Tuesday, July 2, 2024

Indikator Ktreativitas Karyawan

 


Terdapat tiga indikator mengenai Kreativitas Karyawan (Tierney et al.,
1999: 620) yaitu meliputi:
a. Menunjukan originalitas dalam pekerjaannya
Karyawan menunjukan karakteristik khusus yang berbeda dengan karyawan
lainnya dalam mengerjakan pekerjaanya
b. Mengambil resiko dalam menemukan ide baru dalam pekerjaannya
Karyawan berani mengambil resiko dalam menyelasaikan pekerjaannya
dengan mengeluarkan gagasan-gagasan baru.
c. Mengidentifikasi peluang untuk produk/proses baru
Karyawan mampu mengidentifikasi mengenai peluang yang ada dalam
menciptakan sebuah produk atau ide baru yang berbeda dari yang sudah ada
sebelumnya. 

Aspek-aspek Kreativitas

 


Kreativitas dapat dijabarkan dalam empat aspek atau “empat P‟, yaitu
press, process, product dan person (Munandar,2009:45-46). Pendapat tersebut,
sejalan dengan Sudarma (2013:17-20) kreativitas dapat dijabarkan dalam empat
aspek kreativitas yaitu:

  1. Pendorong (Press)
    Kreativitas seseorang dapat terbentuk dengan adanya dorongan internal dari
    dirinya sendiri berupa hasrat dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri
    secara kreatif maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan
    psikologis. Dorongan yang diperoleh individu akan menjadikannya bebas
    untuk mengekspresikan idenya menjadi sebuah karya yang bermanfaat.
  2. Proses
    Proses membentukan individu menjadi kreatif meliputi tahap persiapan,
    adanya waktu, ketekunan, keuletan serta kerja keras. Sehingga akan
    menimbulkan sebuah pemikiran kreatif dari dalam diri individu. Namun
    kreativitas juga dapat dimaknai sebagai proses mengelola informasi,
    melakukan sesuatu atau membuat sesuatu.
  3. Produk
    Produk kreatif dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu produk itu
    harus nyata, adanya kebaruan dan produk itu adalah hasil dari kualitas unik
    individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dimana adanya sebuah
    kesenjangan atau sesuatu yang ditanyakan, kemudian individu akan membuat
    dugaan dan merumusakan masalah tentang kekurangan, lalu setelah itu akan
    mengevaluasi dan menguji dugaan yang telah ia buat sebelum
    mengkomunikasikan hasilnya.
  4. Pribadi (person)
    Kreativitas merupakan ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam
    interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif dari dalam individu yang
    unik diharapkan menimbulkan ide-ide baru yang bermanfaat bagi dirinya atau
    sekelilingnya

Pengertian Kreativitas Karyawan

 


Kreativitas berasal dari kata „to create‟ artinya membuat. Dengan kata
lain, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesutu, apakah itu
dalam bentuk ide, langkah, atau produk (Sudarma,2013: 9). Terdapat beberapa
pengertian kreativitas menurut beberapa ahli, antara lain:
a. West (2002: 357) Kreativitas mencakup proses yang mengarah pada
membuatan penciptaan ide dan gagasan baru yang berharga.
b. Anderson et al (2014: 2) Kreativitas merupakan proses penciptaan ide dan
gagasan baru mengenai proses, layanan, produk dan prosedur yang bermanfaat.
c. Oldham dan Cummings(1996: 608) Mendefinisikan kreativitas sebai hasil-hasil
ide atau prosedur yang harus dalam dua kondisi, yaitu harus bersifat baru dan
harus berpotensi atau berguna untuk sebuah organisasi.
Ide dianggap baru jika ide tersebut relatif unik dan dianggap berguna jika
memiliki potensi untuk kemajuan organisasi baik langsung ataupun tidak
langsung, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Shalley et al., 2004:
934). Kreativitas pada organisasi muncul dikarenakan adanya perilaku kreatif dari
individu atau disebut kreativitas karyawan. Karyawan harus bisa berfungsi
sebagai mekanisme pekerjaan dengan mewujudkan ide-ide baru dan sesuai dengan
situasi yang ada, hal tersebut dapat mendorong dirinya untuk melakukan
pekerjaan pada tingkat yang diinginkannya dan juga sebagai strandar terhadap
tugas yang dapat dievaluasi (Shalley, 1991: 180). Sehingga, menurut Jain & Jain
(2017: 295) kreativitas karyawan adalah komponen dari dalam individu yang
melibatkan ide-ide baru dan berharga untuk peningkatan keberlanjutan dan
keberhasilan organisasi

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)

 


Teori kognitif sosial merupakan sebuah teori perluasan teori behaviorisme
yang menekankan pentingnya perilaku, lingkungan dan kognisi sebagai faktor
kunci dalam perkembangan. Kerangkateoritis awalnya diberi nama teori belajar
sosial (Bandura,1986: 350). Bandura menjelaskan bahawa etika seseorang belajar,
seseorang tersebut dapat secara kognitif mewakili atau mengubah pengalamannya
baik pengalaman lingkunagan atau perilaku. Bandura yakin bahwa seorang belajar
tidak hanya melalui pengalaman, tetapi mengamati apa yang dilakukan oleh orang
lain. Belajar mengamati sering disebut dengan “modeling”. Peniru atau meniru
sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modelling, karena modelling
bukan sekedar meniru atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang
lain), tetapi modelling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku
yang teramati, menggenerakisir berbagai pengamat sekaligus, melibatkan proses
kognitif (Alwisol, 2005: 366)

Teori Keterikatan Dyad Vertikal (Vertical Dyad Linkage)

 


Teori keterikatan dyad vertikal atau vertical dyad linkage (VDL)
menjelaskan bahawa pemimpin membedakan bawahan berdasarkan kontribusi
karyawan kontribusi karyawan dalam unit kerja seperti karyawan yang dapat
berkontribusi lebih untuk menyelesaikan tanggungjawabnya. Teori VDL
menunjukan bahwa pemimpin membedakan bawahan berdasarkan komptensi dan
ketrampilan, kepercayaan atasan kepada karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaannya tanpa melakukan pengawasan langsung. Hal tersebut dapat menilai
motivasi karyawan dalam menjalankan tanggungjawab dari atasan sehingga
atasan akan lebih memperhatikan karyawan dan hubungan diantara atasan dan
bawahan akan lebih dekat (Liden & Graen, 1980: 451).
Selanjutnya, Dansereau et al (1975: 47) setelah lebih dari dua puluh tahun
penelitia, menjelaskan ulasan terbaru dari model kontemporer mencakup dua
asumsi mengenai kepemimpinan, antara lain:

Manajemen Partisipatif (Participative Management)

 


Sashkin (1984: 5) Lima puluh tahun penelitian telah menunjukan bahwa
manajemen partisipatif jika diterapkan dengan benar dan efektif maka dapat
meningkatkan kinerja, produktivitas, dan kepuasan kerja. Manajemen partisipatif
muncul karena banyak peneliti yang menjelaskan mode manajemen atau teknik
dalam “stewpot” berlabel partisitipatif dari tim untuk membangun kualitas
kehidupan kerja dengan jam kerja yang fleksibel. Manajemen partisipatif dibagi
menjadi empat area:

  1. Karyawan dapat berpartisipasi dalam pengaturan tujuan
  2. Karyawan dapat berpatisipasi dalam pembuatan keputusan
  3. Karyawan berpartisipasi dalam memecahkan proses penyelesaian masalah
  4. Partisipasi dapat melibat pembuatan perubahan dalam organisasi yaitu kegiatan
    pengembangan organisasi.
    Dengan demikian karyawan dapat berpatisipasi dalam salah satu atau semua dari
    empat area pada satu waktu. Terdapat tiga metode utama partisipatif yang berlaku
    untuk keempat bidang area:
  5. Karyawan dapat berpatisipasi sebagai individu-indibidu pembuat keputusan
    sendiri seperti menetapakan tujuan karyawan sendiri.
  6. Berpartisipasi sebagai bagian dari tim antara manajer dan karyawan
  7. Karyawan bisa berpartisipasi sebagai anggota grup dengan manajer dan rekan
    kerja
    Manajemen partisipatif menjadi grand theory untuk variabel kemampuan
    memberdayakan bawahan (empowering leadership). Hal tersebut dikarenakan
    kemampuan memberdayakan bawahan merupakan gaya kepemimpinan dimana
    adanya pembagian kekuasan pada karyawan dengan memberi dorongan
    berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga akan tercapainya tujuan dan
    strategi dalam organisasi.

Teori Struktur Intelek (Structure of Intelect)

 


Baer (2011: 75) Teori struktur intelek disampaikan oleh Joy Paul Guilfrod
pada tahun 1950 dalam pidato keprisedenannya kepada Asosiasi Psikologis
Amerika (American Psycological Association) dan dipublikasikan dibeberapa
artikel. Teori struktur intelek merupakan sebuah teori skala besar yang
menjelaskan tentang kemampuan intelektual dan intelegensi manusia yang
berkembang hingga 150 kemampuan distrik. Teori struktur intelek sukses dikenal
oleh banyak kalangan sehingga secara bertahap “pemikiran divergen” disebut juga
sebagai kreativitas dalam banyak penelitian dan teori mengenai kreativitas.
Pemikiran divergen yang dikaitkan dengan kreativitas memiliki 16 faktor yang
dikelompokan menjadi empat kategori :

  1. Kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide
    besar atau solusi masalah dalam waktu singkat.
  2. Fleksibilitas (flexibility) yaitu kemampuan untuk mengusulkan berbagai
    pendekatan untuk masalah tertentu.
  3. Orisinalitas (originality) yaitu kemampuan untuk menghasilkan hal baru
    berupa ide-ide asli
  4. Elabirasi (elaboration) yaitu kemampuan untuk melakukan pengembangan dan
    perbaharuan ide sehingga dapat menciptakan atau menyempurnakan sebuah
    ide
  1. Bagi Manajemen Bank
    a. Penelitian ini dapat menjadikan refrensi untuk organisasi agar memberi
    ruang akan hadirnya kreativitas karyawan di dalam organisasi dimana
    karyawan bekerja.
    b. Penilitian ini dapat menjadi masukan untuk menentukan kebijakan didalam
    meningkatkan kreativitas karyawan sehingga dapat mendukung efektivitas
    organisasi dengan kinerja yang lebih baik.