Thursday, July 11, 2024

Tujuan Harga

 


Menurut Kotler dan Keller (2016 : 125), terdapat beberapa tujuan
penetapan harga, antara lain :

  1. Kemampuan Bertahan (Survival)
    Perusahaan mengejar kemampuan bertahan sebagai tujuan
    utama jika mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat dan
    keinginan konsumen yang berubah. Selama harga menutup biaya
    variabel dan beberapa variabel tetap, maka perusahaan tetap berada
    dalam bisnis. Kemampuan bertahan merupakan tujuan jangka pendek.
    Dalam jangka panjang, perusahaan harus mempelajari cara menambah
    nilai atau menghadapi kepunahan.
  2. Laba Maksimum Saat ini (Maximum Current Profit)
    Banyak perusahan berusaha menetapkan harga yang akan
    memaksimalkan laba saat ini. Perusahaan memperkirakan permintaan
    dan biaya yang berasosiasi dengan harga alternatif dan memilih harga
    yang menghasilkan laba saat ini, arus kas, atau tingkat pengembalian
    atas investasi maksimum. Strategi ini mengasumsikan bahwa
    perusahaan mempunyai pengetahuan atas fungsi permintaan dan
    biayanya. Pada kenyataannya, fungsi ini sulit diperkirakan. Dalam
    menekankan kinerja saat ini, perusahaan mungkin mengorbankan
    kinerja jangka panjang dengan mengabaikan pengaruh variabel
    bauran pemasaran lain, reaksi pesaing dan batasan hukum pada harga.
  3. Pangsa Pasar Maksimum (Maximum Market Share)
    Beberapa perusahaan ingin memaksimalkan pangsa pasa.
    Perusahaan percaya bahwa semakin tinggi volume penjualan, biaya
    unit akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi.
    Perusahaan menetapkan harga terendah mengasumsikan pasar sensitif
    terhadap harga. Strategi penetapan harga penetrasi pasar dapat
    diterapkan dalam kondisi :
    a. Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga yang rendah
    merangsang pertumbuhan pasar.
    b. Biaya produksi dan distribusi menurun seiring
    terakumulasinya pengalaman produksi.
    c. Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
  4. Pemerahan Pasar Maksimum (Maximum Market Skimming)
    Perusahaan mengungkapkan teknologi baru yang menetapkan harga
    tinggi untuk memaksimalkan memerah pasar. Pada mulanya harga
    ditetapkan dengan tinggi dan pelan-pelan turun seiring waktu.
    Meskipun demikian, strategi ini bisa menjadi fatal jika ada pesaing
    besar yang memutuskan menurunkan harga. Memerah pasar akan
    masuk akal dalam kondisi berikut :
    a. Terdapat cukup banyak pembeli yang permintaan saat ini yang
    tinggi.
    b. Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi
    hingga menghilangkan keuntungan dari mengenakan harga
    maksimum yang mampu diserap pasar.
    c. Harga awal tinggi menarik lebih banyak pesaing kepasar.
    d. Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul.
  5. Kepemimpinan Kualitas Produk (Product- Quality Leadership)
    Banyak merek berusaha menjadi “kemewahan terjangkau”
    produk atau jasa yang ditentukan karakternya oleh tingkat kualitas
    anggapan, selera dan status yang tinggi dengan harga yang cukup
    tinggi agar tidak berada diluar jangkauan konsumen.
  6. Tujuan-tujuan Lainnya (Other Obejctives)
    Organisasi nirlaba dan masyarakat mungkin mempunyai
    tujuan penetapan harga lain. Universitas membidik pemulihan biaya
    parsial, mengingat bahwa universitas harus bergantung pada hadiah
    pribadi dan sumbangan masyarakat untuk menutup biaya sisanya.
    Namun, apapun tujuan khususnya, bisnis yang menggunakan harga
    sebagai alat strategis akan menghasilkan lebih banyak laba
    dibandingkan bisnis yang hanya membiarkan biaya atau pasar
    menentukan penetapan harga saja.
    Menurut Kotler dan Keller (2012 : 319) terdapat beberapa
    strategi harga sebagai berikut :
  7. Market - Skimming Pricing (harga Pemerahan pasar) Pada harga
    pemerahan pasar perusahaan menetapkan harga yang tinggi pada
    produk baru untuk memerah pendapatan maksimum sedikit demi
    sedikit dari segmen yang bersedia membayar dengan harga tinggi.
    Penetapan harga pemerahan pasar dapat diterapkan dalam kondisi
    berikut :
    a. Kualitas produk dan citra harus mendukung harga yang lebih
    tinggi dan harus ada cukup pembeli yang menginginkan
    produk pada harga tersebut.
    b. Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi
    hingga menghilangkan keuntungan.
    c. Pesaing tidak dapat memasuki pasar dengan mudah dan
    melemahkan harga tinggi.
  8. Market – Penetration Pricing (Harga Pangsa Pasar)
    Pada harga pangsa pasar perusahaan menetapkan harga yang
    rendah pada produk baru untuk menarik sejumlah besar pembeli
    dan pangsa pasar yang besar. Beberapa kondisi yang harus
    dipenuhi untuk strategi harga rendah ini agar bekerja, antara lain :
    a. Pasar harus sangat sensitive terhadap harga sehingga harga
    yang rendah menghasilkan pertumbugan pasar yang lebih.
    b. Biaya produksi dan distribusi harus menurun untuk
    meningkatan volume penjualan.
    c. Harga yang lebih rendah harus membantu menjaga persaingan
    diluar dan harga penetrasi harus mempertahankan posisi harga
    rendah. Jika tidak, keuntungan harga yang didapat hanya
    sementara

Alat Ukur Harga

 


Menurut Schiffman dan Kanuk (2015 : 81) ada 3 alat ukur harga
yang bisa di jadikan dalam penelitian ini yaitu :

  1. Harga yang dipersepsikan
    Yaitu persepsi pelanggan terhadap harga yang diterima, apakah tinggi,
    rendah atau adil. Indikatornya yaitu :
    a. Harga yang terjangkau.
    b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
  2. Harga yang direfrensikan
    Yaitu referensi dari pelanggan sebagai dasar perbandingan untuk
    menilai harga yang ditawarkan. Indikatornya yaitu :
    a. Harga yang disesuaikan dengan ukuran produk.
    b. Daya saing harga.
  3. Skema Harga Indikatornya yaitu:
    a. Sesuai manfaat yang diberikan
    b. Skema harga memiliki daya saing

Dimensi Harga

 


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan menurut Kotler dan
Amstrong (2015 : 300), ada tiga indikator yang mencirikan harga yaitu :

  1. Keterjangkauan harga, merupakan daya beli konsumen atas harga
    yang ditetapkan oleh produsen.
  2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk atau jasa. Harga yang
    ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan kualitas dari produk atau
    jasa yang dijual.
  3. Daya saing harga. Bagaimana perbandingan harga produk atau jasa
    dengan pesaingnya. Kesesuaian harga dengan manfaat dari produk
    atau jasa yang dijual oleh perusahaan, sesuai dengan manfaat yang di
    dapat oleh konsumen.

Definisi Harga

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2018, 308 :309) harga adalah
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu barang atau jumlah dari nilai
uang yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan jasa tersebut.
Menurut Philip Kotler (2012:383) Harga adalah jumlah uang yang
harus dibayar pelanggan untuk produk itu dan harga juga memiliki
banyak komponen.
Menurut definisi diatas, kebijakan mengenai harga bersifat hanya
sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga dipasar
dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara
keseluruhan. Berdasarkan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa harga
merupakan suatu biaya yang dibebankan pada suatu produk barang atau
jasa, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan konsumen membutuhkan
harga yang sesuai dengan manfaat yang dimiliki suatu produk dan
merupakan nilai uang yang ditentukan secara global yang harus
dikeluarkan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu produk atau
pelayanan jasa yang diinginkan

Pengukuran Impluse buying

 


Teori Terkait Menurut Loudon dan Bitta (dalam Miranda, 2016),
Impluse buying dapat di ukur melalui Indikator-indikator dari tipe – tipe
pembelian impulsif yaitu :

  1. Pure Impulse (impuls murni), Indikatornya yaitu :
    a. Produk baru
    b. Mencari variasi baru.
  2. Reminder Impulse (impuls pengingat), Indikatornya yaitu :
    a. Kebutuhan barang ketika sedang melihat took
    b. Teringat iklan suatu barang
    c. Pernah melakukan pembelian sebelumnya
  3. Suggestion Impulse (impuls saran), Indikatornya yaitu :
    a. Terpengaruh karena diyakini oleh penjual.
    b. Terpengaruh teman yang ditemui pada saat belanja.
  4. Planned Impulse (impuls terencana), Indikatornya yaitu :
    a. Potongan harga
    d. Faktor‐faktor yang memengaruhi pembelian impulsif (impulsive
    buying)
    Teori Terkait Menurut Loudon dan Bitta (dalam Miranda, 2016)
    mengungkapkan faktor‐faktor yang memengaruhi pembelian impulsif
    (impulsive buying), yaitu :
  5. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau
    marginal, produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah
    dijangkau.
  6. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah
    banyak outlet yang self service, iklan melalui media massa yang
    sangat sugestibel dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi
    display dan lokasi toko yang menonjol.
  7. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial
    demografi atau karakteristik sosial ekonomi.
    Menurut Thai (dalam Yahmini, 2019), faktor-faktor yang
    mempengaruhi impulse buying adalah sebagai berikut :
    a. Kondisi mood dan emosi konsumen, keadaan mood konsumen dapat
    mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya kondisi mood konsumen
    yang sedang senang atau sedih. Konsumen yang memiliki mood
    negatif cenderung memiliki impulse buying yang tinggi dengan tujuan
    untuk mengurangi kondisi mood yang negatif.
    b. Pengaruh lingkungan, Orang-orang yang berada dalam kelompok
    dengan kecenderungan impulse buying yang tinggi maka akan
    cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif.
    c. Kategori produk dan pengaruh toko, Produk-produk yang cenderung
    dibeli secara impulse adalah produk yang memiliki tampilan menarik
    (bau yang menyenangkan, warna yang menarik), cara
    memasarkannya, tempat dimana produk ini dijual. Tampilan toko
    yang menarik akan lebih menimbulkan dorongan pembelian secara
    impulse.
    d. Variabel demografis seperti kondisi tempat tinggal dan status sosial,
    konsumen yang tinggal di kota memiliki kecenderungan impulse
    buying yang tinggi daripada konsumen yang tinggal di daerah
    pinggiran kota.
    e. Variabel kepribadian individu, kepribadian individu memiliki
    pengaruh terhadap kecenderungan impulse buying

Dimensi Impluse buying

 


Tipe–tipe pembelian impulsif yang menjadi dimensi impulse buying,
menurut Utami (dalam Miranda, 2016), yaitu :

  1. Pure Impulse (impuls murni)
    Tindakan pembelian sesuatu karena alasan menarik, biasanya ketika
    suatu pembelian terjadi karena loyalitas terhadap merek atau perilaku
    pembelian yang telah biasa dilakukan.
  2. Reminder Impulse (impuls pengingat)
    Pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di
    rumah perlu ditambah atau telah habis.
  3. Suggestion Impulse (impuls saran)
    Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan
    menstimulasi keinginan untuk mencobanya.
  4. Planned Impulse (impuls terencana)
    Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respons
    konsumen terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli unit yang
    tidak diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman
    penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran yang menggiurkan
    lainnya

Definisi Impluse buying

 


Menurut Sultan (2012) pembelian impulsif merupakan sebuah
dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera yang lebih
bersifat emosional daripada rasional. Menurut Dincer (2010) impulse
buying dapat didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu
mungkin membeli sesuatu yang tidak diinginkan, segera, dan unreflective.
Menurut Tinne (2011) mendefinisikan pembelian impulse adalah
pembelian yang tidak direncanakan atau spontan. Berdasarkan pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa impulse buying adalah suatu
tindakan dalam kegiatan pembelian yang dilakukan secara spontan, tanpa
terencana dan pertimbangan yang disebabkan karena adanya dorongan
keinginan secara tiba-tiba dari konsumen untuk melakukan pembelian
yang tidak dapat dihindari