Wednesday, July 10, 2024

Jenis – jenis Lingkungan Kerja

 


Menurut Sedarmayanti (2017: 26) ada dua macam lingkungan kerja,
yaitu:

  1. Lingkungan kerja fisik.
    Lingkungan kerja fisik adalah kondisi tempat kerja yang dapat mempengaruhi
    atau meningkatkan efisiensi kinerja. Ada beberapa kondisi fisik dari beberapa
    tempat kerja yang baik yaitu:
    a. Bangunan tempat kerja disamping menarik untuk dipandang, juga dibangun
    dengan pertimbangan keselamatan kerja.
    b. Ruang kerja yang longgar dalam arti penempatan orang dalam suatu ruangan
    tidak menimbulkan perasaan sempit.
    c. Tersedianya peralatan yang cukup memadai.
    d. Ventilasi untuk keluar masuk udara segar yang cukup.
    e. Tersedianya tempat istirahat untuk melepas lelah, seperti kafetaria baik
    dalam lingkungan perusahaan atau sekitarnya yang mudah dicapai pegawai.
    f. Tersedianya tempat ibadah keagamaan seperti masjid atau musholla, baik di
    kelompokan dalam organisasi maupun disekitarnya. Tersedianya sarana
    angkutan, baik yang diperuntukkan pegawai maupun angkutan umum yang
    nyaman, murah dan mudah diperoleh.
  2. Lingkungan kerja non fisik.
    Lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan kerja yang menyenangkan
    dalam arti terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara pegawai dan
    atasan, karena pada hakekatnya manusia dalam bekerja tidak mencari uang
    saja, akan tetapi bekerja merupakan bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
    mendapatkan kepuasan. 

Pengertian Lingkungan Kerja

 


Menurut Sedarmayanti (2017), lingkungan kerja adalah suatu tempat
bagi sejumlah kelompok di mana di dalamnya terdapat beberapa fasilitas
pendukung untuk mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
Lingkungan kerja menurut Afandi (2018:66) adalah sesuatu yang ada di
lingkungan para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas seperti temperature, kelembebaban, pentilasi, penerangan, kegaduhan,
kebersihan tempat kerja dan memadai tidaknya alat-alat perlengkapan kerja.
Menurut Sutrisno (2016:118) konsep lain lingkungan kerja adalah
keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang
melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Sedarmayati (2017: 31), lingkungan kerja adalah keseluruhan
alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang
bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok

Lingkungan Kerja

 


Lingkungan kerja adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendukung dan berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
Dengan lingkungan kerja yang baik para karyawan akan merasa lebih nyaman
untuk menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka sehingga hasil dari
tugas tersebut akan optimal. Dan sebaliknya juga jika lingkungan kerja yang tidak
baik akan memberika efek tidak nyaman kepada karyawan sehingga hasil dari
tugas yang diberikan kepada mereka tidak akan optimal.

Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja


Menurut Hasibuan dalam Sinambela (2016 : 357), terdapat beberapa
faktor yang dapat memengaruhi tingkat disiplin kerja, yaitu sebagai berikut:

  1. Tujuan dan Kemampuan
    Tujuan dan kemampuan ikut memengaruhi tingkat kedisiplinan
    karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
    ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti
    bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus
    sesuai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dia
    bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
  2. Kepemimpinan
    Kepemimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
    karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
    bawahannya. Pimpinan harus mencontohkan perilaku yang baik agar
    ditiru oleh bawahannya nanti. Seorang Pemimpin jangan
    mengharapkan kedisiplinan bawahannya akan baik, jika dia pun tidak
    mampu mencontohkan perilaku disiplin yang baik kepada bawahannya.
  3. Balas Jasa
    Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisiplinan
    karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
    karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan
    semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin
    baik pula.
  4. Keadilan
    Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena
    ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
    diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Dengan keadilan yang
    baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus
    diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan
    karyawan perusahaan baik pula.
  5. Waskat
    Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
    dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Waskat efektif
    merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa
    mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan
    pengawasan dari atasannya.
  6. Ketegasan
    Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan memengaruhi
    kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas,
    bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai
    dengan sangsi hukuman yang telah ditetapkan. Ketegasan pimpinan
    menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan
    mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
  7. Sangsi
    Sangsi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
    Dengan sangsi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin
    takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, perilaku
    indisipliner karyawan akan berkurang

Indikator Disiplin Kerja

 


Pada dasarnya banyak indikator tingkat kedisiplinan karyawan pada
suatu organisasi. Menurut Bejo Siswanto dalam Sinambela (2016 : 356)
indikator disiplin yaitu :

  1. Frekuensi Kehadiran
    Frekuensi kehadiran merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui
    tingkat kedisiplinan karyawan. Semakin tinggi frekuensi kehadirannya atau
    rendahnya tingkat kemangkiran maka karyawan tersebut telah memiliki
    disiplin kerja yang tinggi.
  2. Tingkat Kewaspadaan Karyawan
    Karyawan yang dalam pelaksanaan pekerjaanya selalu penuh perhitungan
    dan ketelitian memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap dirinya
    maupun pekerjaanya.
  3. Ketaan Pada Srandar Kerja
    Dalam melaksanakan pekerjaanya karyawan diharuskan menaati semua
    standar kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan-aturan dan
    pedoman kerja agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau dapat dihindari
  4. Ketaan Pada Peraturan Kerja
    Hal ini dimaksudkan demi kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja
  5. Etika Kerja
    Diperlukan oleh setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaanya agar
    tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar sesama karyawan

Tujuan Disiplin

 


Menurut Bejo Siswanto dalam sinambela (2016:340) menguraikan
bahwa maksud dan sasaran dari disiplin kerja adalah terpenuhinya beberapa tujuan
seperti:

  1. Tujuan umum disiplin kerja.
    Tujuan umum disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai
    dengan motif organisasi baik bagi yang bersangkutan baik hari ini, maupun
    hari esok.
  2. Tujuan khusus disiplin kerja.
    Tujuan khusus antara lain :
    a) Untuk para karyawan menepati segala peraturan dan kebijakan
    ketenagakerjaan maupun peraturan, serta kebijakan perusahaan yang
    berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan
    perintah manajemen.
    b) Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya, serta mampu
    memberikan servis yang maksimum pada pihak tertentu yang
    berkepentingan dengan perusahaan sesuai bidang pekerjaan yang
    diberikan kepadanya.
    c) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana barang dan
    jasa perusahaan dengan sebaik-baiknya.
    d) Dapat bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma-norma yang
    berlaku pada perusaaan.
    e) Tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi
    sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun
    dalam jangka panjang

Jenis-jenis Disiplin

 


Terdapat dua jenis disiplin kerja, yaitu disiplin Preventif dan Disiplin
Korektif menurut mangkunegara dalam sinambela (2016 : 336) adalah sebagai
berikut :

  1. Disiplin Preventif
    Disiplin Preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan untuk
    mengikuti dan mematuhi pedoman dan aturan kerja yang ditetapkan oleh
    organisasi. Disiplin preventif bertujuan untuk menggerakan dan
    mengarahkan agar karyawan bekerja berdisiplin.
  2. Disiplin Korektif
    Disiplin korektif adalah suatu upaya penggerakan karyawan dalam
    menyatukan suatu peraturan dan mengarahkannya agar tetap mematuhi
    berbagai peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi.
    Dalam disiplin korektif, karyawan yang melanggar disiplin akan diberikan
    sanksi yang bertujuan agar karyawan tersebut dapat memperbaiki diri dan
    mematuhi aturan yang ditetapkan