Friday, July 12, 2024

Indikator Impulsive Buying

 


Menurut Wahyuni dan Setyawati (2020: 148) “Impulsive buying
dibatasiioleh 4 indikator: pembelian secara spontan, pembelian
dilakukan secara terburu-buru, pembelian dipengaruhiioleh emosi,
pembelian dilakukan tanpa memikirkan akibat”. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
a. Pembelanjaan secara spontan.
Pembelian spontan adalah perilaku konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian yang “tidak terencana untuk membeli produk
atau jasa.” Keputusan pembelian ini terjadi secara spontan dan
seketika sebelum melakukannpembelian.
b. Pembelian dilakukan secara terburu-buru.
Pembelian secara terburu-terburu ini sering dilakukan oleh
konsumen ketika ada penawaran menarik dari penjual dan hal
tersebut secara spontan telah mendorong konsumen untuk
melakukan keputusan pembelian secepat mungkin.
c. Pembelian dipengaruhi oleh emosi.
Timbulnya gairah atau keinginan yang kuat darikkonsumen untuk
melakukan keputusannpembelian, dan apabila konsumen
melakukan keputusan pembelian maka aka nada kesenangan atau
kepuasan tersendiri didalam hatinya.
d. Pembelian dilakukan tanpa memikirkan akibat.
Semua keputusan yang diambil berdasarkan emosi, tanpa
memikirkan aspek atau pertimbangan secara rasional tentu saja
akan mengesampingkan bahkan tidak perduli terhadap akibat
yangaakan ditimbulkannya.

Pengertian Impulsive Buying

 


Impulsive atau dalam Bahasa Indonesia disebut impulsif menurut
KBBI berarti mengambilkkeputusan secaraatiba-tibaamenurut gerak
hati, Sedangkan buying sendiri memiliki arti melakukan kegiatan
pembelian. Jadi secara sederhana impulsive buying adalah pembelian
yang dilakukan secara tiba-tiba menurut gerak hati atau spontanitas.
Sedangkan menurut Kusumawati (2021: 2) “Impulsive buying
merupakan salah satu perilakukkonsumen dalam melakukan pembelian
secara tidak terencana pada saatkkonsumen harus membuat keputusan
secara spontan saat membeli suatuuproduk”.
Pembelian secara impulsif sendiri merupakan “bagian dari perilaku
konsumen. Perilaku konsumen sendiri merupakan studi” pemasaran
yang mempelajari sifat-sifat atau perilaku dari dari konsumen itu sendiri,
hal tersebut meliputi tanggapan maupun tindakan seseorang terhadap
sebuah produk atau jasa. Menurut Suyanto (2018 : 255), menjelaskan
bahwa “Perilakuukonsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakanbbarang-barang/jasa termaksuk di dalamnya proses
pengambilannkeputusan pada persiapan dan penutupan kegiatan-
kegiatan tersebut”.
Dalam menentukan keputusan pembelian, perilaku konsumen antar
individu satu dan lainnya bisanya sangat berbeda. Ada yang melakukan
perencanaan pembelian terlebih dahulu dan ada juga yang berbelanja
tanpa melakukannperencanaan, sehingga pembelian yang dilakukan
secaraaspontanitas atau secara tiba-tiba begitu melihat suatu produk, hal
inilah yang disebut dengan impulsivefbuying. Sebelum membeli suatu
barang harusnya konsumen mempertimbangkan keputusannya tersebut,
biasanya dengan melihat kebutuhan akan barang tersebut dan kondisi
ekonomi pada saat itu. Namun pada kondisi impulsive buying konsumen
tidak mempertimbangkan semua itu. Konsumen membelanjakan
uangnya sesuka hati dan tidak terencanakan sebelumnya. Impulsive
buying itu sendiriddapat dipengaruhi oleh beberapa halddiantaranya
adalah kesenangan atau motivasi dari diri sendiri, gaya hidup dan juga
karena ada suatu diskon pada penawaran barang

Thursday, July 11, 2024

Indikator Impulse Buying

 


Menurut Chusniasari & Prijati (2015) pembelian berdasar impuls
mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik ini:

  1. Berbelanja banyak bila ada tawaran khusus.
  2. Membeli pakaian model terbaru walaupun mungkin tidak sesuai.
  3. Saat berbelanja produk fashion tanpa berpikir panjang dulu sebelumnya.
  4. Membelanjakan uang untuk produk fashion.
  5. Membeli produk fashion meskipun tidak begitu membutuhkan.
    Adapun indikator impulse buying menurut Budiono, Cholifah, & Istanti
    (2017) adalah :
  6. Spontanitas
    Konsumen melihat sebuah produk atau barang di toko kemudian mereka
    memutuskan untuk membeli sehingga tidak ada daftar dalam belanja
    sebelum konsumen tersebut datang ke sebuah tempat belanja.
  7. Dorongan untuk membeli dengan segera
    Konsumen membeli produk dengan adanya motivasi untuk
    mengesampingkan hal-hal lain dan bertindak secepatnya.
  8. Kesenangan dan stimulasi
    Konsumen membeli produk dengan keinginan membeli tiba-tiba ini sering
    kali dikuti oleh emosi sehingga terjadi dorongan untuk membeli dengan
    segera.
  9. Ketidakpedulian akan akibat
    Konsumen Pada saat berbelanja atau membeli barang seringkali tanpa
    berfikir kedepannya, sehingga seringkali barang yang dibeli adalah barang
    yang tidak dibutuhkan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying

 


Menurut Aruna & Santhi (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian impulsif, yaitu sebagai berikut :

  1. Faktor Internal
    a. Emosi (Emotion)
    Emosi didefinisikan sebagai faktor yang sangat mempengaruhi
    pembelian impulsif. Emosi konsumen juga dapat mempengaruhi
    sebuah pembelian, dimana seorang konsumen yang merasa happy akan
    melakukan pembelian lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
    sedang tidak happy. Seperti halnya Mood, mood adalah bagian dari
    emosi. Mood sangat mudah dipengaruhi. Mood juga datang dan
    menghilang secara tiba-tiba
    b. Keinginan Berbelanja (Hedonic Pleasure)
    Keinginan berbelanja sering berdampingan dengan intensitas keadaan.
    Pengalaman hedonis konsumen belum diteliti secara meluas. Perilaku
    Pembelian impulsif konsumen secara individu berhubungan dengan
    keinginan memenuhi kebutuhan agar dirinya terlihat hedonic, yaitu
    kesenangan, bahagia, puas, hal-hal baru, dan kejutan.
    c. Kognitif (Cognitive) Kognitif lebih mengacu pada proses berpikir
    dimana didalamnya terdapat pengetahuan (knowledge), arti atau
    maksud (meaning) dan kepercayaan (belief).
    d. Afektif (Affective) Afektif biasanya segera berpengaruh dan secara
    otomatis terhadap aspek–aspek dari emosi (emotions) dan perasaan
    (feeling states)
  2. Faktor Eksternal
    Sebagian besar konsumen lebih memilih daya fisik suatu toko dari pada
    kualitas barang dan harga. Konsumen akan menghindari sebuah toko jika
    setting toko tersebut mengundang stress atau tidak indah dipandang mata

Jenis-Jenis Kategori Impulse Buying

 


Menurut Adji & Samuel (2014) mengemukakan bahwa pembelian
impulsif dapat dikategorikan dalam empat kategori, yaitu:

  1. Impuls murni (pure impulse)
    Pengertian ini mengacu pada tindakan pembelian sesuatu karena alasan
    menarik, biasanya ketika pembelian terjadi karena ketertarikan terhadap
    suatu merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan.
    • Impuls pengingat (reminder impulse)
      Tindakan pembelian ini dikarenakan suatu produk yang memang sudah
      biasa dan selalu dibeli oleh konsumen, tetapi terkadang teringat pada saat
      melihat barang tertentu dan tidak tercatat dalam daftar belanja.
  2. Impuls saran (suggestion impulse)
    Salah satu produk yang dilihat konsumen atau karena menerima info dari
    orang tertentu untuk mencoba suatu barang untuk pertama kali.
  3. Impuls terencana (planned impulse)
    Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respon konsumen
    terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli produk yang
    diantisipasi. Impuls ini biasanya disebabkan oleh pengumuman penjualan
    diskon, bonus belanja, atau penawaran yang membuat konsumen tertarik
    lainnya

Impulse Buying

 


Menurut Sari (2017) Pembelian Impulsif (pembeli tidak terencana)
merupakan perilaku pembelian tidak terencana pada konsumen yang
dikarakteristikkan dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat dan pengaruh
subyektif dalam pemenuhan kebutuhan. Hal ini biasa terjadi pada produk-
produk low involment yang selalu tidak memerlukan pertimbangan yang rumit
untuk membelinya. Produk lowinvolvement adalah produk yang dibeli secara
rutin dengan pemikiran dan usaha yang minimum, karena bukan merupakan suatu
hal yang vital dan juga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap gaya
hidup konsumen. Sedangkan Menurut Andriany & Arda (2019) Impulse buying
merupakan pembelian saat itu juga yang tidak direncanakan, berdasar pada tindakan
yang sangat kuat dan dorongan keras untuk langsung membeli suatu barang
Pembelian konsumen berdasarkan segi perencanaan dikategorikan ke dalam
pembelian terencana (planned purchasing) dan pembelian tak terencana
(unplanned purchasing/impulse buying behavior). Pembelian impulsif atau
dadakan sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Secara garis besarnya,
pembelian impulsif terjadi karena pembelian yang dilakukan secara spontan tanpa
adanya perencanaan sebelumnya.
Menurut Budiono, Cholifah, & Istanti (2017) Pembelian impulsif adalah
suatu kegiatan pembelian yang dilakukan secara mendadak tanpa direncanakan
sebelumnya bahwa variabel in-store promotion yang terdiri dari sales promotion,
store display, dan personal selling berpengaruh signifikan secara simultan dan
parsial terhadap impulse buying pada konsumen Ramayana Department Store
Sidoarjo. Dan variabel yang berpengaruh secara dominan terhadap impulse buying
pada konsumen Ramayana Department Store Sidoarjo atau keputusan pembelian
dilakukan pada saat berada didalam toko.
Menurut Chusniasari & Prijati (2015) impulse buying di artikan sebagai
pembelian yang dilakukan secara tiba-tiba dan segera tanpa ada minat atau niat
untuk melakukan pembelian sebelumnya. Sedangkan menurut Wu et al (2016:286)
“Impulse buying can be described as making a unplanned and sudden purchase
decision, which is driven from specific environmental stimuli/cues on the spot, and
are accompanied by a strong feelings of 31 pleasure and excitement”. Dapat di
artikan bahwa pembelian impulsif dapat digambarkan sebagai membuat keputusan
pembelian yang tidak direncanakan dan tiba-tiba, yang didorong dari
rangsangan/isyarat lingkungan tertentu saat itu juga dan disertai dengan perasan
senang dan gembira yang kuat.

Indikator Atribut Toko

 


Menurut Chang,et al.(2015) ada beberapa indikator store attributes, yaitu
sebagai berikut :

  1. Toko memiliki suasana baik.
    Suasana toko yang menarik dapat memikat perhatian konsumen dan
    membuat mereka tertarik untuk menjelajahi produk yang ditawarkan.
    Pencahayaan yang baik, tampilan visual yang menarik, dan desain interior
    yang menarik dapat menarik perhatian konsumen dan mengundang mereka
    untuk melihat lebih dekat dan membeli produk.
  2. Suasana toko dicari konsumen.
    Keindahan Visual: Konsumen cenderung mencari toko dengan tampilan
    visual yang menarik. Tata letak yang menarik, penataan produk yang estetis,
    dan display yang menarik dapat menarik perhatian dan minat konsumen.
    Suasana yang indah secara visual menciptakan kesan positif dan dapat
    meningkatkan minat konsumen untuk menjelajahi lebih lanjut dan membeli
    produk.
    Musik dan Aroma: Suasana toko yang dihasilkan oleh musik yang sesuai
    dan aroma yang menyenangkan dapat mempengaruhi mood dan emosi
    konsumen. Musik yang cocok dengan target pasar dan jenis produk yang
    ditawarkan dapat menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dan
    mengundang. Aroma yang menyenangkan juga dapat memberikan
    pengalaman yang lebih menyenangkan dan membuat konsumen merasa
    lebih baik dalam toko.
    Personalisasi: Konsumen juga mencari suasana toko yang dapat
    memberikan pengalaman personalisasi. Misalnya, toko yang menyediakan
    layanan pelanggan yang ramah dan terlatih untuk membantu konsumen
    dalam menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
    Personalisasi ini menciptakan hubungan yang lebih intim antara konsumen
    dan toko, dan memberikan pengalaman belanja yang lebih positif.
    Kesesuaian dengan Citra Merek: Konsumen mencari toko yang sesuai
    dengan citra merek yang mereka cari. Setiap merek atau toko memiliki citra
    dan kepribadian tertentu. Konsumen yang terhubung dengan citra tersebut
    cenderung mencari toko dengan suasana yang sesuai. Misalnya, konsumen
    yang mencari pengalaman belanja yang mewah akan mencari toko dengan
    suasana yang elegan dan eksklusif.
    Keunikan: Beberapa konsumen mencari toko dengan suasana yang unik dan
    berbeda. Suasana yang unik dapat mencakup elemen-elemen seperti desain
    arsitektur yang unik, konsep toko yang kreatif, atau tema tertentu yang
    menonjolkan kesan unik. Konsumen tertarik untuk menjelajahi dan
    mengalami suasana yang tidak biasa atau berbeda dari toko-toko lainnya.
  3. Toko memahami bahwa store atmosfer penting.
    pentingnya store atmosfer, toko dapat merancang dan mengelola
    lingkungan toko mereka dengan cara yang menarik, mengundang, dan
    sesuai dengan tujuan merek mereka. Ini membantu menciptakan
    pengalaman belanja yang positif dan membangun hubungan yang kuat
    antara toko dan konsumen.
  4. Toko merupakan tempat nyaman untuk berbelanja.
    Toko yang merupakan tempat nyaman untuk berbelanja menciptakan
    pengalaman positif bagi konsumen dan dapat meningkatkan kepuasan
    pelanggan. Hal ini juga dapat membantu toko dalam membangun reputasi
    yang baik, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan mendorong rekomendasi
    positif kepada orang lain.
  5. Toko menawarkan pengalaman berbelanja yang menarik.
    Toko yang menawarkan pengalaman berbelanja yang menarik mampu
    menciptakan kesan yang tahan lama dalam pikiran konsumen. Hal ini
    membantu dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan,
    meningkatkan loyalitas, dan menciptakan promosi positif melalui
    rekomendasi konsumen.
  6. Toko memiliki citra baik
    Untuk membangun citra baik, toko perlu berfokus pada kualitas produk atau
    layanan, kepuasan pelanggan, interaksi positif dengan konsumen, dan
    komitmen terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Konsistensi dalam
    memberikan pengalaman positif dan memenuhi harapan konsumen akan
    membantu membangun dan memperkuat citra baik toko tersebut