Thursday, July 11, 2024

Pengertian Impulse Buying

 


Pembelian impulsif merupakan suatu pembelian yang terjadi akibat adanya keinginan
yang kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya yang biasanya dilakukan dengan tidak
memikirkan konsekuensi yang diterimanya.
Menurut Iyer(Faishal Fahd,2015) yang dibuktikan sebagai suatu kegiatan pembelian
yang berhubungan dengan lingkungan dan keterbatasan waktu dalam berbelanja, dimana rute
pembelian yang mereka lakukan semestinya berbeda.Rute tersebut dapat dibedakan
melalui hirarki impulse yang memperlihatkan bahwa perilaku di dasarkan pada respon
afektif yang dipengaruhi oleh perasaan yang kuat impulse buying,sehingga terjadi ketika
terdapat perasaan positif yang sangat kuat yang kemudian diikuti oleh sikap pembelian.
Menurut Rook dan Fisher(Sukma,2012)pembelian impulsif adalah kecendrungan
konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, secara terburu-
buru didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk dan tergoda oleh
persuasi dari pemasar. Rook juga menjelaskan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika
konsumen mengalami pengalaman tiba-tiba, memiliki dorongan yang kuat dan keras hati
untuk membeli sesuatu dengan segera

Pengertian E-Commerce

 


Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012),
Perdagangan elektronik (electronic commerce, disingkat EC, atau e-
commerce) mencangkup proses pembelian, penjualan, transfer, atau
pertukaran produk, layanan atau informasi melalui jaringan komputer,
termasuk internet.
Beberapa orang memandang istilah perdagangan (e-commerce)
hanya untuk menjelaskan transaksi yang dapat dilakukan antar mitra
bisnis. Jika definisi ini digunakan, beberapa orang menyadari bahwa
istilah e-commerce sangat sempit. Sehingga, banyak yang menggunakan
istilah ebussines sebagai istilah penggantinya. Bisnis elektronik
(electronic bussines atau e-bussines) mengarah pada definisi EC yang
lebih luas, tidak adanya pembelian dan penjualan barang saja. Tetapi juga
layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis. Lainnya memandang
e-bussines sebagai “aktivitas selain pembelian dan penjualan” di internet,
seperti kolaborasi dan aktivitas intra bisnis

Dimensi Promosi dan Indikator

 


Menurut Kotler dan Keller (2016 : 583), bauran promosi dapat di
jadikan alat ukur promosi, terdiri dari 5 alat ukut yaitu :

  1. Advertising (periklanan)
    Periklanan yaitu semua bentuk persentasi dan promosi nonpersonal
    yang dibayar oleh sponsor untuk mempersentasikan gagasan, barang
    atau jasa. Periklanan dianggap sebagai manajemen citra yang
    bertujuan menciptakan dan memelihara cipta dan makna dalam benak
    konsumen. Indikatornya yaitu :
    a. Broadcast
    b. Internet
  2. Sales promotion (promosi penjualan) Promosi penjualan yaitu
    insentif-insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau
    penjualan suatu produk atau jasa. Indikatornya yaitu :
    a. Discounts
    b. Events
    c. Displays
    d. Sweepstakes
    e. Coupons
  3. Personal selling (penjualan perseorangan)
    Penjualan perseorangan yaitu persentasi personal oleh tenaga
    penjualan dengan tujuan menghasilkan penjualan dan membangun
    hubungan dengan konsumen. Indikatornya yaitu :
    a. Trade shows
  4. Public relations (hubungan masyarakat) Hubungan masyarakat yaitu
    membangun hubungan yang baik dengan berbagai publik perusahaan
    supaya memperoleh publisitas yang menguntungkan, membangun
    citra perusahaan yang bagus, dan menangani atau meluruskan rumor,
    cerita, serta event yang tidak menguntungkan. Indikatornya yaitu:
    a. Sponsorships
    b. Web pages
  5. Direct marketing (penjualan langsung)
    Penjualan langsung yaitu hubungan langsung dengan sasaran
    konsumen dengan tujuan untuk memperoleh tanggapan segera dan
    membina hubungan yang abadi dengan konsumen. Indikatornya yaitu:
    a. Catalogs

Definisi Promosi

 


Menurut Kotler dan Keller (2012 : 313) promosi adalah Adanya
penurunan harga pada product demi meningkatnya permintaan konsumen
untuk memenuhi persaingan dan terus mendidik pasar. Promosi bertujuan
untuk meningkatkan penjualan jauh dari cepat. Keuntungan akan
meningkat karena biaya dalam promosi tersebar rata di dalam perusahaan
dan biaya produksi unit turun lebih cepat daripada penurunan harga,
karena efek pembelajaran produsen sehingga dapat menguntungkan
perusahaan Kotler dan Keller (2016 : 313).
Menurut Amastrong dan Kotller (2015 : 38) Banyak perusahaan
mengikuti konsep penjualan dengan menggunakan promosi karena
konsumen tidak akan cukup membeli produk perusahaan kecuali
perusahaan melakukan upaya penjualan dan promosi skala besar. Konsep
penjualan biasanya dilakukan dengan barang yang tidak dibeliv barang
yang biasanya tidak terpikirkan oleh pembeli untuk dibeli, seperti
asuransi atau donor darah. Perusahaan harus pandai melacak prospek dan
menjualnya berdasarkan keuntungan produk Amastrong dan Kotller
(2015 : 38) .
Promosi penjualan digunakan untuk mempengaruhi perhatian
konsumen dengan memberi suatu informasi yang akan membawa
konsumen untuk membeli produk tersebut. Menurut Kotler dan Keller
(2016:623) pengelompokan jenis promosi penjualan merupakan alat yang
menawarkan intensif pada pembeli dan terdiri atas :

Tingkatan Citra Merek

 


Citra Merek diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu atributtes,
benefit, dan brand attitude, yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Kotler
& Keller, 2016 : 22-28) :

  1. Atributtes
    Atributtes merupakan suatu bentuk deskriptif yang memberikan
    karakteristik pada produk dan layanan. Berdasarkan hubungannya
    dengan produk dapat dibedakan menjadi atribut yang berkaitan
    dengan produk dan atribut yang tidak berkaitan dengan dengan
    produk. Atribut yang berkaitan dengan produk membentuk fungsi
    produk atau layanan. Sedagkan atribut yang tidak berkaitan dengan
    produk berhubungan dengan pembelian dan konsumsi. Seperti harga,
    kemasan informasi, penampilan, produk, tipe orang yang
    menggunakan dan situasi penggunaan.
  2. Benefit
    Benefit merupakan suatu penilaian pribadi konsumen terhadap atirbut
    produk atau layanan. Manfaat ini dibedaka menjadi tiga, yaitu : a)
    Manfaat Fungsional, manfaat fungsional merupaka keuntungan
    intrinsik dari pemakaian produk dan jasa, biasanya berkaitan dengn
    atribut produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
    konsumen. b) Manfaat yang dialami, manfaat yang dialami berkaitan
    dengan apa yang dirasakan pada saat menggunakan prouk atau jasa. c)
    Manfaat simbolis, manfaat simbolis berhubungan dengan atribut yang
    tidak berkaitan dengan produk serta berhubungan dengan kebutuhan
    mendasar untuk masyarakat.
  3. Brand Attitudes
    Brand Attitudes berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan secara
    menyeluruh terhadap suatu merek dan membentuk dasar yang
    digunakan konsumen dalam keputusan dan perilakunya. Objek yang
    dievaluasi oleh konsumen adalah pada persepsi konsumen akan
    kemampuan merek untuk memenuhi kebutuhan konsumen

Dimensi dan Indikator Citra Merk

 


Keller (2016:193) menyebutkan pengukuran citra merek (brand
image) dapat dilakukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
a. Strength of brand association
Semakin dalam individu berpikir tentang informasi produk dan
menghubungkannya dengan pengetahuan merek yang ada, maka
semakin kuat asosiasi merek yang akan dihasilkan.
b. Favorable of brand association
Favourable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah
diingat oleh pelanggan. Favorable adalah asosiasi-asosiasi yang dapat
diharapkan oleh pelanggan sasaran dan disampaikan secara sukses
oleh sebuah produk melalui program komunikasi pemasaran yang
mendukung merek produk tersebut.
c. Uniquess of brand association
Aspek uniqueness bergantung pada dua faktor yaitu sejauh mana
asosiasi merek produk yang dibawakan oleh program komunikasi
pemasaran memiliki unsur kesamaan/keseimbangan jika
dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya dan sejauh mana
program komunikasi pemasaran memiliki unsur perbedaan jika
dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya

Definisi Citra Merek

 


Menurut Kotler dan Keller (2016 : 32) bahwa brand adalah
penawaran dari sumber yang diketahui dalam benak masyarakat dan
membentuk citranya sendiri. Citra Merek memiliki 2 pengertian yaitu
anggapan mengenai merek tersebut dibenak konsumen serta cara orang
berpikir atau melihat sebuah merek dari sudut pandang pemikirannya
mereka sendiri meskipun orang tersebut tidak berhadapan langsung
dengan produk tersebut. Untuk membangun Citra Merek sendiri dapat
dilakukan melalui strategi pemasaran yang kuat dan unik sehingga
membedakan produk tersebut dengan pesaingnya.
Keller (2012 : 10) menyatakan brand images ebagai persepsi atas
merek yang direfleksikan melalui asosiasi merek (brand associations)
yang ada didalam ingatan konsumen.