ketika membeli suatu
produk pada saat produk tersebut dibutuhkan. Citra produk perlu diperhatikan
oleh produsen, dimana ketika konsumen sudah memiliki persepsi citra produk
dengan baik maka konsumen tidak akan ragu untuk membeli produk tersebut.
Menurut Smith (1993) yang dikutip dari Roslina (2010) menyatakan citra produk
adalah kombinasi berbagai atribut seperti harga, nama toko, negara penghasil
suatu produk.

Citra Perusahaan

 


Broomley (2010) yang dikutip dari Roslina (2010) menyatakan bahwa
citra perusahaan adalah persepsi eksternal stakeholder berdasarkan akumulasi
pengalaman terhadap organisasi. Sedangkan menurut Rowley (1997) yang dikutip
dari Roslina (2010) mengemukakan bahwa citra perusahaan merupakan persepsi
dari konsumen, konsumen potensial ataupun target sasaran terhadap sebagian atau
keseluruhan fitur perusahaan. Hal yang sama diungkapkan oleh Kotler dan Keller
(2000) yang dikutip dari Roslina (2010) yang menyatakan citra perusahaan
merupakan asosiasi yang ada pada pikiran konsumen terhadap suatu perusahaan
yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk konsumen.
Smith (1993) yang dikutip dari Roslina (2010) menyatakan bahwa
beberapa faktor yang membentuk citra perusahaan, yaitu:

  1. Produk atau jasa, termasuk kualitas produk dan keperdulian terhadap
    konsumen.
  2. Tanggung jawab sosial, keanggotaan perusahaan, perilaku etis, dan
    masalah kemasyarakatan.
  3. Lingkungan, termasuk kantor, showroom, dan pabrik.
  4. Komunikasi termasuk periklanan, hubungan masyarakat, komunikasi
    personal, brosur, dan program identitas perusahaan (corporate identity
    program).