Monday, July 15, 2024

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

 

  1. Faktor Kebudayaan (cultural factor)
    Faktor-Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan
    mendalam terhadap perilaku konsumen sebagai berikut:
    a. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
    keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya
    berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.
    b. Sub-Budaya, Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih
    kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik
    untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat
    jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras,
    area geografis.
  2. Faktor Sosial
    Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
    seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status.
    a. Kelompok Acuan
    Kelompok acuan seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
    mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
    atau perilaku seseorang. Kelompok yang memberi pengaruh langsung
    kepada seseorang disebut kelompok keanggotaan, yakni dimana
    seseorang menjadi anggotanya dan saling berinteraksi.
    b. Keluarga
    Keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah laku
    pembelian konsumen dan merupakan target utama bagi pemasaran
    produk dan berbagai jasa. Secara tradisional keluarga didefinisikan
    sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah,
    perkawinan atau adopsi yang memiliki tempat tinggal bersama. Dan
    secara dinamis, individu yang membentuk sebuah keluarga dapat
    digambarkan sebagai anggota masyarakat yang paling dasar yang
    14
    tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu
    maupun antar individu mereka.
    c. Peran dan Status
    Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya,
    keluarga, klub, organinisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
    dapat diidentifikasi dalam peran dan status.
  3. Faktor Pribadi
    Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
    Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahapan dalam siklus hidup,
    pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
    a. Usia dan Tahapan dalam siklus hidup
    Konsumen seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
    Beberapa penelitian telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
    siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami
    perubahan atau tranformasi tertentu pada saat mereka menjalani
    hidupnya.
    b. Pekerjaan
    Pada pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja
    yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
    c. Kondisi Ekonomi
    Yang dimaksud dengan kondisi ekonomi seseorang adalah terdiri dari
    pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
    polanya, tabungan dan hartanya termasuk presentase yang mudah
    15
    dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
    mengeluarkan lawan menabung.
    d. Gaya Hidup
    Gaya Hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan
    oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang secara keseluruhan yang
    berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan
    sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
    e. Kepribadian dan Konsep Diri
    Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis
    yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap
    lingkungan yang relative konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu
    variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.
  4. Faktor Psikologis
    Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi pula oleh empat faktor psikologis
    utama sebagai berikut :
    a. Motivasi
    Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu,
    beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan
    biologis seperti lapar, haus, dan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan
    beberapa kebutuhan yang lainnya dapat bersifat psikogenesis yaitu
    kebutuhan yang berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan
    pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika
    seseorang mengamati sebuah merek ia akan bereaksi tidak hanya pada
    16
    kemampuan nyata yang terlihat pada merek tersebut, melainkan juga
    melihat petunjuk lain yang samar seperti wujud, ukuran, berat, bahan,
    warna dan nama merek tersebut yang memacu arah pemikiran dan
    emosi tertentu.
    b. Persepsi
    Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan bagaimana
    tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya
    terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses
    yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan
    menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah
    gambaran. Persepsi tidak hanya beruntung pada rangsangan fisik tetapi
    juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan
    keadaan individu yang bersangkutan.
    c. Perhatian Selektif
    Orang cenderung lebih memperhatikan stimuli yang berhubungan
    dengan kebutuhannya saat ini dan lebih memeperhatikan stimuli yang
    telah mereka antisipasi.
    d. Keyakinan dan Sikap
    Keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai
    suatu hal, sedangkan sikap menjelaskan tentang evaluasi kognitif,
    perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan seseorang yang suka
    atau tidak suka terhadap objek atau ide tertentu.

Komitmen Afektif

 Komitmen afektif merupakan salah satu kategori komitmen, yang mana

komitmen ini merupakan ikatan secara emosional yang melekat pada seorang
karyawan untuk mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya dengan organisasi (Allen
dan Meyer, 1990). Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional
anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi dan keterlibatan
anggota dengan kegiatan di organisasi (Umam, 2012: 259).
Seperti yang dikatakan oleh Allen dan Meyer bahwa yang merupakan komitmen
afektif itu mengarah pada “The employee’s emotional attachment to, identification
with, and invovement in the organization”. Dari pengertian diatas komitmen berkaitan
langsung dengan keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan dan
keterlibatan karyawan pada organisasi (Allen dan Meyer, 1990).
a. Emosional
Komitmen afektif menyatakan bahwa organisasi akan membuat karyawan
memiliki keyakinan yang kuat untuk mengikuti segala nilai-nilai organisasi dan
berusaha untuk mewujudkan tujuan organisasi sebagai prioritas utama.
b. Identifikasi
Komitmen afektif muncul karena kebutuhan dan memandang bahwa
komitmen terjadi karena adanya ketergantungan terhadap aktivitas-aktivitas yang
telah dilakukan dalam organisasi pada masa lalu dan hal ini tidak dapat
ditinggalkan karena akan merugikan.
c. Keterlibatan karyawan pada organisasi
Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja
dalam organisasi karena mereka memang ingin (want to) melakukan hal tersebut.
Kecenderungan komitmen yang tinggi pada seorang karyawan, yakni memiliki
keinginan untuk dapat tetap bertahan dalam organisasi, keinginan untuk mencapai
tujuan organisasi, meningkatnya keterlibatan karyawan dalam aktivitas organisasi
dan sapat menunjukkan rasa saling memiliki terhadap perusahaannya (Rhoades,
Eisenbeger dan Armeli, 2001). Karyawan yang telah bekerja cukup lama dalam
organisasi yang selalu konsisten dalam ekspektasi yang diharapkan serta pemuasan
kebutuhan dasarnya akan cenderung untuk membentuk ikatan afektif yang lebih
kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang memiliki pengalaman lebih
sedikit atau kurang terpuaskan kebutuhannya (Allen, Meyer dan Smith) dalam
(Han et. al, 2012)

Perilaku Konsumen

 


Perilaku merupakan tindakan yang langsung terlihat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Istilah perilaku erat hubungannya
dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan manusia dibidang
pemasaran, konsep perilaku secara terus menerus dikembangkan dengan berbagai
pendekatan. Beberapa pendapat ahli tentang definisi perilaku konsumen, yaitu :

  1. Menurut Pater dan Oslon (2013), Perilaku konsumen sebagai dinamika
    interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana
    manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan.
  2. Menurut Hasan (2013), perilaku konsumen sebagai adalah studi proses yang
    terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan atau
    mengatur produk, jasa, idea, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
    dan keinginan konsumen.
  3. Menurut Sunyonto (2013), perilaku konsumen adalah pemahaman akan
    perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama
    adalah merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya
    menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk
    menarik pembeli.

Pengertian E-Payment

 


Menurut Gaol (2012:249) “Sistem pembayaran elektronik
(Epayment) khusus telah dikembangkan untuk bisa menangani
pembayaran barang –barang secara elektronik melalui internet. Sistem
pembayaran elektronik untuk internet adalah sitem pembayaran kartu
kredit, tunai digital, sistem akumulasi total pembelian digital, sistem
pembayaran nilai tersimpan, sistem pembayaran peer-to-peer ̧ cek
elektronik, dan sistem pembayaran tagihan elektronik.”
Pembayaran elektronik menurut Trihasta & Julia Fajaryanti
(2014) adalah “pembayaran secara elektronik, didalam pembayaran
elektronik uang disimpan, diproses, dan di terima dalam bentuk
informasi digital dan proses pemindahannya di inisialisasi melalui alat
pembayaran elektronik.” Pembayaran secara tradisional dilakukan
melalui uang tunai, cek, atau kartu kredit. Sedangkan pembayaran
elektronik dilakukan menggunakan softwere tertentu, kartu
pembayaran, dan uang elektronik. Komponen-komponen utama dari
sistem pembayaran elektronik antara lain: aplikasi pemindahan
uang infrastruktur jaringan, peraturan dan prosedur yang memerintah
kegunaan dari sistem tersebut.
Musthofa et al., (2020) “Digital payment (pembayaran digital)
merupakan suatu kegiatan transaksi yang menggunakan media
elektronik untuk alat pembayaranya. "Uang digital merupakan
pembayaran elektronik dan virtual yang memanfaatkan server, aplikasi
jaringan dan akun virtual.” Dengan menggeser peranan uang tunai
sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk pembayaran non tunai,
berbagai bentuk dari sistem pembayaran non tunai ditawarkan. Digital
payment merupakan teknologi yang memberikan pandangan baru bagi
masyarakat tentang pembayaran non-tunai yang jauh lebih praktis dan
aman dalam bertransaksi. Sebagian orang mengenal digital payment
sebagai dompet digital atau uang ponsel yang bisa digunakan
membayar berbagai transaksi yang telah tersedia.
Dalam melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan
digital payment terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh sebagai
berikut :

  1. Kecepatan dalam melakukan transaksi
  2. Kenyamanan dalam transaksi
  3. Kemudahaan dalam transaksi
  4. Keamanan dalam transaks

Kinerja

 


Hasibuan (2007: 43) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
dengan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan. Setiap perusahaan yang berhasil
mencapai tujuannya dengan baik tidak luput dari peranan karyawannya yang memiliki
kinerja yang baik pula. Selain itu, untuk meningkatkan kinerja karyawan, pemimpin
perusahaan memiliki peran aktif dalam menggerakkan dan mengkoordinasi dalam
memengaruhi kinerja karyawannya.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2005: 67). Kinerja karyawan merupakan tolak ukur untuk
menentukan sejauh mana para karyawan dapat mengemban tugas yang diberikan
kepadanya, namun tidak semua karyawan memiliki kemampuan dan kualitas kerja
yang sama.
Dalam pandangan Islam, kinerja diidentifikasikan sebagai pertanggungjawaban
terhadap apa yang telah dilakukan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al Isra
ayat 36 sebagai berikut:
ََلَ تَق وِ ف ُ مَا لَيس َ لَك َ بِهۦعِلَّمإِنٱَ لسَّمع َ وَ ٱَ لَرَصََ وٱَلَ ُكُُّ أُوْل فُؤَادَ َكَن َ عَن ئِكَلٗ ٔ ُٔه ُ مَسو٣٦
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(Al-Qur’an dan terjemah)
Dalam firman Allah SWT tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja setiap
muslim seharusnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, memposisikan kinerjanya
bukan ditunjukkan untuk memperoleh anfaat bagi dirinya sendiri, melainkan untuk
sesama dan mengharapkan ridha Allah SWT.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (Riyadi, 2011), antara
lain sebagai berikut:
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat seseorang meliputi sikap.
Sifat-sifat kepribadian, sifat fisik. Keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
personal lainnya.
b. Faktor eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari lingkungan, kepemimpinan, tindakan-tindakan
rekan kerja, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan kerja.

Pengertian Persepsi

 


Menurut Utama dan Sugiri (2014) “persepsi dapat dibentuk dari
multi faktor yang diklasifikasikan kendalam dua bagian besar yakni
faktor internal dan eksternal. Faktor internal melekat pada individu
yang mempersepsikan stimulus, sedangkan faktor eksternal yang
terdapat pada objeknya.”
Berdasarkan teori, salah satu faktor yang memengaruhi
kepercayaan adalah persepsi. Sedanglan persepsi dalam pemasaran
mencangkup empat macam yaitu perceived risk, perceived quality,
perceived sacrifice, dan perceived value. Kaitan dengan e-commerce
yang banyak memngaruhi kepercayaan konsumen adalah persepsi
terhadap resiko. Kepercayaan konsumen adalah persepsi dari sudut
pandang konsumen akan kenadala penjual adalm pengalaman dan
terpenuhinya harapan dan kepuasan konsumen (Firdayanti, 2012).
Menurut Kolter (2016:189) “persepsi adalah proses dimana
memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran dunia yang berarti.” Proses persepsi menutur
Kotler yaitu:

  1. Atensi Selektif
    Atensi atau perhatian adalah alokasi pemrosesan kapasitas
    terhadap beberapa rangsangan. Atensi selektif berarti bahwa
    pemasar harus bekerja keras untuk menarik atensi konsumen.
    Tentang sebenarnya adalah menjaelaskan rangsangan mana yang
    akan diperhatikan.
  2. Didtorsi Selektif
    Distorsi selektif (selective distortion) adalah kecenderungan
    informasi dengan cara yang sesuai dengan konsepsi awal kita.
    Konsumen sering men distrorsi infomasi agar konsisten dengan
    keyakinan dan ekspektasi dari merek dan produk yang sudah ada
    sebelumnya.
  3. Retensi Selektif
    Retensi selektif (selective retention) cenderung mengingat poin
    bagus tentang sebuah produk yang kita sukai dan melupakan poin
    bagus tentang produk pesaing

Kepuasan Kerja

 


Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual dan
setiap individual memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
nilai yang berlaku pada dirinya (Rivai, 2003). Semakin banyak aspek dalam pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakan.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya (Robbins dan Judge, 2016: 40).
Kepuasan kerja juga merupakan sikap yang timbul berdasarkan penilaian terhadap
situasi kerja. Penilaian dilakukan sebagai penghargaan dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang merasa puas jauh lebih produktif
daripada dengan karyawan yang tidak puas. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005)
kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan,
sikap dan moral kerja, kedisiplinan serta prestasi kerja. Dengan demikian kepuasan
kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas sikap senang atau tidak
senang, merasa puas atau tidak puas.
Farrel (1989) dalam Zakiy (2015) menjelaskan empat respon karyawan terhadap
pekerjaan mereka. Pertama, keluar, perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan
organisasi, termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri dari pekerjaannya
sekarang. Kedua, memberikan aspirasi, secara aktif dan konstruktif berusaha
memperbaiki kondisi, termasuk memberikan perbaikan, mendiskusikan masalah
dengan atasan, serta membentuk serikay pekerja. Ketiga, kesetiaan, secara pasif tetapi
optimis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela organisasi ketika terdapat
perlawanan eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya melakukan hal
yang benar. Dan keempat, pengabaian, secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih
buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan secara terus-menerus, kurangnya
usaha dan meningkatnya kesalahan dalam pekerjaan.