Monday, July 1, 2024

Pengaruh Knowledge Sharing terhadap Kreativitas Karyawan

 


He et al., (2013) mengatakan dalam penelitiannya bahwa dalam
berinteraksi dengan orang lain, karyawan dapat mengumpulkan sumber
daya informasi yang relevan dengan tugas atau masalah mereka yang
terdapat di tempat kerja, terpapar pada berbagai ide dan cara berpikir, dan
memiliki peluang lebih tinggi untuk menyatukan sumber daya bersama yang
dapat menumbuhkan kreativitas. Berbagi pengetahuan juga mendukung
proses pembelajaran karyawan serta meningkatkan keterampilan kreatif
individu dalam melakukan pekerjaan (Gong et al., 2012 dalam He et al.,
2013).
Oleh karena itu, para peneliti sebelumnya percaya bahwa seorang
karyawan lebih cenderung menghasilkan ide-ide baru dan kreatif jika ia
dapat mengakses beragam pengetahuan dan informasi dengan berinteraksi
dengan orang-orang yang memiliki beragam keahlian (Gibson & Gibbs,
2006; Sosa, 2011 dalam He et al., 2013).

Pengaruh Kepemimpinan Visioner terhadap Knowledge Sharing

 


Dengan mempraktikkan peran membangun pengetahuan, para
pemimpin menciptakan peluang dan proses yang mendorong berbagi
pengetahuan di antara anggota tim. Sebagai contoh, dengan menawarkan
ide-ide baru dan membuat pendekatan baru dalam bekerja para pemimpin
memicu diskusi tim yang pada dasarnya mengarah pada berbagi
pengetahuan tim. Dengan terlibat dalam perilaku berbagi pengetahuan, para
pemimpin juga secara aktif menjadi panutan dalam prosesnya. Mereka
memberikan contoh bahwa berbagi ide dan informasi secara terbuka adalah
hal penting dan berharga bagi tim. Sebagai hasil dari pemodelan peran ini,
anggota tim cenderung membalas dan berbagi keahlian dan pengetahuan
mereka dengan tim

Pengaruh Kepemimpinan Visioner terhadap Kreativitas Karyawan

 


Kepemimpinan visioner secara garis besar adalah suatu kemampuan
pemimpin dalam mengartikulasikan visi serta mensosialisasikannya kepada
para karyawan secara efektif. Kepemimpinan visioner ini sendiri
mengambil banyak bagian dari kepemimpinan transformasional dan
karismatik (Sashkin & Sashkin, 2002 dalam Zhou et al., 2018), dimana
semua ini terambil dari satu bagian utuh yang disebut kepemimpinan. Hal
ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Breevaart et al., (2014 dalam
Nwachukwu et al., 2017) bahwa kepemimpinan visioner dianggap sebagai
jenis kepemimpinan transformasional karena dapat digunakan dalam
mencapai tugas dengan cepat untuk memenuhi standar perusahaan. Dengan
adanya kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dalam hal ini
berpengaruh juga pada kreativitas karyawan. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Shin & Zhou, (2003) mengungkapkan adanya hubungan yang
positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan kreativitas
karyawan dalam studi tentang organisasi di Korea. Pemimpin
transformasional menciptakan iklim yang mendukung untuk kreativitas
(Sarros et al., 2008). Dalam iklim ini, karyawan dapat mencoba pendekatan
kreatif tanpa takut gagal. Kepemimpinan transformasional mendorong
karyawan untuk menantang status quo dan mencoba pendekatan baru yang
menumbuhkan kreativitas karyawan (Shin dan Zhou 2003)

Faktor yang mempengaruhi Knowledge Sharing

 


Wang dan Noe (2010 dalam Kremer et al., 2019) menggambarkan enam
kelompok faktor yang secara signifikan mempengaruhi perilaku knowledge sharing
dalam suatu organisasi:

  1. Konteks organisasi, (management support, struktur organisasi dan
    karakteristik pemimpin).
  2. Karakteristik interpersonal dan tim (seperti keragaman, karakteristik
    tim, dan pengembangan tim).
  3. Karakteristik budaya, (kolektivisme dan in-group / out-group).
  4. Karakteristik individu, (pendidikan, kepribadian, dan pengalaman
    kerja).
  5. Faktor motivasi, (kepercayaan kepemilikan pengetahuan, manfaat
    dan biaya yang dirasakan dan kepercayaan).
  6. Persepsi individu terkait dengan knowledge sharing, (keinginan
    yang mendorong individu untuk berbagi pengetahuan).

Indikator Knowledge Sharing

 


Item skala pengukuran variabel knowledge sharing dalam penelitian ini
dikutip dari penelitian sebelumnya tentang manajerial knowledge sharing (Lu et
al., 2006). Dari penelitian tersebut menyebutkan perilaku berbagi pengetahuan
dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, interpersonal dan organisasi. Peneliti
sebelumnya juga menyebutkan bahwa variabel knowledge sharing behavior diukur
dengan bertanya kepada responden seberapa sering mereka terlibat dalam perilaku
berbagi pengetahuan dalam satu tahun terakhir. Terdapat delapan pertanyaan yang
diusulkan oleh peneliti sebelumnya dan tiga pertanyaan diadaptasi dari skala
'intention to share knowledge' dari Bock & Kim (2002). Dimana item-item
pengukuran tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

  1. Dalam pekerjaan sehari-hari, saya mengambil inisiatif untuk membagikan
    pengetahuan terkait pekerjaan saya kepada rekan kerja saya.
  2. Saya menyimpan pengalaman kerja saya dan tidak dengan mudah
    membagikannya kepada rekan kerja lain. (R)
  3. Saya membagikan pengalaman serta pengetahuan yang berguna kepada
    rekan kerja di kantor.
  4. Setelah mempelajari suatu pengetahuan/ hal baru yang berguna dalam
    pekerjaan, saya akan membagikannya kepada rekan-rekan kerja agar lebih
    banyak mengetahui dan mempelajarinya.
  5. Saya tidak pernah memberi tahu orang lain tentang keahlian pekerjaan saya
    kecuali diminta di perusahaan. (R)
  6. Di tempat kerja, saya membagikan pengetahuan saya kepada lebih banyak
    orang.
  7. Saya secara aktif menggunakan sumber-sumber IT yang tersedia di
    perusahaan untuk membagikan pengetahuan saya.
  8. Sewaktu rekan kerja saya membutuhkan bantuan (pengetahuan/ ide/ solusi),
    saya selalu membagikan informasi yang saya tahu tanpa menyembunyikan
    apa pun

Definisi Knowledge Sharing

 


Knowledge sharing diartikan sebagai gerakan pengetahuan di antara
individu dalam organisasi untuk membantu orang lain dan berkolaborasi dengan
orang lain untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan ide-ide baru, atau
menerapkan kebijakan atau prosedur (Wang & Noe, 2010).
Menurut Paulin & Suneson (2012), knowledge sharing adalah pertukaran
pengetahuan yang terjadi antara individu di dalam suatu tim, unit organisasi, atau
organisasi. Pertukaran pengetahuan yang terjadi antara dua individu tersebut:
terdapat individu yang mengkomunikasikan pengetahuan dan yang lain
menyesuaikan. Dalam berbagi pengetahuan, fokusnya adalah pada modal manusia
dan interaksi antar individu. Knowlegde sharing juga didefinisikan sebagai aktivitas
yang melalui pengetahuan seperti informasi, keterampilan, rencana, inovasi, ide,
tujuan, wawasan, atau keahlian yang dipertukarkan di antara orang, teman sebaya,
komunitas, teman, keluarga, atau organisasi (Bukowitz & Williams, 1999). Hal ini
mengacu pada pertukaran pengetahuan antara setidaknya dua pihak dalam proses
timbal balik yang memungkinkan pembentukan kembali dan pembuatan
pengetahuan dalam konteks baru (Willem, 2003 dalam Mohajan, 2019).
Lumbantobing, (2011 dalam Mardlillah & Rahardjo, 2017) menyatakan
bahwa knowledge sharing adalah proses sistematis dalam berbagi, dan
mendistibusikan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain yang membutuhkan,
melalui metode dan media yang beragam. Knowledge sharing yang terjadi dalam
sebuah organisasi dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu tacit knowledge sharing
dan explicit knowledge sharing:

  1. Tacit Knowledge Sharing
    Tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman dan
    sulit untuk dikomunikasikan. Tacit knowledge dikategorikan sebagai
    pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman individu atau perorangan.
    Pengalaman yang diperoleh tiap individu dalam organisasi dapat berbeda-
    beda berdasarkan keadaan yang tak dapat diprediksi.
  2. Explicit Knowledge Sharing
    Explicit knowledge merupakan pengetahuan yang dapat dipelajari dan
    dikomunikasikan dengan mudah, dalam bentuk lisan maupun tertulis.
    Explicit knowledge bersifat sistematis sehingga mudah untuk dibagikan.
    Salah satu contoh explicit knowledge adalah SOP.
    Mengingat bahwa knowledge sharing meliputi kegiatan karyawan untuk berbagi
    pengetahuan dengan orang lain, dan perilaku mereka dalam bertukar informasi yang
    relevan dengan rekan kerja di seluruh organisasi. Knowledge sharing memiliki
    peran penting dalam meningkatkan kompetensi individu dalam organisasi, karena
    melalui knowledge sharing, pengetahuan yang bersifat tacit maupun explicit dapat
    disebarkan, dan diterapkan

Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Visioner

 


Pemimpin visioner dapat merangsang kreativitas karyawan dengan
membantu karyawan untuk memahami visi organisasi (Bass, 1998 dalam Zhou et
al., 2018) dan dengan membangkitkan antusiasme untuk visi bersama yang
menciptakan iklim positif untuk kreativitas dalam organisasi. Hal ini di dukung oleh
Amabile et al. (2004), yang menyelidiki perilaku pemimpin terkait dengan
dukungan pemimpin yang dirasakan dan menemukan bahwa pemimpin dapat
menumbuhkan kreativitas melalui bantuan langsung dalam suatu proyek,
pengembangan keahlian bawahan dan peningkatan motivasi intrinsik bawahan.
Selain itu dengan adanya knowledge sharing membantu peran kepemimpinan
visioner dalam mengembangkan kreativitas karyawan dalam organisasi.