Friday, June 28, 2024

Aktivitas Pemasaran Media Sosial

 


Media sosial menurut Kotler dan Keller (2021) merupakan sarana
berbentuk platform untuk berbagi informasi dalam bentuk teks, gambar
(foto), audio, dan video satu sama lain maupun dan dengan perusahaan
maupun sebaliknya. Penggunaan media sosial memberikan fasilitas
kepada perusahaan untuk melakukan penukaran informasi dengan
pelanggan. Oleh sebab itu, media sosial ini sangat berharga bagi
perusahaan (pelaku usaha) karena memberikan akses kemudahan
kepada pelanggan dengan berbagai cara untuk berinteraksi dan
perusahaan dapat melibatkan pelanggan di berbagai titik dalam siklus
pembelian (Solomon & Tuten, 2013). Berdasarkan hal tersebut
membuat perusahaan banyak melakukan aktivitas pemasaran di media
sosial. Menurut Isa., et al (2021) aktivitas pemasaran media sosial
sebagai media berbagi pengetahuan tentang produk atau merek dengan
mudah dan cepat dengan bentuk spanduk, poster, video, ataupun iklan
kemudian akan ditampilkan ke media sosial. Dengan demikian platform
media sosial menjadi peluang dan potensi untuk perusahaan sebagai
media pemasaran terbaru yang efektif serta efisien karena
menggunakan teknologi. Pemasar modern tertarik untuk
mengkomunikasikan informasi merek melalui upaya aktivitas
pemasaran media sosial seperti situs jejaring sosial yaitu, Facebook,
YouTube, konten yang dibuat pengguna, dan blog untuk menciptakan
citra dan pengetahuan merek yang tangguh, menguntungkan, serta khas
di benak konsumen (Hafez, 2021). Menurut Suryani., et al (2022)
menyatakan bahwa pemasaran media sosial memiliki konstruksi
multidimensi, hal ini terdiri 5 dimensi yaitu,
a. Interaksi (interaction)
Aktivitas pemasaran media sosial dirancang atau dibuat oleh
perusahaan yang memuat konten untuk pelanggan. Hal ini
bertujuan agar dapat terjadi interaksi antara perusahaan dengan
pelanggan maupun pelanggan dengan pelanggan lainnya. Selain
itu, media sosial menjadi teknologi untuk memudahkan serta
memfasilitasi interaksi dalam berbagi informasi maupun
pengalaman saat menggunakan produk/jasa dari pelaku usaha.
b. Hiburan (entertainment)
Aktivitas pemasaran media sosial pada perusahaan harus
memiliki unsur hiburan yang dapat memicu emosi positif,
meningkatkan perilaku pelanggan dalam berpartisipasi
menggunakan layanan/produk maupun media sosial
perusahaan, dan menghasilkan niat untuk menggunakan secara
terus menerus. Dengan adanya unsur hiburan dalam media
sosial perusahaan, pelanggan akan merasa senang dan terhibur
saat mengunjungi akun media sosial perusahaan.
c. Tren (trendiness)
Dalam menggunakan media sosial untuk melakukan
aktivitas pemasaran, perusahaan menyediakan informasi terkini
baik informasi produk/layanan terbaru maupun informasi yang
menghubungkan produk dengan kejadian saat ini untuk konten
di media sosial perusahaan. Dengan memposting konten yang
berisikan informasi akan lebih menarik pelanggan dibandingkan
dengan informasi yang tidak mengikuti tren.
d. Kustomisasi (customization)
Dengan aktivitas pemasaran media sosial yang dilakukan
perusahaan yaitu dapat melakukan preferensi pelanggan dalam
memilih layanan/produk yang ditawarkan dengan
menyesuaikan strategi dan layanan/produk sesuai dengan
kebutuhan, keinginan, serta harapan pelanggan. Dalam
menyampaikan keunggulan, keunikan, dan diferensiasi
layanan/produk perusahaan memerlukan media sosial.
e. Electronic word-of-mouth (e-wom)
Dalam aktivitas pemasaran media sosial, perusahaan
merancang sebuah konten yang dapat mendorong/memotivasi
pelanggan untuk melakukan e-wom. E-wom berartikan
ketersediaan pelanggan dalam menyebarkan informasi maupun
pengalaman menggunakan layanan/produk dari perusahaan dan
e-wom ini secara efektif dapat mempengaruhi pelanggan lain

Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

 


Citra merek merupakan elemen yang penting untuk suatu produk
yang dipasarkan. Merupakan salah satu pertimbangan sebelum konsumen
melakukan keputusan pembelian. Apabila produk tersebut sudah dirasa
memenuhi harapan konsumen setelah digunakan, secara otomatis
seseorang telah mempersepsikan produk tersebut memiliki citra yang baik.
Keputusan pembelian merupakan tahap dimana konsumen membentuk
pilihan mereka di antara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat
pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu
alternatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam
pertimbangan salah satunya citra merek. Citra merek yang positif di benak
konsumen akan berpengaruh pada keputusan pembelian.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa citra merek
memiliki hubungan dengan keputusan pembelian hal ini dibuktikan
dengan adanya penelitian terdahulu Bagas Sunu Pratama (2017) yang
menunjukan bahwa brand image memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian 0,011 yang artinya lebih kecil dari 0,05.
Selanjutnya penelitian Gesti Nopelia Anjarsari, Handoyo Djoko Waluyo
(2017),

Tingkatan dalam Keputusan Pembelian

 


Tingkatan pengambilan keputusan konsumen seperti yang
dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2014:195) sebagai berikut :

  1. Pemecahan masalah secara luas (extended problem solving), suatu
    proses pengambilan keputusan pembelian, pelanggan memerlukan
    usaha dan waktu yang cukup besar untuk meneliti dan
    menganalisis berbagai alternatif.
  2. Pemecahan masalah secara terbatas (limited problem solving),
    yaitu proses pengambilan keputusan belanja yang melibatkan
    upaya dan waktu yang tidak terlalu besar. Dalam hal ini, pelanggan
    lebih mengandalkan pengetahuan pribadi dibandingkan dengan
    informasi eksternal.
  3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan (habitual decision
    making), yaitu proses keputusan belanja yang melibatkan sedikit
    sekali usaha dan waktu

Keputusan Pembelian

 


Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus
memilih produk dan/atau jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya
pilihan yang tersedia, kondisi yang dihadapi, serta pertimbangan-
pertimbangan yang mendasari akan membuat pengambilan keputusan satu
individu berbeda dari individu lainnya. Pada saat seorang konsumen baru
akan melakukan pembelian yang pertama kali akan suatu produk,
pertimbangan yang akan mendasarinya akan berbeda dari pembelian yang
telah berulang kali dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat diolah
oleh konsumen dari sudut pandang ekonomi, hubungannya dengan orang
lain sebagai dampak dari hubungan sosial, hasil analisis kognitif yang
rasional ataupun lebih kepada ketidakpastian emosi (unsur emosional).
Menurut Buchari Alma (2013:96), mengemukakan bahwa
“Keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen yang
dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk,
harga, lokasi, promosi, physical evidence, people, dan proses. Sehingga
membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi
dan mengambil kesimpulan berupa respons yang muncul produk apa yang
akan dibeli.”
Keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2016), “in the
evaluation stage, the consumers from preferences among the brands in the
choice set and may also from an intention to buy the most preferred
brand.”. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2016:177), keputusan
pembelian yaitu “consumer behavior is the study of how individual,
groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, services,
ideas, or experiences to satisfy their needs and wants.”

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

 


Tindakan-tindakan konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal, baik
yang bersifat eksternal maupun internal konsumne itu sendiri. Menurut
Kotler dan Keller (2016:179) terdapat tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:

  1. Faktor budaya (Cultural factors)
    a. Budaya (Culture), adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan
    dan perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga
    dan institusi penting lainnya. Budaya merupakan penentu
    keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
    b. Sub-budaya (Subculture), adalah kelompok masyarakat yang
    berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi
    yang umum. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama,
    kelompok, ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang
    membentuk segmen pasar penting, dan pasar pemasar sering
    merancang produk dan program pemasar yang sesuai dengan
    kebutuhan mereka.
    c. Kelas sosial (Social classes), merupakan pembagian masyarakat
    yang relative homogen dan permanen, dan tersusun secara hirarki
    dan anggotanya menganut nilai-nilai minat dan perilaku yang
    sama.
  2. Faktor sosial (Social factors)
    a. Kelompok referensi (reference groups), adalah dua atau lebih
    orang yang berinteraksi untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan
    bersama. Sebuah kelompok mempunyai pengaruh langsung (tatap
    muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang
    tersebut.
    b. Keluarga (Family), adalah organisasi pembelian konsumen yang
    paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga
    mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling
    berpengaruh. Ada dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yaitu :
    keluarga orientation (family of orientation) terdiri dari orang tua
    dan saudara kandung, keluarga prokreasi (family of procreation)
    yaitu pasangan dan anak-anak.
    c. Peran sosial dan status (roles and status), peran terdiri dari
    aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang yang ada
    disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
    penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang
    berpartisipasi dalam banyak kelompok, keluarga, klub dan
    organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi penting
    dalam membantu mendefinisikan norma perilaku. Kita dapat
    mendefinisikan posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana ia
    menjadi anggota berdasarkan peran dan status yang dimilikinya.
  3. Faktor pribadi (personal factors)
    Faktor pribadi juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi meliputi usia
    dan tahap dalam siklus hidup pembeli (age and stage in life cycle),
    pekerjaan dan keadaan ekonomi (occupation and economic
    circumstances), kepribadian dan konsep diri (personality and self-
    concept), serta gaya hidup dan nilai (lifestyle and value)

Perilaku Konsumen

 


Perilaku konsumen merupakan aktifitas-aktifitas yang secara
langsung terlibat dalam memperoleh, menggunakan atau tidak
menggunakan produk dan jasa, dengan perhatian khusus pada proses
mental yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.
Perilaku konsumen berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu
konsumen melakukan aktifitas seperti melakukan pencarian, penelitian,
dan pengevaluasian produk. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen dalam untuk membuat keputusan pembelian.
Menurut Kotler dan Amstrong (2014:158), perilaku konsumen
adalah “Consumer buyer behaviors of final consumers-individuals and
households that buy good and services for personal consumption”.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:179) perilaku konsumen
didefinisikan sebagai berikut, “Consumer behaviors is the study of how
individuals, group, and organizations select, buy, use, and dispose of
goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs and wants.”
Berbeda halnya dengan pendapat American Marketing Association dalam
buku J. Paul Peter dan Jery C. Olson yang dialih bahasakan oleh Diah
Tantri Dwiandani (2013:6) yang mendefinisikan perilaku konsumen
sebagai berikut, “Perilaku konsumen sebagai dinamika interaksi antara
pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia
melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan

Indikator-indikator Harga

 


Indikator yang digunakan untuk mengukur harga adalah pengertian
yang dijelaskan menurut Kotler dan Armstrong terjemahan Bob Sabran
(2012:52), dijelaskan bahwa ada empat ukuran yang mencirikan harga
yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk,
kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai dengan kemampuan
atau daya saing harga. Empat ukuran harga yaitu sebagai berikut :

  1. Keterjangkauan harga.
    Konsumen bias menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh
    perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek
    harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.
    Dengan harga yang ditetapkan para konsumen banyak yang
    membeli produk.
  2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
    Harga sering dijadikan sebagai indicator kualitas bagi konsumen.
    Orang sering memilih harga yang lebih tinggi di antara dua barang
    karena mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga
    lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga
    lebih baik.
  3. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga.
    Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan
    produk lainnya, dalam hal ini mahal murahnya suatu produk sangat
    dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli produk
    tersebut.
  4. Kesesuaian harga dengan manfaat.
    Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang
    dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan
    untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk
    lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan
    berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang