Monday, July 16, 2018
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja (skripsi dan tesis)
Adanya keterkaitan hubungan antara budaya korporat dengan kinerja organisasi yang dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi Tiernay bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut (Djokosantoso, 2003). Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan logistik, masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula. Dampak budaya organisasi terhadap kinerja dapat dilihat pada beberapa contoh perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi, seperti Singapore Airlines yang menekankan pada perubahan-perubahan yang berkesinambungan, inovatif dan menjadi yang terbaik. Hasil penelitian Uddin et al. (2013), Ehtesham et al. (2011), Poku dan Ansah (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Kinerja.
Pengaruh Ambiguitas Peran Terhadap Kinerja (skripsi dan tesis)
Ambiguitas
peran berpengaruh siginifikan dan negatif secara langsung terhadap kinerja pejabat
struktural. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikembangkan oleh
Dubinsky et al., (1986); Singh et al., (1996). Agar dapat melaksanakan
pekerjaan yang baik, individu memerlukan keterangan tertentu yang menyangkut
hal-hal yang diharapkan untuk mereka lakukan dan hal-hal yang tidak harus mereka
lakukan. Ketika pejabat struktural mengalami ambiguitas peran, oleh karena itu mereka
tidak mengetahui secara jelas bagaimana mereka melaksanakan pekerjaan secara
efektif, maka dalam bekerja mereka cenderung tidak efisien dan tidak terarah,
sehingga kemungkinan besar kinerja (job
performance) mereka akan menurun. Hasil penelitian Safitri
(2013), Srikanth (2013), dan Kazrm Celik (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara ambiguitas peran terhadap
Kinerja.
Pengaruh Excercised Responbility terhadap Kinerja (skripsi dan tesis)
Dalam penelitian Changing Concepts of Power and Responsibility in the Canadian Public Service menunjukkan bahwa mengingat sebagian besar pekerjaan pada pelayanan publik di dasarkan pada administrasi maka pelaksanaan Administrative Responbility menjadi salah satu faktor penunjang bagi pelaksanaan pelayanan publik (Andrews , 2003). Hal ini dipertegas dengan pernyataan Bovens (1998) dalam The Quest for Resposibility: Accountability and Citizenship in Complex Organisations terdapat beberapa cakupan dalam Administrative Responbility yaitu menyangkut mengenai "kapasitas." pelaku dan peraturan. Dengan demikian terdapat ketersinggungan antara Administrative Responbility dan kinerjapelayanan publik.
Hasil penelitian Husna (2013), Suharto (2014) dan Kalbers et al (2008) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Excercised Responbility terhadap Kinerja.
Keterkaitan Motivasi Kerja Karyawan – Kinerja Karyawan (skripsi dan tesis)
Menurut
Ibrahim (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Impacr of Motivation on
Employee Performance, the Case of Some Selected Micro Finance Companies in
Ghana” yang menyimpulkan bahwa motivasi adalah faktor penting yang menentukan
kepuasan dan kinerja karyawan. Motivasi menjadi dasar yang diperlukan individu
sebagai kebutuhan untuk mendorong melakukan pekerjaan dengan baik, dan harus
ditargetkan untuk kepuasan individu dan kebutuhan kelompok dalam proses
mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Umar (2015) dalam penelitiannya “the
Effect of Motivation and Carrer Development Aginst Employee’s Performance and Job
Satisfaction of the Governor Office South Sulawesi Province, Indonesia” yang
menyimpulkan bahwa pengaruh motivasi seperti upah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja karyawan di kantor pemerintahan provinsi Sulawesi
Utara. Hal ini berarti motivasi terdiri dari tanggung jawab, pengakuan,
kemajuan, dan prestasi secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan dalam
kualitas kerja, kuantitas kerja, kreativitas, kerja, efektivitas kerja dan
waktu penyelesaian pekerjaan.
Keterkaitan Kompensasi – Kinerja Karyawan (skripsi dan tesis)
Menurut Aktar et
al (2012) dalam penelitian yang berjudul “the Impact of Rewards on Emplyoyee
Performance in Commercial Banks of Bangladesh: an Empirical Study” menyimpulkan
bahwa ada hubungan positif antara reward dan kinerja karyawan dan juga
ditunjukan signifikan positif yang tinggi dalam hubungan antara reward
intrinsic dan ekstrinsik. Ada dua faktor yang termasuk dalam reward ekstrinsik
seperti dasar upah dan bonus kinerja. Sedangkan menurut Rizal et al (2014)
dalam penelitian “Effect of Compensation on Motivation, Organizational
Commiment Employee Performance (Studies at Local Revenue Management in Kendary
City) yang menyimpulkan bahwa kompensasi tidak banyak dan tidak selalu
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja karyawan, namun lebih
mendorong motivasi karyawan yang akan mempengaruhi kinerjanya.
Keterkaitan Pelatihan – Kinerja karyawan (skripsi dan tesis)
Menurut Ameeq et
al (2013) dalam penelitiannya “Impact of Training on Employee’s Development and
Performance in Hotel Industry of Lahore, Pakistan” yang menyebutkan bahwa
pelatihan meningkatkan efisiensi pekerjaan karyawan untuk menaikan level
kinerjanya. Dalam penelitian ini ditemukan sangat jelas bahwa kinerja karyawan
dipengaruhi oleh sesi pelatihan. Persepsi karyawan terhadap pekerjaan dan
kinerja organisasisa sangat jelas dipengaruhi oleh level praktek pelatihan
sumber daya manusia dalam salah satu faktor yang paling signifikan adalah pelatihan yang mempengaruhi kinerja saat ini
dengan cara yang benar. Kinerja karyawan dan pelatihan karyawan sumber daya
manusia sangat dekat kaitannya dan memiliki hubungan positif satu sama lain. Sedangkan
menurut Sultana et al (2012) dalam penelitiannya “Impact of Training on
Employee Performance: A Study of Telecomunication Sector in Pakistan” yang
menyimpulkan bahwa pelatihan berdampak kuat positif terhadap kinerja karyawan.
pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja, dapat meningkatkan
level individu dan kompetensi organisasi. Pelatihan dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mepertemukan perbedaan antara kinerja saat ini dengan kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
Teori – Teori Motivasi (skripsi dan tesis)
Menurut
Suparyadi (2010:419-424) menjelaskan teori motivasi dengan pendekatan sebagai
berikut:
a. Teori
Hierarki Kebutuhan (Maslow)
Kebutuhan
manusia itu tersusun seperti anak tangga, mulai dari kebutuhan yang paling
bawah, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan soial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
b. Teori
ERG (Clyaton Alderfer)
Clayton
Alderfer pada dasarnya sependapat dengan Maslow, tetapi ia mengelompokannya
menjadi 3 (tiga), yaitu pertama, existence
yang merupakan pemuasan kebutuhan seperti makanan, udara, air, gaji, dan
kondisi kerja. Kedua, relatedness
untuk pemenuhan kebutuhan oleh manfaat social dan hubungan antar pribadi.
Ketiga, growth sebagai pemenuhan
kebutuhan oleh kreativitas individual atau kontribusi produktivitas.
c. Teori
Dua Faktor (Frederick Herzberg)
Teori
dua faktor atau yang disebut sebagai teori motivasi – hygiene meyakini bahwa
hubungan seseorang dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa
sikapnya terhadap kerja dapat sangat menentukan sukses atau tidaknya individu
tersebut.
d. Teori
Kebutuhan (McClelland)
Dalam teori
motivasi ini lebih dekat dengan konsep pembelajaran yang berhubungan dengan
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)