Friday, June 28, 2024

Manfaat Merek Bagi Produsen dan Penjual

 


Menurut Saladin (2011:134) manfaat merek bagi produsen dan
penjual sebagai berikut :
a. Memudahkan penjual mengolah pesanan-pesanan dan menekan
masalah.
b. Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi
penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk karena jika tidak demikian
setiap pesaing akan meniru produk tersebut.
c. Memberi peluang bagi penjual kesetiaan pelanggan pada produknya
dengan menetapkan harga lebih tinggi.
d. Membuat penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam segmen-
segmen.
e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik.
f. Memberi pertahanan terhadap persaingan harga yang ganas

Pengertian Citra Merek

 


Menurut American Marketing Association dalam Kotler dan Keller
(2009:332) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol,
atau rancangan, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau
kelompok penjual dan mendiferensiasikan dari barang atau jasa pesaing.
Menurut David Aaker (2015:8) mengemukakan bahwa merek
merupakan janji satu organisasi kepada pelanggan untuk memberikan
apa yang menjadi prinsip merek itu, tidak hanya dalam hal manfaat
fungsional, tetapi juga manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial.
Menurut David McNally & Karl D. Speak (2009:6) merek
merupakan persepsi atau emosi yang dipertahankan dan dipelihara oleh
para pembeli atau calon pembeli yang melukiskan pengalaman yang
membahagiakan dengan persoalan menjalankan bisnis-bisnis bersama
sebuah organisasi atau memakai produk atau jasa-jasanya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa citra
merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasinya yang merupakan janji organisasi atau perusahaan atau
penjual kepada pelanggannya agar mendapatkan sejumlah manfaat dari
merek tersebut yang menjadi ciri khas dari para pesaingnya.

Thursday, June 27, 2024

Brand Loyalitas (Brand Loyality)

 


Loyalitas merek adalah satu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu
merek menurut (Rangkuti, 2002). Sendangkan Loyalitas merek adalah ukuran
kedekatan pelanggan pada sebuah merek menurut (Henry, 2007). Sedangkan
loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan kepada
sebuah merek menurut (Durianto, 2001).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek
merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah
merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya
seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek
tersebut dihadapi adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut
lainnya.
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya
beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya menunjukan
tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.
Adapun tingkatan loyalitas merek tersebut menurut (Durianto, 2004), adalah
sebagai berikut:

  1. Switcher (Berpindah-Pindah) Adalah tingkatan loyalitas paling dasar.
    Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek
    yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap
    memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan kecil dalam keputusan
    pembelian. Ciri yang paling tampak dari jenis pelanggan іni adalah mereka
    membeli suatu produk karena harganya murah dan banyak konsumen lain
    yang membeli merek tersebut.
  2. Habitual Buyer (Pembeli Yang Bersifat Kebiasaan) Adalah pembeli yang
    tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suata merek produk.
    Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau
    berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau
    pengorbanan lain. Jadi pembeli ini dalam membeli suatu merek karena alasan
    kebiasaan.
  3. Satisfied Buyer (Pembeli Yang Puas Dengan Biaya Peralihan) Adalah
    kategori pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsi. Namun pembeli
    ini dapat saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan
    (switching cost), seperti waktu, biaya atau resiko уаngtimbul akibal tindakan
    peralihan merek tersebut untuk menarik minat pembeli kategori ini, pesaing
    perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan
    menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi.
  4. Likes The Brand (Menyukai Merek) Adalah kategori pembeli yang sungguh-
    sungguh menyukai merek tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan
    simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau
    persepsi kualitas yang tinggi dan mereka menganggap merek sebagai sahabat.
  5. Committed Buyer (Pembeli Yang Berkomiten) Adalah kategori pembeli yang
    setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek.
    Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun
    sebagai ekspresi siара sebenarnya penggunanya. Ciri yang tampak pada
    kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan dan
    mempromosikan merek yang digunakannya kepada orang lain

Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

 


Persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi pelanggan atas
atribut yang dianggap penting baginya. Persepsi pelanggan merupakan penilaian,
yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu dengan lainnya. Persepsi
kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya mengidentifikasi dimensi
kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan (segmen pasar yang dituju), dan
membangun persepsi kualitas pada dimensi penting pada identifikasi merek
tersebut (Aaker, 1996).
Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud
yang diharapkan. Terdapat 5 nilai yang dapat menggambarkan nilai-nilai dari
persepsi kualitas (Durianto, 2004) sebagai berikut:

  1. Alasan untuk membeli. Persepsi kualitas yang baik dapat membantu
    periklanan dan promosi yang dilakukan perusahaan menjadi lebih efektif,
    yang akan terkait dengan keputusan pembelian oleh konsumen.
  2. Diferensiasi atau posisi. Persepsi kualitas suatu merek akan berpengaruh
    untuk menentukan posisi merek tersebut dalam persaingan.
  3. Harga optimum. Penentuan harga optimum yang tepat dapat membantu
    perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas merek tersebut.
  4. Minat saluran distribusi. Pedagang akan lebih menyukai untuk memasarkan
    produk yang disukai oleh konsumen, dan konsumen lebih menyukai produk
    yang memiliki persepsi kualitas yang baik.
  5. Perluasan merek. Persepsi kualitas yang kuat dapat dijadikan sebagai dasar
    oleh perusahaan untuk melaksanakan kebijakan perluasan merek.

Asosiasi Merek (Brand Association)

 


Brand Association atau asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan
dengan ingatan mengenai sebuah merek menurut (Aaker, 1991). Asosiasi itu tidak
hanya eksis namun juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek
akan lebih kuat jika dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya.
Juga akan lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu jaringan dari
kaitan-kaitan lain. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai
dalam bentuk yang bermakna.
Rangkaian asosiasi membentuk sebuah nilai pada benak pelanggan.
Asosiasi-asosiasi ini akan menjadi dasar bagi konsumen / pelanggan dalam
membuat keputusan membeli.

Kesadaran Merek (Brand Awarness)

 


Kesadaran merek (brand awareness) sebagai kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997). Kesadaran merek merupakan
elemen identitas yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek
dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran
konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas
mereknya juga akan rendah dan identifikasi yang dilakukan konsumen mengarah
ke arah negatif. (Aaker, 1997), mengungkapkan bahwa kesadaran merek
merupakan gambaran dari kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali
dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk
tertentu.
Ada 4 tingkatan kesadaran merek menurut (Aaker, 1997) yaitu:

  1. Unaware of brand (tidak menyadari merek), yaitu tingkat dimana calon
    konsumen tidak menyadari kehadiran suatu merek.
  2. Brand recognition (pengenalan merek), yaitu tingkat dimana ingatan
    konsumen terhadap suatu merek akan muncul apabila konsumen diberi
    bantuan atau stimulus agar dapat kembali mengingat merek tersebut.
  3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek), yaitu tingkat dimana
    konsumen dapat mengingat kembali suatu merek tanpa diberikan bantuan
    apapun.
  4. Top of mind (puncak pikiran), yaitu tingkat dimana suatu merek menjadi
    merek yang pertama kali disebutkan atau yang pertama kali muncul di benak
    konsumen. Dalam tingkatan ini merek tersebut telah menjadi merek utama
    yang ada di pikiran konsumen.

Kategori Brand Equity

 


Brand Equity dapat dikelompokkan dalam 5 kategori (David Aaker, 1991)
yaitu:
a. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Menunjukkan kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori suatu produk
tertentu.
b. Brand Association (Asosiasi Merek)
Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, harga pesaing,
selebritis dan lain-lain.
c. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang
diharapkan.
d. Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu produk.
e. Other Proprietary Brand Assets (Aset-aset Merek lainnya)