Saturday, July 13, 2024

Price Discount

 


Potongan harga/diskon adalah sebuah strategi promosi di
dalam penjualan produk, strategi ini paling sering digunakan oleh
perusahaan sebagai media pendekatan dengan konsumen (Chen et al.,
2012). Menurut Simamora (2000) menjelaskan bahwa discount
merupakan sebuah potongan harga yang diberikan oleh produsen
kepada calon pembeli yang akan melakukan pembelian produk dengan
cara kredit.
Menurut Belch & Belch (2009) menyatakan bahwa promosi
berupa potongan harga dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu
dapat membuat seorang konsumen melakukan pembelian produk
dengan kapasitas yang banyak, memprediksi promosi yang dilakukan
oleh pesaing, serta menerapkan penjualan dengan kapasitas yang
cukup besar. Menurut Sonni dalam Wahyudi (2017) pada saat akan
melakukan promosi dengan pemberian diskon yang harus diperhatikan
adalah reaksi yang akan di timbulkan, khusunya dari sisi seorang
kosumen. Discount dapat dijadikan sebagai kesempatan yang baik
bagi konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian, biasanya
dengan adanya diskon konsumen akan membeli dalam jumlah yang
sangat besar. Namun disisi lain, discount juga dianggap negatif oleh
konsumen, karena jika suatu produk diberikan diskon, maka bisa
menimbulkan stigma bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang
buruk atau akan diganti dengan produk yang baru. Sebenarnya stigma
negatif seperti ini tidak terlalu memberi pengaruh buruk bagi nama
baik toko, karena stigma itu hanya akan menjadi anggapan semata,
dimana sebenarnya konsumen itu malah akan merasa senang jika
produk yang dia sukai sedang diberikan sebuah potongan harga, dan
disini konsumen tersebut akan langsung melakukan pembelian
produk, tanpa memikirkan anggapan negatif tersebut. Namun
memang, pemasar biasanya melakukan strategi ini pada moment-
moment tertentu saja, misalnya untuk menghabiskan barang stock
lama dan kemudian diganti dengan stock yang baru, sehingga barang
stock lama diberikan potongan harga yang besar untuk penghabisan
barang yang ada digudang.
Abdullah & Tantri (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa
bentuk potongan harga/diskon di dalam sebuah pembelian yaitu
diantaranya adalah :

  1. Diskon/Potongan Kas
    Potongan Kas merupakan pengurangan harga yang
    diberikan kepada konsumen yang melakukan pembayaran
    lebih awal atau tepat waktu.
  2. Diskon/Potongan Jumlah
    Potongan Jumlah merupakan pengurangan harga
    yang diberikan kepada konsumen yang melakukan
    pembelian dalam jumlah yang besar.
  3. Diskon/Potongan Fungsional
    Potongan Fungsional atau juga sering dikenal
    sebagai diskon perdagangan merupakan sebuah potongan
    yang diberikan oleh produsen kepada penyalur
    (distributor), berupa potongan harga yang berbeda-beda
    kepada tiap penyalur.
  4. Diskon/Potongan Musiman
    Potongan Musiman merupakan sebuah diskon yang
    diberikan oleh produsen kepada konsumen dengan
    memberikan potongan harga terhadap konsumen yang
    melakukan pembelian produk, ketika produk tersebut tidak
    terlalu digemari oleh orang banyak. Dengan adanya
    potongan ini produsen akan tetap bisa mempertahankan
    produksinya selama kurang lebih satu tahun.
  5. Diskon/Potongan dalam Pembelian
    Diskon ini adalah sebuah bentuk lain dari
    pemberian potongan dibawah harga sebenarnya.

Prinsip-prinsip Rasionalitas Ekonomi

 


Prinsip merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai pedoman
untuk berpikir atau bertindak. Menurut Ngasifudin (2017 : 114) terdapat empat
prinsip-prinsip dalam rasionalitas ekonomi yaitu.

  1. Kelengkapan (Completeness)
    Prinsip kelengkapan atau completeness berkaitan dengan keadaan mana
    yang paling disukai oleh individu diantara dua keadaan atau pilihan.
    Sebagai contohnya individu ingin membeli sebuah produk sabun A dan
    B, maka pilihan yang mungkin dilakukan oleh individu tersebut adalah
    sebagai berikut.
    a. A lebih disukai daripada B.
    b. B lebih disukai daripada A.
    c. A dan B sama-sama disukai.
    d. A dan B sama-sama tidak disukai.
  2. Transitivitas (Transitivity)
    Prinsip transitivitas atau transitivity berkaitan dengan konsistensi
    individu dalam menentukan pilihan yang dihadapkan dalam berbagai
    alternatif pilihan yang ada. Contohnya, ketika individu mengatakan
    bahwa produk A lebih disukai daripada produk B dan produk B lebih
    disukai daripada produk C. Maka individu tersebut akan mengatakan
    bahwa produk A lebih disukai daripada produk C. Hal ini
    menggambarkan bahwa individu memiliki konsistensi dalam
    memutuskan menggunakan produk.
  3. Kesinambungan (Continuity)
    Prinsip ini menjelaskan bahwa individu yang menyukai produk A
    daripada produk B akan cenderung menyukai produk yang mendekati
    produk A. Sebagai contoh dimana individu lebih menyukai handphone
    merek Samsung apapun akan jauh lebih disukai daripada tipe model
    apapun dari model merek Nokia.
  4. Lebih banyak selalu lebih baik (The more is always the better)
    Prinsip ini menggambarkan kepuasan individu akan meningkat jika
    individu tersebut mengkonsumsi lebih banyak produk tersebut seperti
    yang dijelaskan oleh kurva indeferen.

Indikator Rasionalitas

 


Berikut terdapat beberapa indikator mengenai rasionalitas yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Indikator tersebut dapat digunakan untuk
mengukur kadar rasionalitas yang dimiliki oleh seseorang.
Menurut Putri, Widodo dan Martono (2016: 186-187) indikator dari
rasionalitas adalah :

  1. Kebutuhan dasar atau skala prioritas, merupakan susunan kebutuhan
    seseorang yang berdasarkan pada suatu tingkatan dimulai dari kebutuhan
    yang sangat penting dan mendesak sampai kebutuhan yang dapat
    ditunda.
  2. Kegunaan optimal, mendeskripsikan bagaimana suatu barang atau jasa
    memiliki kegunaan yang terbaik, tertinggi dan paling menguntungkan.
  3. Sesuai manfaat, mendeskripsikan kesesuaian barang dan jasa sebagai alat
    pemuas kebutuhan dengan mempertimbangkan apakah barang tersebut
    sesuai manfaat atau tidak.
  4. Kualitas, merupakan tingkat baik buruknya sesuatu baik itu barang
    maupun jasa

Perilaku Rasional

 


Konsumen yang selalu bertindak rasional dalam melakukan pembelian ialah
mereka yang selalu melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum melakukan
pembelian akan suatu barang. Menurut Yusnita (2015 : 32) perilaku rasional adalah
perilaku konsumen yang didasari atas dasar pertimbangan rasional (nalar) dalam
memutuskan mengkonsumsi produk. Rasional atau tidaknya seseorang dalam
melakukan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

  1. Tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang semakin
    rasional dalam menentukan pilihan.
  2. Usia, semakin dewasa usia seseorang semakin bijaksana dalam
    bertindak.
  3. Kematangan emosional, orang yang mampu mengendalikan diri
    (kematangan emosional) akan selalu berhati-hati dalam memutuskan
    sesuatu.
    Menurut Hidayat (2016 : 104) mengemukakan bahwa sebuah tindakan dapat
    disebut rasional bila memenuhi empat kriteria:
  4. Tindakan itu dilandasi oleh pertimbangan yang menyeluruh terhadap
    seluruh tindakan yang tersedia.
  5. Pemilihan alternatif tindakan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan
    terhadap konsekuensi atau hasil yang mungkin menyertai setiap alternatif
    tindakan.
  6. Ketika hasil atau konsekuensi tersebut masih berupa kemungkinan atau
    tidak dapat dipastikan benar atau tidaknya, maka nilai dari hasil atau
    konsekuensi tindakan diperkirakan dengan cara menggunakan aturan-
    aturan sebagaimana digariskan dalam teori probabilitas.
  7. Keseluruhan proses pengambilan keputusan rasional ini mencerminkan
    pertimbangan yang menyeluruh terhadap unsur ketidakpastian dan
    ketidakjelasan terkait hasil dari sebuah tindakan, dalam kaitan dengan
    tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui tindakan tersebut

Pengertian Rasionalitas

 


Rasionalitas merupakan hal penting bagi manusia dalam kehidupan.
Individu bertindak rasional berdasarkan keputusan yang dipikirkan secara matang,
dan dilandasi oleh informasi yang akurat dan objektif. Menurut Baron (Hidayat,
2016 : 103) “yang dimaksudkan dengan pemikiran matang adalah orang tersebut
mempertimbangkan dengan baik tujuan apa yang akan dicapai, dan keputusan
dilandasi oleh niatan untuk mencapai tujuan tersebut dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya”.
Menurut Hidayat (2016 : 103) “bila ada hal yang belum pasti di dalam
informasi yang di miliki ketika mengambil keputusan, maka seseorang yang
rasional akan membuat judgement dan mengambil keputusan yang rasional
ditengah ketidaklengkapan informasi inti dari teori-teori normatif tentang
pengambilan keputusan normatif, seperti teorema Bayes, teori probabilitas, dan
expected utility theory”. Secara umum dapat disimpulkan bahwa rasionalitas
merupakan kemampuan memahami sesuatu dalam mengambil keputusan yang
tepat untuk mencapai tujuan melalui cara-cara yang terbaik.
Menurut Rianto dan amalia (Ngasifudin, 2017: 112) dalam literatur
ekonomi modern yang tersedia, seorang pelaku ekonomi diasumsikan rasional
berdasarkan hal-hal berikut.

  1. Setiap individu mengetahui apa yang diinginkan dan mampu mengambil
    keputusan secara konsisten dari berbagai macam alternatif yang ada,
    yaitu dari sesuatu yang paling diinginkan sampai sesuatu yang tidak
    diinginkan.
  2. Setiap keputusan yang diambil oleh individu didasarkan atas
    pertimbangan-pertimbangan tradisi, nilai dan memiliki alasan yang jelas.
  3. Setiap keputusan yang diambil oleh individu harus menuju pada
    pengkualifikasian keputusan akhir dalam satuan unit moneter.
  4. Dalam produksi kapitalisme, rasionalitas merupakan kepuasan yang
    dicapai dengan prinsip efisien dan tujuan dari ekonomi tersebut.
  5. Perilaku seorang individu yang rasional dalam mencapai kepuasan
    berdasarkan kepentingan sendiri bersifat materil akan menuntun pada
    pembuatan barang-barang sosial yang berguna bagi kemaslahatan umat.
  6. Pilihan individu dapat dikatakan rasional jika pilihan tersebut secara
    keseluruhan dapat dijelaskan oleh syarat-syarat hubungan konsisten
    pilihan yang lebih disukai dengan definisi penempakan pilihan yang
    lebih disukai

Indikator Kecerdasan Emosional

 


Berikut terdapat beberapa indikator mengenai kecerdasan emosional yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Indikator tersebut dapat digunakan untuk
mengukur kadar kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang.
Menurut Goleman (2015:58) mengungkapkan bahwa indikator untuk
kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

  1. Kesadaran diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk
    memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasan yang
    muncul
  2. Pengaturan diri, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas
    kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat yang timbul
    karena kegagalan keterampilan emosi dasar.
  3. Motivasi, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi menjadi alat untuk
    mencapai tujuan dan menguasai diri.
  4. Mengenali emosi orang lain (Empati), yaitu kemampuan yang
    bergantung pada kesadaran, kemampuan ini merupakan keterampilan
    dasar dalam bersosial.
  5. Keterampilan sosial, yaitu merupakan keterampilan mengelola emosi
    orang lain, mempertahankan hubungan dengan orang lain melalui
    keterampilan sosial, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar
    pribadi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

 


Kecerdasan emosional merupakan salah satu jenis kecerdasan yang dimiliki
setiap manusia. Bahkan kecerdasan emosional ini pula dapat membentuk sebuah
karakter seseorang di masa yang akan datang. Akan tetapi kondisi tingkat
kecerdasan emosional setiap orang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional itu sendiri.
Menurut Goleman (2015:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kecerdasan emosional pada seseorang adalah:

  1. Lingkungan keluarga.
    Lingkungan keluarga merupakan suatu pendidikan pertama yang
    didapatkan oleh anak untuk mempelajari emosi. Sudah barang tentu
    keberadaan orang tua sangatlah dibutuhkan karena mereka adalah subjek
    yang pertama diidentifikasi perilakunya untuk kemudian
    diinternalisasikan oleh anak yang pada gilirannya akan menjadi bagian
    dari kepribadian anak. Seperti halnya yang dikatakan pepatah bahwa
    “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Kehidupan emosi yang dipupuk
    dalam keluarga akan sangat mempengaruhi kehidupan anak tersebut di
    masa yang akan datang. Sebagai contoh anak yang sedari kecil sudah
    dilatih untuk bertanggung jawab, peduli, empati. Maka hal-hal tersebut
    akan tertanam dalam diri anak dan menjadi sifat dan sikap yang
    dimilikinya di masa yang akan datang.
  2. Lingkungan non keluarga.
    Perkembangan kecerdasan emosional anak akan terus berjalan seiring
    dengan perkembangan fisik dan mental anak. Maka dari itu lingkungan
    juga berperan dalam membentuk karakter anak. Lingkungan yang
    dimaksud di sini adalah lingkungan selain keluarga, seperti masyarakat,
    pendidikan dan lain sebagainya.
    Sedangkan menurut Nurita (Novitasari, dkk 2019 : 193) faktor-faktor yang
    mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
  3. Faktor yang bersifat bawaan genetik
    Faktor yang bersifat bawaan genetik misalnya temperamen. Ada 4
    temperamen, yaitu penakut, pemberani, periang, pemurung. Anak yang
    penakut dan pemurung mempunyai sirkuit emosi yang lebuh mudah
    dibangkitkan dibandingkan dengan sirkuit emosi yang dimiliki anak
    pemberani dan periang. Temperamen atau pola emosi bawaan lainnya
    dapat dirubah sampai tingkat tertentu melalui pengalaman, terutama
    pengalaman pada masa kanak-kanak.
  4. Faktor yang berasal dari lingkungan
    Kehidupan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam hidup kita.
    Dalam lingkungan ini kita belajar bagaimana merasakan perasaan kita
    sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaan kita, bagaimana
    berfikir tentang perasaan dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk
    bereaksi, serta bagaimana membaca dan mengungkap harapan dan rasa
    takut.