Monday, July 15, 2024

Indikator Packaging Design

 


Shimp dan Andrews (2013) menyatakan bahwa kemasan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, maka terdapat beberapa indikator pada desain kemasan
yaitu:

  1. Visibilitas (Visibility)
    Terkait dengan kemampuan suatu kemasan untuk menarik perhatian
    pada point-point pembelian. Tujuannnya untuk memiliki kemasan yang
    menonjol dari yang lain di atas rak, sehingga ia dapat membantu citra
    merek.
  2. Informasi (Information)
    Berhubungan dengan instruksi pemanfaatan produk, berbagai
    keuntungan yang disebut slogan serta informasi tambahan yang dihadirkan
    pada atau di dalam kemasan (seperti resep masakan dan berbagai promosi
    penjualan).
  3. Daya Tarik Emosional (Emotional appeal)
    Kemampuan kemasan untuk menimbulkan perasaan ingin atau
    suasana hati mendukung. Membangkitkan perasaan tertentu (elegan,
    prestise, keceriaan, senang, nostalgia, dll) dengan penggunaan warna,
    bentuk, material dan lainnya.
  4. Dan Daya Kemampuan untuk Bekerja (Workability).
    Merujuk fungsi kemasan lebih dari sekedar cara berkomunikasi.
    Beberapa masalah workability yang cukup menonjol.
    Dalam jurnal yang diteliti oleh Dhurup, Mafini dan Dumasi (2014) terdapat
    beberapa indikator pada kemasan yang dijelaskan sebagai berikut:
  5. Bahan
    Material yang digunakan relative tidak mudah rusak dan sanggup
    menjaga isi kemasan.
  6. Logo dan label
    Merek dagang, logo perusahaan dan label berisikan informasi
    produk sebaiknya tertera pada kemasan sehingga memudahkan konsumen
    dalam pencarian produk dan memberikan informasi secara lengkap.
  7. Warna
    Salah satu indikator pada kemasan yang sangat cepat direspon oleh
    visual konsumen.
  8. Ukuran
    Suatu kemasan pada umumnya disesuaikan dengan isi dari kemasan
    tersebut baik ukuran panjang, lebar ataupun tipis tebalnya.
  9. Daya tarik desain
    Sebaiknya kemasan suatu produk tidak hanya seimbang dari sisi
    bentuk dan fungsinya tetapi juga sanggup memberikan daya tarik bagi
    konsumen

Faktor-Faktor Packaging Design

 


Faktor-faktor desain kemasan Menurut Kaihatu (2014:7-10), faktor-faktor
yang harus ada untuk menjalankan fungsi desain kemasan adalah:

  1. Faktor Pengaman
    Kemasan harus memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan.
    Kemasan dapat melindungi produk dalam perjalanan pengiriman.
  2. Faktor Ekonomi
    Kemasan merupakan suatu cara meningkatkan laba perusahaan.
    Oleh karena itu, kemasan harus dibuat seunik dan semenarik mungkin untuk
    memikat pelanggan.
  3. Faktor Pendistribusian
    Kemasan harus mudah didistribusikan kemana saja sampai ke
    tingkat konsumen.
  4. Faktor Informasi dan komunikasi
    Kemasan dapat mencerminkan produk dan citra merek. Oleh karena
    itu, kemasan harus mudah dilihat, dipahami, dan diingat. Dengan kemasan,
    identifikasi produk menjadi lebih efektif dan secara otomatis menjadi
    pembeda dengan produk pesaing.
  5. Faktor Ergonomi
    Kemasan harus mudah dibawa, dipegang, dibuka, dan mudah
    diambil. Hal ini akan mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau
    konsumen.
  6. Faktor Estetika
    Kemasan harus memiliki bentuk unik dan menarik, sehingga
    menjadi pembeda di tengah persaingan merek. Penggunaan warna, bentuk,
    merek/logo, ilustrasi, huruf, dan tata letak dapat dipergunakan untuk
    mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
  7. Faktor Identitas
    Kemasan dapat menjadi ciri khas produk karena memiliki perbedaan
    dengan pesaing. Identitas yang akan membedakan kemasan yang satu
    dengan yang lain. Hal ini penting karena sebagai representasi visual
    meliputi: nama dan merek produk, logo, warna, desain, dan elemen lainnya

Definisi Packaging Design

 Menurut Klimchuk dаn Krаsovеc (2006:33) “Packaging design is the

design of a package for a product as an effort to improve production requirements
and to support marketing. The design is a combination of shape, structure,
materials, colors, images, typography and elements of design with product
information”. Dеsаin kеmаsаn аdаlаh rаncаngаn suаtu kеmаsаn untuk suаtu produk
sеbаgаi upаyа pеningkаtаn dаn syаrаt produksi untuk mеndukung pеmаsаrаn.
Rаncаngаn tеrsеbut mеrupаkаn gаbungаn dаri bеntuk, struktur, mаtеriаl, wаrnа,
citrа, tipogrаfi dаn еlеmеn – еlеmеn dеsаin lаinnyа dеngаn informаsi produk.
Menurut Shimp dan Andrews (2013:617)“Packaging design is a matter
that depends on the use of symbolism to support brand image, and carry the
information that consumers expect. A number of instructions on the packaging are
used for this purpose, such as color, design, shape, brand name, physical materials,
and product information labels”. Desain kemasan adalah hal yang bergantung pada
penggunaan simbolisme untuk mendukung citra merek, dan membawa informasi
yang diharapkan konsumen. Sejumlah petunjuk dalam kemasan dimanfaatkan
untuk tujuan tersebut, seperti warna, desain, bentuk, nama merek, material fisik,
serta label informasi produk.
Menurut Kotlеr (2013:332) “Design is the totality of features that affect the
appearance and function of a product in terms of consumer needs. Product design
can improve product quality and durability, but it can also improve product
appearance. Product packaging design is also used to stimulate consumer emotions
when using the product. Therefore the packaging design must be designed
according to the target expected by potential consumers”. Desain adalah totalitas
fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan
konsumen. Desain produk dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan produk,
selain itu juga dapat meningkatkan tampilan produk. Desain kemasan produk juga
digunakan untuk merangsang emosi konsumen saat menggunakan produk. Oleh
karena itu desain kemasan harus dirancang sesuai dengan target yang diharapkan
konsumen potensial

Indikator Store Atmosphere

 


Indikator store atmosphere menurut Berman & Evans (2010:509) dapat
dibagi menjadi empat indikator, yaitu:

  1. Exterior (Bagian Luar Toko)
    Exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,
    sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari
    exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik,
    menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko.
  2. General Interior (Interior Umum)
    General Interior toko menjadi salah satu kunci keberhasilan dari
    keseluruhan strategi store atmosphere. Oleh karena itu, interior toko harus
    dirancang. Hal ini dimaksudkan agar ketika konsumen sudah berada di
    dalam toko dapat terdorong keinginan membelinya dengan memengaruhi
    emosinya dengan suasana dan display yang baik.
  3. Store Layout (Tata Letak Toko)
    Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan
    pengaturan dari peralatan, barang dagangan, gang-gang dalam toko serta
    fasilitas toko.
  4. Interior (Point of Purchase) Displays
    Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi
    kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan
    dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah: poster, tanda
    petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti lebaran
    dan tahun baru.  

Faktor – Faktor Store Atmosphere

 


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menciptakan suasana toko
menurut Endang (2012:24) yaitu :

  1. Jenis Karyawan dan Kepadatan
    Yaitu karakteristik umum dari karyawan yang mereka miliki.
    Contoh: Kerapian, tingkat wawasan dan tingkat keramahan.
  2. Jenis Barang Dagangan dan Kepadatan
    Yaitu jenis barang yang mereka tawarkan, bagaimana menawarkan
    serta memajang barang tersebut menentukan suasana yang ingin diciptakan
    oleh pengecer.
  3. Jenis Perlengkapan Tetap (Fixture) dan Kepadatan
    Perlengkapan tetap harus sesuai dan konsisten dengan tema awal
    yang ingin diciptakan. Pemilihan furniture dan perlengkapan yang ada
    disesuaikan dengan suasana yang ingin dicapai.
  4. Bunyi Suara
    Musik dapat berdampak respon positif maupun negatif dari
    pelanggan. Karena musik dapat membuat konsumen tinggal lebih lama dan
    membeli lebih banyak barang, atau malah lebih cepat meninggalkan toko.
    Selain itu musik juga dapat mengontrol lalu – lintas di toko, menciptakan
    image toko dan menarik serta mengarahkan perhatian pembelanja
  5. Aroma
    Aroma atau bau juga me miliki dampak positif dan negatif bagi
    penjualan. Penelitian menyatakan bahwa orang–orang menilai barang
    secara lebih responsif, menghabiskan waktu yang berlebih untuk berbelanja
    dan umumnya bersuasana hati lebih baik jika ada aroma yang disukai. Para
    pengecer menggunakan wangi–wangian sebagai perluasan dari strategi
    pemasaran mereka.
  6. Faktor Visual
    Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan
    perhatian. Warna biru, hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat-
    tempat tertutup dan menciptakan suasana yang elegan serta bersih. Selain
    warna, pencahayaan juga memiliki pengaruh yang penting terhadap suasana
    toko. Dengan pencahayaan yang memadai, maka pengunjung akan merasa
    nyaman dan mau berlama–lama menghabiskan waktu di toko kita. 

Proses keputusan pembelian

 


Kotler dan Keller (2012) menyatakan terdapat enam tahap pentinh keputusan
pembelian dilakukan oleh konsumen pelanggan yaitu:
a. Pemilihan Produk, konsumen mengambil keputusan untuk membeli sebuah
produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini
perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang
berminat membeli produknya.
b. Pemilihan Merek, konsumen harus mengambil keputusan tentang merek
mana yang akan dibeli. Setiap merek mempunyai perbedaan tersendiri.
Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih
sebuah merek.
c. Pemilihan Saluran Pembelian, konsumen harus mengambil keputusan tentang
penyalur mana yang akan dikunjungi. Setipa konsumen berbeda-beda dalam
hal menentukan penyalur biasanya dikarenakan faktor lokasi yang dekat,
harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan belanja,
keluasan tempat dan sebagainya.
d. Jumlah Pembelian, konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak
produk yang akan dibelinya. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan
banyaknya produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.
e. Waktu Pembelian, keputusan konsumen dalam waktu pembelian bisa
berbedabeda, misalnya ada yang membeli setiap hari, seminggu sekali, dua
minggu sekali, bahkan satu bulan sekali tergantung kebutuhannya.
Nurhayati (sebagaimana dikutip dalam Muhammad Ifan dkk, 2019) Terdapat
lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli yaitu :
a. Pengambilan inisiatif (Initiator)
Individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang
mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang
untuk melakukan sendiri.
b. Orang yang mempengaruhi (Influencer)
Individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.
c. Pembuat keputusan (Decider)
Individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan
dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya.
d. Pembeli (Buyer) Individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
e. Pemakai (User)
Individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli.Sebuah
perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan
mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan dan
mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program pemasaran
yang sesuai dengan pembeli.

Teori Keputusan Pembelian

 


Menurut Kotler (2012) ,keputusan pembelian adalah tahap dalam proses
pengambilan keputusan dimana konsumen benar-benar membeli. Keputusan
pembelian sebagai sebuah proses dimanan konsumen mengenal masalahnya,
mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi
seberapa baik masing-masing akternatif tersebut memecahkan masalahnya yang
kemudian mengarah kepada keputusan pembelian ( Kotler dan Armstrong,2008).
Indikator dalam keputusan pembelian adalah :
a. Tujuan dalam membelii sebuah produk
b. Pemrosesan informasi untuk sampai ke pemilihan merek
c. Kemantapan pada sebuah produk
d. Memberikan rekomendasi kepada orang lain
e. Melakukan pembelian ulang
Menurut Nitosusatro ( sebagaimana dikutip dalam Ni Made Rani Yulianti,
2019) keputusan membeli atau tidak membeli adalah bagian dari unsur yang
terdapat pada diri individu konsumen, dimana hal tersebut merujuk kepada
tindakan nyata yang dapat dilihat serta diukur oleh orang lain.
Menurut Marheni (2016) keputusan dalam melakukan pembelian merupakan
hal yang sangat kompleks terjadi melalui proses yang sangat panjang. Pada
dasarnya keputusan selalu muncul dari rasa ingin tahu akan kebutuhan terhadap
suatu produk, baik berupa barang atau jasa