Wednesday, June 26, 2024

Pengertian Kepercayaan Merek (Brand Trust)

 


Arief, M., Suyadi, I., & Sunarti (2017) kepercayaan merek
adalah suatu keyakinan konsumen bahwa pada satu produk terdapat
atribut tertentu, keyakinan yang muncul dari pandangan yang
berulang dan dengan adanya pembelajaran dan juga pengalaman
yang diperoleh.
Lau dan Lee dalam Mirzha, A., Imam, S., & Sunarti (2017)
kepercayaan dalam suatu merek sebagai suatu keinginan konsumen
untuk mempercayakan pada merek dan dihadapkan pada resiko,
karena mempunyai harapan bahwa merek akan menyebabkan hasil
yang positif.
Chi dan Chiou dalam Nurfadila dan Maskuri Sutomo (2015)
kepercayaan merek adalah kepercayaan yang dipercaya oleh
kosumen bahwa suatu merek yang spesifik akan menawarkan suatu
produk yang dapat diandalkan, seperti dengan fungsi yang lengkap,
jaminan kualitas, dan juga service setelah penjualan kepada mereka.
Chaudhuri dan Holbrook dalam Nurfadila dan Maskuri
Sutomo (2015) kepercayaan terhadap merek merupakan bentuk dari
proses keterlibatan yang telah di duga sepenuhnya dan disadari
secara mendalam. Kepercayaan terhadap suatu merek akan
menimbulkan kesetiaan konsumen pada merek tersebut.
Kepercayaan terhadap suatu merek akan muncul sebagai kunci
utama terhadap awal kesetiaan terhadap suatu merek sesuai dengan
konsep hubungan pemasaran

Manfaat Merek

 


Simamora dalam Memey (2019) merek juga memiliki manfaat bagi
pelanggan, perantara, produsen, maupun publik. Adapun manfaatnya
yaitu:
1) Bagi pembeli
a) Menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu ataupun
kualitas.
b) Membantu pembeli untuk memperhatikan produk-produk
baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.
2) Bagi penjual
a) Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri
masalah-masalah yang timbul.
b) Memberikan perlindungan hukum atas istimewa atau ciri
khas produk.
c) Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang
setia dan menguntungkan.
d) Membantu penjual melakukan segmentasi pasar yang tepat.
3) Bagi Masyarakat
a) Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih
terjamin dan lebih konsisten.
b) Meningkatkan efisiensi pembelian karena merek dapat
menyediakan informasi tentang produk dimana membelinya.
c) Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena
produsen terdorong untuk menciptakan keunikan –
keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.

Karakteristik Merek

 Lau dan Lee dalam Achmad Fauzi (2016) Karakteristik merek adalah

sesuatu hal yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi
merek yang dapat diramalkan, merek yang mempunyai reputasi, dan
merek yang kompeten. Karakteristik merek memiliki peran yang
cukup penting dalam menentukan pelanggan dalam memutuskan
untuk percaya kepada suatu merek. Tiga karakteristik merek dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Brand Reputation (Reputasi Merek)
Merek sebagai asset intangible. Merek merupakan salah satu
atribut ekstrinsik produk yang tidak mudah atau dapat ditiru
begitu saja, apalagi jika berhubungan reputasinya. Berbeda
dengan atribut ekstrinsik produk yang lain seperti kemasan yang
mudah ditiru. Mengacu dengan pendapat orang lain mengenai
bagus atau tidaknya dan dapat dipercaya atau tidak
dipercayanyaa suatu merek. Brand reputation dapat
dikembangkan dengan melakukan iklan dan juga hubungan
dengan masyarakat (public relation), tapi kemungkinan juga
dipengaruhi dengan kualitas dan kinerja produk dan juga
reputasi yang baik dapat menguatkan kepercayaan dari
konsumen. Reputasi merek juga dapat berpandang pada
pendapat orang bahwa sebuah merek dapat dikatakan bagus dan
terpercaya.
2) Daya Prediksi Merek
Merek yang kinerjanya dapat diprediksi, merupakan salah satu
merek yang dikatakan memiliki daya antisipasi bagi konsumen
dengan bagaimana kualitas merek yang akan diberikan dalam
tiap penggunaannya. Predictability ada melalui dua proses, yang
pertama yaitu dengan adanya interaksi secara berulang, dimana
satu pihak membuat janji dan juga menyebarkannya kepada
pihak lain, adapun yang kedua yaitu dengan adanya courtship
atau dikenal dengan masa pengenalan atau lebih khusus dan juga
intensif yaitu dimana satu pihak dapat mengenal pihak lain
bahkan lebih banyak. Brand predictability erat hubunganya
dengan kemampuan kelompok untuk memprediksi perilaku
kelompok yang lainnya. Merek yang dapat diprediksi adalah
merek yang memungkinkan konsumen mengantisipasi beberapa
kemungkinan dengan percaya diri dengan alasan tertentu.
Prediktabilitas ini dapat dikaitkant dengan tingkat kekonsistenan
dari kualitas produk.
3) Kompetensi Merek
Merek yang kompeten merupakan salah satu hal yang
menawarkan pemecahan masalah yang dimiliki konsumen
sekaligus mempertemukan antara kebutuhan dan keadaan
(kualitas dan kinerja) merek tersebut. Kompetensi memiliki
kaitan dengan kualitas produk, kinerja produk, dan juga
kemampuan produk yang memberikan manfaat dan kegunaan
yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan juga kebutuhan
responden, seperti kebutuhan secara finansial, fungsional,
psikososial ataupun pengalaman. Jika konsumen mengetahui
bahwa merek sesuai dengan apa yang diharapkan maka
konsumen akan merasa puas, yang dimana akan membawa pada
terbentuknya suatu kepercayaan kepada merek tersebut.

Pengertian Merek (Brand)

 


Aaker dalam Citranuari Sekar Jingga (2015) merek atau
brand adalah suatu nama dan atau simbol yang dimana bersifat
dengan guna untuk dapat membedakan (sebuah logo, cap, dan
kemasan atau yang lainnya) yang bermaksud untuk mengidentifikasi
atau mengetahui suatu barang atau juga suatu jasa dari penjual atau
sebuah produk tertentu, dengan demikian pula membedakannya dari
barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh para pesaing. Sehingga
penjual atau pembuat merek dapat mengidentifikasikan produk atau
jasa yang disediakan berupa nama, merek, logo, atau simbol lainnya.
Kotler dan Keller dalam Ike Vanessa dan Zainul Arifin
(2017) merek atau brand adalah simbol, tanda, rancangan ataupun
suatu kombinasi. Tiga hal tersebut yang dapat dijadikan sebagai
identitas dari beberapa penjual atau produsen untuk nantinya
digunakan sebagai pembeda dengan pesaing lainnya yang ada di
pasaran.
Tjiptono dalam Ike Vanessa dan Zainul Arifin (2017) merek
atau brand adalah suatu deskripsi asosiasi dan juga rasa keyakinan
dari konsumen terhadap suatu merek.
Kartajaya dalam Surya Sanjaya (2015) merek atau brand
adalah indikator value yang produsen akan tawarkan kepada para
pelanggan atau konsumen.

Indikator Keputusan Pembelian

 


Kotler & Armstrong (2016: 188), mengemukakan keputusan pembelian
memiliki indikator sebagai berikut:

  1. Pilihan produk
    Sebelum melakukan keputusan pembelian seorang konsumen selalu memilih
    apa nama merk dari produk tersebut dan darimana produk tersebut dibuat.
  2. Pilihan penyalur
    Sebelum menentukan keputusan pembelian para konsumen juga biasanya akan
    menilai siapa penyalur barang atau produk tersebut.
  3. Waktu pembelian
    Seorang konsumen akan menentukan waktu pembelian apbila barang yang
    dibutuhkan atau yang diinginkan ingindibeli oleh konsumen tersebut.
  4. Jumlah pembelian
    Konsumen akan memutuskan jumlah pembelian apabila konsumen tersebut
    sudah membuat keputusan pembelian suatu barang atau produk suatu
    perusahaan.
  5. Metode pembayaran
    Setiap keputusan pembelian suatu produk oleh konsumen uang adalah alat
    tukar untuk mendapatkan produk tersebut

Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pembelian

 


Kotler dan Keller (2016: 195) menjelaskan jika terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen untuk sampai pada tahap keputusan pembelian,
diantaranya sebagai berikut:

  1. Faktor Budaya
    Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar.
    Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang.
  2. Faktor Sosial
    Faktor sosial, seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran sosial dan status
    juga mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.
  3. Faktor Pribadi
    Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Hal tersebut
    menjadi hal yang penting bagi sebuah perusahaan atau pemasar untuk
    memahami mereka secara seksama agar produk yang ditawarkan dapat
    diterima.

Pengertian Keputusan Pembelian

 


Menurut Menurut Kotler & Armstrong (2016: 177), Keputusan pembelian
merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,
dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka.
Menurut Alma (2013: 96), Keputusan pembelian adalah suatu keputusan
konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya,
produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan, process. Sehingga
membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan
mengambil kesimpulan berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli.
Menurut Kotler dan Amstrong (2016: 226) menyatakan bahwa keputusan
pembelian, merupakan tahap dalam proses pengambilan pembeli, dimana
konsumen benar- benar membeli produk. Menurut Sangadji & Sopiah (2013: 120)
menyatakan bahwa definisi keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua
pilihan alternatif atau lebih.