Tuesday, July 2, 2024

Indikator Lingkungan Kerja Fisik

 


Wangi (2020) indikator yang dapat mengukur lingkungan kerja fisik
adalah:

  1. Bangunan Tempat Kerja,
    Keadaan bangunan gedung atau tempat kerja yang menarik
    danmenjamin keselamatan kerja para pegawai. Termasuk
    didalamnya ruang kerja yang nyaman dan mampu memberikan
    ruang gerak yang cukup bagi pegawai dalam menjalankan tugasnya,
    serta mengatur ventilasi yang baik sehingga para pegawai merasa
    betah bekerja.
  2. Peralatan Kerja yang memadai
    Peralatan kerja yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan
    masing-masing pegawai.
  3. Fasilitas kerja
    Tersedianya tempat-tempat rekreasi, tempat istirahat, tempat
    olahraga berikut kelengkapannya, kantin atau kafetaria, tempati
    badah, tempat pertemuan dan sebagainya.
  4. Tersedianya sarana angkutan
    Tersedianya sarana transportasi khusus antara jemput pegawai

Faktor yang mempengaruhi Lingkungan Kerja Fisik

 


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi
lingkungan fisik menurut Yulius (2019) adalah sebagai berikut:

  1. Warna
    Masalah warna dapat mempengaruhi pegawai didalam
    melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak organisasi yang
    kurang memperhatikan masalah warna. Dengan demikian
    pengaturan hendaknya memberi manfaat, sehingga dapat
    meningkatkan semangat kerja pegawai. Pewarnaan pada dinding
    ruang kerja hendaknya mempergunakan warna yang lembut.
  2. Penerangan
    Penerangan dalam ruang kerja pegawai memegang peranan yang
    sangat penting dalam meningkatkan semangat pegawai sehingga
    mereka dapat
    menunjukkan hasil kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya
    kegiatankegiatan operasional organisasi.
  3. Udara
    Di dalam ruangan kerja dibutuhkan udara yang cukup, dimana
    dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan
    kesegaran fisik dari pegawai tersebut. Suhu udara yang terlalu
    panas akan menurunkan semangat kerja pegawai di dalam
    melaksanakan pekerjaan.
  4. Suara bising
    Suara bising bisa sangat menganggu para pegawai dalam bekerja.
    Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja pegawai
    sehingga kinerja pegawai bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena
    itu, setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan
    suara bising tersebut atau paling tidak menekannya untuk
    memperkecil suara bising tersebut.
  5. Ruang gerak
    Pada suatu organisasi sebaiknya pegawai yang bekerja mendapat
    tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas.
    Pegawai tidak mungkin dapat bekerja dengan tenang maksimal jika
    tempat yang tersedia tidak dapat memberikan kenyamanan. Dengan
    demikian ruang gerak untuk tempat pegawai bekerja seharusnya
    direncanakan terlebih dahulu agar para pegawai tidak terganggu
    dalam melalsanakan pekerjaan.
  6. Keamanan
    Rasa aman bagi pegawai sangat berpengaruh terhadap semangat
    kerja dan kinerja pegawai. Disini yang dimaksud dengan keamanan
    yaitu keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja
    fisik. Jika di tempat kerja tidak aman pegawai tersebut akan
    menjadi gelisah, tidak konsentrasi dengan pekerjaanya serta
    semangat kerja pegawai tersebut akan menurun. Oleh karena itu,
    sebaiknya suatu organisasi terus berusaha untuk menciptakan dan
    mempertahankan suatu keadaan dan suasana aman tersebut
    sehingga pegawai merasa senang dan nyaman dalam bekerja.
  7. Kebersihan
    Lingkungan kerja yang bersih akan menciptakan keadaan
    disekitarnya menjadi sehat. Oleh karena itu, setiap organisasi
    hendaknya selalu menjaga keberhasilan lingkungan kerja. Dengan
    adanya lingkungan yang bersih pegawai akan merasa senang
    sehingga kinerja pegawai akan meningkat

Pengertian Lingkungan Kerja Fisik

 


Menurut Wangi (2020) Lingkungan kerja fisik adalah lingkungan kerja
yang terdiri dari perlengkapan, mesin kantor yang dipergunakan dan
tata ruang kantor yang mempengaruhi lingkungan fisik kantor serta
kondisi-kondisi kerja fisik dalam kondisi-kondisi mana pekerjaan harus
dilakukan.
Menurut Khayrandy (2019) Lingkungan kerja fisik merupakan suatu
keadaan yang berbentuk fisik yang berada disekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak
langsung, lingkungan kerja fisik terbagi menjadi dua macam yaitu
lingkungan kerja yang berhubungan langsung dengan karyawan sepeti
meja, kursi dan laptop atau komputer dan yang kedua yaitu lingkungan
kerja secara umum atau perantara yang dapat mempengaruhi kondisi
manusianya seperti suhu udara, pencahayaan.
Menurut Putra (2019) Lingkungan kerja adalah semua faktor fisik,
psikologis, sosial jaringan dan hubungan yang berlaku dalam organisasi
dan terpengaruh terhadap karyawan. Lingkungan kerja didalam
perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau aspek
pembentuk lingkungan kerja yang lebih terperinci. Adapun beberapa
bagian tersebut adalah pelayanan karyawan, kondisi kerja, dan
hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan

Kategori Lingkungan Kerja

 


Solihin (2019) lingkungan kerja terbagi menjadi dua diantaranya yaitu:

  1. Lingkungan Kerja Fisik
    Lingkungan kerja fisik dalam perusahaan harus diperhatikan
    demi meningkatkan kenyamanan dan kepuasan karyawan saat
    menjalankan pekerjaannya. Lingkungan kerja fisik dibagi
    menjadi dua kategori, yaitu lingkungan yang berhubungan
    langsung dan dekat dengan karyawan (kursi, meja, dan
    sebagainya) dan lingkungan perantara (temperatur, kelembaban,
    sirkulasi udara, pencahayaan, getaran mekanis, bau tidak sedap,
    warna, dan sebagainya)
  2. Lingkungan Kerja Non Fisik
    Lingkungan kerja non fisik menurut Sedarmayanti adalah segala
    sesuatu yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja
    karyawan baik dengan sesama rekan kerja, dengan atasan atau
    dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik yang baik dapat
    meningkatkan tingkat loyalitas karyawan, adanya perasaan
    nyaman, saling menghormati, dan menghargai satu sama lain
    antar karyawan. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya
    konflik kerja dan stress kerja karyawan dan dapat meningkatkan
    kepuasan kerja pada karyawan

Indikator Organizational Citizenship Behavior

 


Menurut Aprianti (2017) Dimensi Organizational citizenship behavior
yang dapat mengukur gaya Organizational citizenship behavior adalah :

  1. Altruisme (sikap menolong).
    Sikap ini ditunjukkan dengan menolong orang lain yang dalam
    hal ini adalah rekan kerja. Altruism merupakan perilaku
    membantu atau menolong orang lain serta menggantikan tugas
    orang lain.Item dalam penelitian yang digunakan terkait dengan
    altruism yaitu: kesediaan karyawan untuk menggantikan tugas
    karyawan lain. Kesediaan karyawan untuk membantu karyawan
    lain yang kesulitan.
  2. Conscientiousness (patuh terhadap aturan).
    Perilaku yang ditunjukkan karyawan dengan memenuhi
    persyaratan yang diajukan oleh organisasi.Item dalam penelitian
    yang digunakan terkait dengan conscientiousness yaitu:
    Kepatuhan karyawan terhadap semua peraturan dan Sikap
    tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaan
  3. Sportmanship (sikap sportif dan positif).
    Kesediaan karyawan dalam memberikan toleransi kepada
    karyawan lain yang mengeluh. Perilakuini ditunjukkan dengan
    sikap sportif dan positif dalam melaksanakan tugas. Item dalam
    penelitian yang digunakan terkait dengan sportmanship yaitu:
    karyawan tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan
    pekerjaan dan Kepercayaan karyawan terhadap pimpinan

Faktor Yang Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior

 


Menurut Rohayati (2014) faktor yang dapat mempengaruhi Oganization
Citizenship Behavior yaitu :

  1. Budaya dan iklim organisasi
    iklim organisasi dan budaya organisasi dapat menjadi penyebab
    kuat atas berkembamgnya OCB dalam suatu organisasi. Di dalam
    iklim organisasi yang positif, karyawan merasa lebih ingin
    melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan
    dalam job description, dan akan selalu mendukung tujuan
    organisasi jika mereka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif
    dan dengan penuh kesadaran serta percaya bahwa mereka
    diperlakukan secara adil oleh organisasinya.
  2. Keperibadian dan suasana hati
    Kepribadian dan suasuana hati (mood) mempunyai pengaruh
    terhadap timbulnya perilaku OCB secara individual. kemauan
    seseorang untuk membantu orang lain juga dipengaruhi oleh mood.
    Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang secara relatif
    dapat dikatakan tetap, sedangkan suasana hati merupakan
    karakteristik yang dapat berubah-ubah. Sebuah suasana hati yang
    positif akan meningkatkan peluang sesorang untuk membantu
    orang lain.
  3. Persepsi terhadap dukungan organisasional
    Persepsi terhadap dukungan organisasional (Perceived
    Organizational Support / POS) dapat menjadi prediktor
    Organizational citizenship behavior (OCB). Pekerja yang merasa
    bahwa mereka didukung oleh organisasi akan memberikan timbal
    baliknya (feedback) dan menurunkan ketidakseimbangan dalam
    hubungan tersebut dengan terlibat dalam perilaku citizenship.
  4. Persepsi terhadap kualitas interaksi atasan-bawahan.
    Kualitas interaksi atasan bawahan juga diyakini sebagai predictor
    Organizational citizenship behavior (OCB). interaksi atasan
    bawahan yang berkualitas tinggi akan memberikan dampak seperti
    meningkatnya kepuasan kerja, produktivitas, dan kinerja karyawan.
  5. Masa kerja
    Masa kerja yang lama juga akan meningkatkan rasa percaya diri
    dan kompetensi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, serta
    menimbulkan perasaan dan perilaku positif terhadap organisasi
    yang mempekerjakannya. Semakin lama karyawan bekerja di
    sebuah organisasi, semakin tinggi persepsi karyawan bahwa
    mereka memiliki investasi di dalamnya
  6. Jenis kelamin
    Ada perbedaan persepsi terhadap OCB antara pria dan wanita,
    dimana wanita menganggap OCB merupakan bagian dari perilaku
    in-role mereka dibanding pria. Bukti-bukti tersebut menunjukkan
    bahwa wanita cenderung menginternalisasi harapan-harapan
    kelompok, rasa kebersamaan dan aktivitas-aktivitas menolong
    sebagai bagian dari pekerjaan mereka.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

 


Berikut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal juga
akan membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan struktur
modal menurut Brigham dan Houston, (2010) adalah sebagai berikut:

  1. Stabilitas Penjualan
    Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil dapat lebih aman
    memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
    lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualanya tidak
    stabil
  2. Struktur Aktiva
    Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
    cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Variabel ini berhubungan
    dengan jumlah kekayaan (asset) yang dapat dijadikan jaminan.
    Perusahaan yang lebih fleksibel cenderung menggunakan hutang lebih
    besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel.
  3. Leverage Operasi
    Jika hal-hal lain tetapsama, perusahaan dengan leverage operasi lebih
    kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan
    karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil. Tingkat
    leverage menunjukkan struktur modal yang dimiliki perusahaan.
  4. Tingkat Pertumbuhan
    Jika hal-hal lain tetap sama, Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus
    lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Apabila perusahaan dapat
    mengembangkan penjualan berakibat terjadinya keselamatan didalam
    persaingan pasar. Maka perusahaan akan berusaha memaksimalkan nilai
    perusahaan.
  5. Profitabilitas
    Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
    pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang
    relative kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini,
    tetapi penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan
    yang sangat menguntungkan memang tidak memerlukan banyak
    pembiayaan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
    untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang
    dihasilkan secara internal.
  6. Pajak
    Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan
    perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan
    yang terkena tariff pajak tinggi. Oleh karena itu, makin tinggi tariff pajak
    perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.
  7. Pengendalian
    Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen
    dapat mempengaruhi struktur modal. Status kendali dari para pemilik dan
    manajemen, yaitu bertambahnya saham biasa yang beredar maka kendali
    para pemilik semakin berkurang.
  8. Sikap Manajemen
    Manajemen harus mampu mempertimbangkan sendiri terhadap struktur
    modal yang tepat, karena tidak seorang pun yang mampu membuktikan
    bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi
    dari struktur modal lainya.
  9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat.
    Sikap para pemberipinjaman dan lembaga penilai peringkat (rating
    agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Sikap
    para kreditur modal terhadap industri dan perusahaan, yaitu semakin baik
    persepsi para kreditur terhadap industry dan perusahaan, maka semakin
    mudah perusahaan mendapatkan hutang.
  10. Fleksibilitas keuangan
    Mempertahankan fleksibilitas keuangan perusahaan jika dilihat dari
    sudut pandang operasional, berarti mempertahankan kapasitas cadangan
    yang memadai. Menentukan kapasitas memadai bersifat pertimbangan,
    tetapi hal ini jelas tergantung pada factor-faktor yang telah dibahas
    sebelumnya termasuk ramalan kebutuhan perusahaan, ramalan kondisi
    modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan berbagai akibat dari
    kekurangan modal.