Saturday, June 29, 2024

Indikator Citra Merek

 


Menurut Kotler dan Keller (2018:256), ada beberapa indikator yang
mempengaruhi citra merek, antara lain:

  1. Identitas merek (Brand identity)
    Identitas merek adalah identitas merek yang berkaitan dengan produk dan fisik
    produk itu sendiri, meliputi warna, kemasan dan identitas perusahaan.
  2. Kepribadian merek (Brand personality)
    Kepribadian merek adalah karakter merek dengan ciri-ciri produknya,
    memungkinkan konsumen untuk mengetahui perbedaan dari merek lain. Dalam
    hal ini merek dapat dibedakan dari segi kreatif, dinamis dan solid, sehingga
    mencerminkan kepribadian seseorang.
  3. Asosiasi merek (brand association)
    Asosiasi merek adalah suatu hal yang spesifik dan pantas untuk diasosiasikan
    dengan merek tertentu, yang diperoleh dari penawaran yang unik pada suatu
    produk, kegiatan berulang ini memerlukan konsistensi, misalnya dalam hal
    kegiatan sponsorship dan tanggung jawab sosial yang berlangsung di dalam merek
    tersebut.
  4. Sikap dan perilaku merek (brand attitude and Behavour)
    Sikap merek merupakan sikap dan perilaku terhadap suatu merek yang dapat
    diartikan sebagai perilaku komunikasi dan interaksi pada suatu merek, suatu merek
    harus menjaga citra mereknya yang dilihat tidak hanya dari mereknya tetapi juga
    dari karyawannya, oleh karena itu hal ini sangat penting sebagai itu adalah persepsi
    konsumen dari merek. itu.
  5. Keunggulan dan Kompetensi Merek (Brand benefit and Competence)
    Manfaat dan manfaat dari merek ini antara lain manfaat dari sebuah merek dan
    nilai, hal ini dapat membuat konsumen merasa kebutuhannya terpenuhi akan
    manfaat dan manfaat dari produk itu sendiri

Citra Merek

 


Citra merek merupakan pedoman yang digunakan konsumen untuk menilai
produk ketika mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk.
Menurut Kotler dan Keller dalam Priansa (2017:265) bahwa citra merek merupakan
respon konsumen terhadap penawaran perusahaan secara keseluruhan. Menurut
Priansa (2017:266) bahwa citra merek muncul dari pengalaman dan upaya komunikasi
hingga penilaian atau pengembangan berlangsung di salah satu atau di ke dua hal
tersebut. Citra merek ang timbul dari pengalaman memberikan gambaran tentang
keterlibatan antara konsumen dan merek.
Kotler dan Armstrong (2018:254) berpendapat bahwa citra merek adalah suatu
keyakinan terhadap suatu merek yang disebut sebagai citra merek, yang meliputi hal-
hal sebagai berikut:

  1. Atribut.
    Sebuah merek akan selalu memiliki atribut, atribut tersebut diciptakan dan harus
    dikelola agar konsumen mengetahui atribut mana saja yang ada pada merek
    tersebut
  2. Manfaat.
    Merek memiliki berbagai manfaat, dengan konsumen saat ini tidak hanya membeli
    atribut, tetapi konsumen juga mendapatkan keuntungan dari produk. Oleh karena
    itu, sebagai produsen perlu memahami konsumen dan mampu menerjemahkan
    atribut-atribut yang bermanfaat baik secara fungsional maupun emosional.
  3. Nilai.
    Merek tentu akan memiliki nilai di mata konsumennya. Jika suatu merek memiliki
    nilai yang baik, merek tersebut akan lebih disukai oleh konsumen dan dianggap
    berharga oleh konsumen karena konsumen merasa bahwa produk tersebut
    mencerminkan penggunanya.
  4. Budaya.
    Setiap merek mewakili setiap budaya, karena setiap perusahaan memiliki budaya
    yang berbeda baik dari segi kerja, efektifitas maupun efisiensi sesuai dengan
    budaya perusahaan untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas.
  5. Kepribadian.
    Merek selalu memiliki karakter pemakai merek tersebut, sehingga ketika
    konsumen menggunakannya, karakter pengguna tercermin.
  6. Pengguna.
    Pengguna ini dapat menunjukkan identitas seseorang, melalui ini pemasar
    membuat strategi dengan menggunakan orang-orang terkenal untuk
    mempromosikan produk perusahaan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek

 


Marconi (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap loyalitas terhadap merek adalah sebagai berikut :

  1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan suatu merek dalam waktu yang
    lama akan mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan
    harus bertanggung jawab untuk menjaga merek tersebut.
  2. Citra, citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran.
  3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan merek.
  4. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
  5. Pelayanan, dengan kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh
    suatu merek dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek.
  6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh merek.
    Menurut Giddens (2010) konsumen yang loyal terhadap suatu merek
    memiliki pola pikir sebagai berikut :
  7. Memiliki komitmen pada merek tersebut.
  8. Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan
    merek yang lain.
  9. Akan merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain

Penggolongan Loyalitas Merek

 


Aaker (1997) membagi loyalitas merek ke dalam lima tingkatan, sebagai
berikut :

  1. Swithcer, adalah konsumen yang tidak memiliki loyalitas. Merupakan
    tingkat loyalitas paling dasar dimana konsumen merasa tidak ada
    perbedaan berarti antara satu merek dengan merek lainnya dalam
    kategori produk tersebut. Apapun merek yang murah dan dapat
    digunakan akan dipilih.
  2. Habitual buyer, adalah konsumen yang puas dengan produk atau
    setidaknya tidak kecewa dengan penggunaan merek tersebut.
    Konsumen dalam tingkat ini disebut juga pembeli berdasarkan
    kebiasaan. Konsumen pada tingkat ini rentan akan promosi dari
    pesaing yang memberikan keunggulan lain.
  3. Satisfied buyer, konsumen yang merasa puas dengan merek produk
    dan memiliki switching cost (kerugian uang, waktu, atau risiko
    performansi yang diasosiasikan dengan penggantian merek).
    Merupakan konsumen yang mempelajari setiap aspek dan kelebihan
    dari merek tertentu atau adanya ketakutan akan risiko merek yang lain
    tidak dapat berfungsi sebaik merek yang saat ini digunakan.
  4. Linking the Brand, adalah konsumen yang tidak selalu dapat
    mendeskripsikan apa yang membuat ia menyukai merek tersebut
    meskipun sudah membeli dan menggunakannya berkali-kali.
    Konsumen pada tingkat ini memiliki keterikatan perasaan dan
    emosional dengan merek yang mereka gunakan.
  5. Commited Buyer, konsumen dengan tingkat loyalitas tertinggi.
    Konsumen memiliki perasaan bangga sebagai pengguna merek
    tertentu. Merek penting bagi mereka, baik dipandang dari segi fungsi
    maupun sebagai alat pengekspresian tentang diri mereka. Loyalitas
    mereka ditunjukkan dengan merekomendasikan merek tersebut
    kepada orang lain, dan bangga untuk menggunakan barang-barang
    yang memiliki simbol-simbol merek tersebut.
    Schiffman dan Kanuk (2004) menyebutkan tahap-tahap loyalitas merek
    dan identifikasinya sebagai berikut :
  6. Kognitif, loyalitas pada informasi seperti harga, fitur, dan sebagainya
  7. Afektif, loyalitas seperti “saya membelinya karena saya
    menyukainya”

Definisi Loyalitas Merek

 


Loyalitas merek merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam
strategi pemasaran. Mowen dan Minor (2002), mendefinisikan loyalitas merek
sebagai sejauh mana seorang pelanggan menunjukan sikap positif terhadap suatu
merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu dan berniat untuk terus
membelinya di masa depan. Menurut Sheth dan Mittal (2004) yang dikutip dari
Dhurup (2014), loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap
merek. Dalam pemasaran, loyalitas merek terdiri dari komitmen konsumen untuk
membeli kembali merek melalui pembelian berulang produk atau jasa atau
perilaku positif lain seperti dari mulut ke mulut. Hasil ini menunjukan bahwa
keputusan pembelian kembali sangat tergantung pada kepercayaan dan performan
kualitas dari produk atau jasa (Chaudhuri dan Holbrook, 2001)

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen

 


Menurut Tjiptono (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
konsumen sebagai berikut :

  1. Kualitas produk, merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan
    suatu produk yang memenuhi atau melebihi harapan.
  2. Harga produk, merupakan nilai yang dapat dikenakan terhadap
    produk tersebut.
  3. Kualitas pelayanan, yakni seberapa baik pelayanan yang diterima
    oleh konsumen.
  4. Sikap terhadap produk, yakni berupa sikap yang muncul dari emosi atau
    rasa dari dalam diri konsumen.
  5. Biaya dan kemudahan mendapatkan produk, yaitu apakah dalam
    memperoleh suatu produk dibutuhkan biaya yang cukup
    besar/kecil, termasuk juga konsumen mudah mendapatkannya atau
    tidak.

Definisi Kepuasan Konsumen

 


Menurut Kotler dan Keller (2016) kepuasan konsumen adalah sebuah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang telah muncul setelah
membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap
kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, konsumen
tidak akan puas. Jika kinerja memenuhi harapan, konsumen akan puas. Jika
kinerja melebihi harapan, konsumen amat puas atau senang. Konsumen yang puas
cenderung akan memberikan referensi yang baik terhadap produk atau jasa kepada
orang lain